"Via, bangun sayang," teriak mamaku dari depan pintu.
"Bentar ah ma. Masih pagi," kataku dengan malas.
"Siapa bilang pagi?! Dah jam 6 pagi!" kata mamaku lagi.
"6 pagi? Eh iya ma, mau bangun nih," kataku dengan panik.
Aku segera mandi, ganti baju, dan sarapan. Sekolahku masuk jam 7 pagi, jadi harus cepat-cepat. Setelah sarapan, aku berpamitan dengan mamaku dan berangkat dengan diantar papaku memakai mobil sedan. Keluargaku kaya, tapi mobil ya mobil sedan.
Setibaku di sekolah, aku bertemu dengan Anel yang turun dari angkot. Dia tidak biasanya datang ke sekolah dengan angkot, berarti ada yang aneh dengannya.
"Anel," kataku menyapanya.
"Hai, Via. Ada apa?" tanya Anel dengan suara yang imut dan lembut.
"Tumben ke sini pake angkot? Kenapa nggak pake mobil yang biasanya?" tanyaku.
"Oh. Jadi mobil aku itu lagi di servis kemarin, cuma belum datang ke rumah hari ini," katanya.
Kita masuk ke wilayah sekolah. Aku memasuki kelas 8-C, dan Anel ke kelas 8-A. Tiba-tiba, waktu aku memasuki kelasku, aku dikejutkan dengan Raras dan Laras. Pasti aku bakal diapain lagi dah nih.
"Wah, cewek super ngehits datang lagi dah," kata Raras.
"Ya, memang masalah?" tanyaku membalas mereka.
"Nggak kok. Eh, liat itu ada apa?" kata Laras menunjuk suatu pojokkan kelasku.
"Mana?" tanyaku kebingungan.
"Ye ye, kena tipu," kata Laras dan Raras.
Ternyata mereka mengambil salah satu buku yang ada di tasku. Aku ingat sesuatu. Tasku dari tadi belum ditutup! Aku berlari mengejar mereka dan berusaha mengambil bukuku dari mereka. Aku tidak melihat ke depan, hanya terfokus pada Laras dan Raras. Tiba-tiba.
BRUK.
Aku tertabrak dengan seorang lelaki. Dia sepertinya aku kenal, atau mungkin aku tahu.
"Eh, maaf. Aku nggak liat-liat jalan," kataku tertunduk.
"Nggak papa kok," kata lelaki itu.
Suaranya pernah aku dengar. Sepertinya aku tahu orang ini. Tapi, masa sih?
"Erg, kamu Via kan?" tanya lelaki itu.
"Iya. Kamu si-" kataku terpotong.
"Andri," katanya lembut.
"Andri? Masa itu kamu?" tanyaku dengan malu.
"Udah dikasih tahu namanya nggak percaya. Kamu jangan tunduk mulu. Liat muka aku dong," katanya.
"Eh, hehehe. Maaf nggak sengaja," kataku. Aku langsung berlari ke kelasku karena hampir waktunya masuk.
Pelajaran pertamaku hari ini, Rabu, 7 Agustus 2019, adalah bahasa Indonesia. Aku sangat mengantuk karena tadi bangun kesiangan dan masih mau tidur lagi. Sebenarnya aku tidak mau melewati pelajaran ini, tapi ya sudahlah. Aku menutup mataku dan terbawa ke alam mimpi.
*****
"Via, sekarang kerjakan soal di papan tulis!" kata seorang guru.
"Hah aku?" kataku kebingungan.
"Iya kamu Via. Siapa lagi?" kata guru itu.
Perasaan aku langsung dihadapkan dengan soal matematika. Matematika! Berarti, aku tadi tidur sejak jam pelajaran Bahasa Indonesia. Aku mengerjakannya semampuku, dan ternyata benar. Padahal aku ngasal. Tapi, ya sudah. Berarti ini keberuntunganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestie Lover
Teen FictionBila kamu merasa sering ditolak oleh doi kamu, maka kamu seperti Maxis. Bila kamu merasa pernah menyukai sahabat kamu sendiri, maka kamu seperti Anel. Bila kamu merasa terpaksa harus bermain kasar dengan doi kamu, maka kamu seperti Veno. Bila kamu m...