[Extra Chap] 29. Andri-Anas Part Only

9 1 0
                                    

Anastasya P.O.V
Lumayan letih menyelesaikan kuliah di Osaka.

Aku pulang dengan orang tuaku, membawa banyak oleh-oleh untuk teman-teman dan guru-guru pada masa sekolahku dulu. Sekarang, aku sudah tiba di Indonesia, tepatnya di Bandung. Aku menghampiri sekolah SMA-ku dan SMP-ku yang kebetulan dekat. Setelah kunjungan ke sana, aku segera pulang.

Senin, 30 Agustus 2027
"Dengan ini, apotek 'Dharma Wijaya' dibuka," kataku sambil menggunting pita yang ada di pintu apotek.

Ya, hari ini apotekku dibuka. Tapi namanya juga punya arti. Dharma berarti kewajiban, tugas hidup, ataupun kebajikan. Maksudnya, apotek ini adalah hasil dari semua perjuangan di Osaka, sekaligus tugas (entah keberapa itu) untuk mensejahterakan pasien ataupun keluarganya yang sakit. Sedangkan Wijaya adalah nama terakhir papaku.

Setelah dibuka, apotekku kini sudah ramai. Aku tidak bekerja sendiri, tentunya. Aku bekerja dengan seorang lulusan farmasi di Yogyakarta, Ananda Syalvani, dipanggil Vani. Ada sepupuku juga, Jammy Tsundera, dipanggil Kak Jam karena dia lebih tua daripadaku.

Andri P.O.V
Hari ini aku baru lulus, dan katanya Kak Anas udah buka apotek. Setelah wisuda, aku mengunjungi sekolah SMA-ku untuk melamar sebagai guru mapel Ekonomi, sekalian buka juga lowongannya. Setelah ke SMA, aku segera pulang.

Rabu, 1 September 2027
"Permisi," kataku.

Sekarang aku berada di apotek milik Kak Anas. Tidak jauh dari rumahku, dan tepat di seberang rumah sakit. Jadi, cukup efektif. Ruangannya lumanyan bersih dan tersusun obat-obatan yang rapi sekali. Ruangan dengan dinding putih dan hijau menghiasi ruangan ini sehingga kelihatan hidup.

"Ya. Ada yang bisa saya bantu?" tanya penjaga apotek itu.

"Boleh saya bertemu dengan Anastasya?" tanyaku.

"Bentar ya," katanya.

Aku menunggu di kursi yang disediakan di depan pengambilan obat. Tak lama dari itu, ada yang menutup mata.

"Eh, ini sapa hah?" tanyaku emosi. Ya, kali aja dia copet gitu.

"Ini Anas, Ndri," katanya dengan lembut. Mataku dibukakannya.

"Eh, sayang. Congrats ya. Maaf baru dateng, soalnya Senin aku baru lulus. Trus, Selasa aku ada acara. Jadi baru dateng," kataku

"Hehehe. Makasih. Eh, kamu nyadar gak hari ini hari apa?" tanya Kak Anas.

"Dan itu alasan ketiga aku datang hari ini. Kamu bisa tinggal bentar gak apoteknya. Kita makan dulu yuk, kebetulan udah jam 12 siang. Sekalian, kita rayain aniv kita," kataku.

"Keberapa sih? Aku gak nyadar," kata Kak Anas.

"Keenam, sayang. Udah yuk, makan," kataku.

Aku mengajak Kak Anas untuk makan di cafe terdekat, sekalian makan siang. Kita hanya berjalan kaki, karena cafennya tidak jauh dari apotek. Setelah makan, aku dan Kak Anas berpisah. Aku pulang dan Kak Anas ke apoteknya lagi.

Selasa, 6 Agustus 2030
"Pelajaran berakhir. Terima kasih," kataku kepada murid-murid di SMA-ku dulu.

Yap, angkatan tahun ini sangat baik, lebih baik daripada angkatanku. Lebih pintar, lebih maju, dan lebih rajin pastinya. Setelah menyuruh anak-anak untuk istirahat, aku keluar dari ruangan kelas 12-B IPS untuk kembali ke ruang guru.

BRUK.

"Maaf ya gak liat," kataku.

"Gak papa, Ndri," katanya lembut. Aku melihat mukanya dan...

"Anel?" tanyaku.

"Yoi. Udah berapa lama ngajar jadi guru Ekonomi?" tanya Anel sambil melihat salah satu buku paket ekonomi kelas 12 yang aku ambil setelah terjatuh tadi.

My Bestie Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang