15.

8 1 0
                                    

Kamis, 26 September 2019
Via P.O.V
"Aku duluan ya Vi," kata Anel.

Dia sudah dijemput oleh ortunya. Btw, hari ini kelas aku ulangan Senbud. Lumayan susah, tapi bisa lah ya. Lalu, ada pelajaran B.Ing, Prakarya, sampai TIK. Kelasku tidak ribut dalam pelajaran-pelajaran tersebut.

Tidak lama dari itu, ortuku datang, namun ada di seberang jalan. Aku segera menyebrang tanpa liat arah. Ternyata, ada motor melintas mendekatiku. Aku tidak bisa berlari kencang, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selain berlari dengan pelan. Tiba-tiba, tubuhku didorong dan...

BRUK.

Sebuah tabrakan kencang antara motor hitam dengan pengemudi tinggi dan seorang lelaki berkacamata yang mendorongku tadi. Berkacamata? Wait. Aku berbalik ke belakang, dan melihat seorang lelaki tertindih motor yang di motornya itu ada lelaki juga. Pengendara motor itu sadar dan mengangkat motornya dan langsung meninggalkannya tergeletak. Aduh, gak punya rasa tanggung jawab amat.

Aku menaruh tasku ke dalam mobil sedanku, dan melihat lelaki tadi. Kaki kanannya terkena luka bakar karena knalpot. Darah mengalir terus dari kakinya. Aku mengangkat kepalanya, ya aku berani. Dan itu adalah...

"VENO!" seruku.

Aku segera memanggil papa, ya karena papaku yang membawa mobil, untuk menelpon ambulans. Ambulans datang dan membawa Veno ke RS (Rumah Sakit) terdekat dari sekolah. Aku sengaja ijin pada papaku untuk menemaninya. Siapa tahu sadar.

Sesampainya aku di RS, aku turun dari ambulan dan mengikutinya ke ruangan UGD untuk diatasi di sana. Aku tidak boleh masuk, dan memang tidak mau masuk. Aku hanya bisa mendoakannya yang terbaik untuknya. Karena aku bawa hp diam-diam, tapi tidak punya pulsa, aku menelepon Anel lewat WA.

"Nel," kataku lewat telepon.

"Napa? Aku belom nyampe rumah nih," kata Anel.

"Veno," kataku.

"Kenapa si Veno?" tanya Anel.

"Kecelakaan," kataku singkat sambil mengeluarkan air mata.

"Owh. Hah kecelakaan? Oke, ntar aku ke sana temenin kamu," kata Anel panik.

Telepon dimatikan.

*****


"Vi, gimana Veno?" Anel berlari tergesa-gesa ke arahku.

"Gak tau nih. Nanti tanya dokternya aja," kataku.

"Ada keluarga pasien di sini?" tanya dokter yang menanganinya.

"Ada temannya, dok," kataku.

"Oke, masuk ke ruangan saya," kata dokter. Kami pun masuk.

*****


"Jadi, Veno gimana dok?" tanyaku.

"Pasien sekarang belum sadar, semoga bisa cepat sadar ya," kata dokter.

"Amin. Terus?" tanya Anel.

"Karena dia mendapatkan luka bakar bekas knalpot, darah terus keluar tanpa henti, kemungkinan besar kaki kanannya dari telapak sampai lutut harus diamputasi," kata dokter pasrah.

"What! Amputasi?!" teriak kami. Anel pingsan.

"Nel, bangun nel!" kataku menyadarkan perempuan yang menyukai pasien itu. Haduh, aku jangan ikutan dokter dong, ngomong pasien mulu.

"Tapi, kalau darahnya juga berhenti mengalir keluar, tetap tidak bisa. Terpaksa kakinya diamputasi," kata dokter.

"Permisi dok," kata seseorang.

My Bestie Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang