26. Dongpyo's phone

54 10 18
                                    

"Pffftt!!"


Doyeom menahan tawanya saat Ara memberitahu alasan yang membuatnya memanggil Doyeom dengan sangat panik tadi. Doyeom pikir telah terjadi sesuatu pada gadisnya itu. Tapi, ternyata Dongpyo lah yang menyebabkan kepanikan melanda Ara.


Anak laki-laki itu tidak sengaja menjatuhkan ponselnya hingga masuk ke dalam selokan. Untung saja selokannya dalam keadaan kering, jadi Dongpyo tidak perlu khawatir ponselnya akan rusak.


Namun, masalahnya adalah selokan di mana ponsel Dongpyo terjatuh itu ditutup oleh penutup jeruji yang tidak sembarang orang bisa membukanya.


"Ih kamu! Jangan ketawa dong! Bantuin ngambil ponsel aku kek!" tegur Dongpyo pada Doyeom yang hanya diam berdiri sambil menahan tawa melihat Dongpyo yang kebingungan.


Doyeom menatap Dongpyo kesal. Cara Dongpyo meminta bantuannya itu sangat menyebalkan. Kalau saja tidak ada Ara disana, ingin sekali rasanya Doyeom langsung pergi tanpa menghiraukan permintaan Dongpyo barusan.


"Nggak bisa. Celah besinya kecil banget," Doyeom memberitahu setelah mau tidak mau mencoba  mengambil ponsel Dongpyo di selokan.


"Yah terus gimana dong?" tanya Ara. "Nggak mungkin Dongpyo ikhlasin ponselnya gitu aja...."


Doyeom tidak tega melihat raut sedih di wajah Ara. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling mereka, mencari benda atau apapun yang bisa digunakan untuk mengambil ponsel Dongpyo.


Manik hitam Doyeom mendadak melebar, sebuah ide baru saja muncul dipikirannya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Doyeom melesat pergi entah ke mana. Meninggalkan Ara dan Dongpyo yang kebingungan.


Tidak perlu waktu lama, Doyeom sudah kembali dengan sebuah penjepit makanan di tangannya. Doyeom kembali dengan terengah-engah. Wajahnya berkeringat, tapi sebuah senyum terbit disana.


"Kamu dapet itu dari mana?" tanya Ara seraya menunjuk penjepit makanan di tangan Doyeom.


"Dari paman penjual sate ikan tadi, kak."


"Ha? Eh? bentar! Jangan bilang kamu mau pake itu buat ambil ponsel aku?" todong Dongpyo.


Doyeom mengangguk antusias. "Iyalah, mau buat apa lagi?"


"Ish nanti ponsel aku kegores kalo pake itu!" Dongpyo menghentakan kecil kakinya ke tanah.


"Ya terus mau pake apa? Kan tangan kita bertiga nggak ada yang muat masuk jerujinya."


"Ya, tapi kan--"


"Pyo, nggak apa-apa udah kegores yang penting bisa diambil ponsel kamu, daripada nggak," kata Ara menengahi.


Dongpyo diam. Apa yang dikatakan Ara benar juga. Lebih baik tergores daripada tidak bisa diambil. Tapi, ponsel Dongpyo itu baru ia dapat seminggu lalu dari kakaknya yang bekerja di luar negeri. Dongpyo masih sangat sayang. Ia tidak mau ponselnya tergores.

I Just Do __ Jeon Doyum [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang