25. The Truth

57 11 64
                                    

Malam ini langit cerah. Ribuan bintang menemani Ara dan Doyeom yang tengah duduk-duduk santai di beranda rumah Ara. Bulan sabit seakan tersenyum menyaksikan interaksi keduanya.

Keduanya baru saja selesai diomeli oleh Jaehwan mengenai postingan foto mereka di media sosial. Namun, bukannya sedih atau murung, mereka malah terlihat ceria dengan senyum yang menghiasi wajah keduanya.

"Kalian tadi foto di mana?"

"Kenapa cuma berdua aja?"

"Kenapa kalian nggak ngajak papah buat foto bareng juga?"

"Papah kan juga mau foto sama kalian berdua. Terlebih sama calon mantu papah yang ganteng ini."

Doyeom terkikik geli mengingat bagaimana Jaehwan mengomelinya tadi. Doyeom tidak habis pikir dengan dengan apa yang didengarnya dari Jaehwan. Ayah dari kekasihnya itu bukan mengomelinya seperti yang ia bayangkan, yang meledak-ledak atau mungkin yang paling parah meminta mereka untuk putus. Tapi, ternyata Jaehwan hanya protes. Protes mengapa dirinya tidak diikutkan dalam foto selca keduanya.

Doyeom tersenyum kecil ketika kata-kata Jaehwan yang menyebutnya sebagai 'calon mantu' terngiang ditelinganya. Padahal dirinya lulus sekolah saja belum, tapi Jaehwan sudah menyebutnya begitu.

"Cantik ya?"

Ara yang sedang fokus memperhatikan rasi bintang yang terbentuk di langit malam mengangguk mengiyakan komentar Doyeom.

"Iya cantik, cantik banget. Tapi, sayangnya nggak keliatan kalo di kamera," ucap Ara sedikit kecewa.

"Kata siapa? Ini keliatan kok. Jelas banget malah."

Ara mengeryit bingung. Ia menoleh untuk meminta bukti bahwa rasi bintang itu benar terlihat jelas di kamera Doyeom. "Mana coba liat fotonya? Di kamera aku nggak keliatan bintangnya."

Doyeom terkikik. "Nggak ada. Aku nggak foto bintang, kak."

"Loh? kalo bukan bintang, terus? kamu fotoin apa dong?"

"Aku foto ini," Doyeom menunjukkan.layar ponselnya pada Ara yang kebingungan. "Cantik, kan?"

Ara terdiam begitu melihat foto yang ditunjukkan Doyeom. Bukan foto rasi bintang, melainkan itu foto dirinya yang sedang melihat bintang yang diambil Doyeom dari sebelah kanan.

"Cantik, kan?" tanya Doyeom lagi.

Pipi Ara langsung merona. Tangannya bergerak mencubit kecil pinggang Doyeom dan sontak membuat lelaki itu menjerit tertahan.

"Aw! Sakit kak. Kok aku dicubit?" protesnya.

"Habis kamu gombal aja, padahal aku serius."

"Aku nggak gombal, aku serius!" tegas Doyeom.

"Iya iya kamu serius gombalnya. Untung aku kebal."

"Kebal? Yakin? trus tadi tuh pipi merah kenapa?"

"Nggak. Kapan-kapan pipi aku merah?" Ara memalingkan wajahnya, menyembunyikan semburat merah yang kembali muncul.

Doyeom mencibir. "Dih, nggak mau ngaku lagi."

"Dah ah! Aku lupa tadi sore ada yang mau aku tanyain ke kamu," Ara mengibaskan tangannya, membuat gerakan untuk mengganti topik pembicaraan mereka.

"Apa? Kakak mau nanya apaan?"

"Aa... Itu... Kamu udah siap belom ceritain kejadian yang di taman bermain kemarin?" tanya Ara ragu-ragu.

I Just Do __ Jeon Doyum [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang