20.

16 1 0
                                    

Ketika bel masuk berbunyi, kami kembali masuk ke kelas dan melanjutkan pelajaran PJOK. Kami belajar dengan serius. Kami diberikan PR untuk dikumpulkan Senin setelah pulang sekolah. Bel pulang berbunyi. Kami berdoa bersama, berpamitan, dan pulang ke rumah masing-masing.

Rabu, 23 Oktober 2019
Misi kami sudah dijalankan sejak kemarin. Aku mulai sering menghubungi Via, namun selalu gagal, karena dia juga tidak bisa dihubungi. Aku mengechat dengan dia, namun tak kunjung dibalas.

Daripada membahas Via, aku, Veno, dan Andy menjalankan misi untuk mendekatkan Andri. Syukurnya, hari ini kami makan bersama anak tersebut.

"Ndri, kok kamu sering banget ke lantai 2 sih?" tanya Veno.

"Ya emang gak suka?" tanya Andri.

"Bukan gak suka. Sejak itu, kamu jadi cuek," kata Andy.

"Jadi aku gak boleh cuek?" kata Andri.

"Gak. Cuek itu gak bagus loh. Kamu emang mau dijauhin gitu?" kataku.

"Gak juga. Kan ada Via," kata Andri.

"Bener-bener anak ini deketin Via trus jadi cuek, gak suka aku," batinku.

"Eh, aku udah selesai nih. Aku ke atas dulu ya," lanjut Andri. Kami mengangguk.

Andri keluar meninggalkan kelas kami. Pastinya Maxis sekarang melaksanakan misinya dengan Via. Semoga berhasil.

Bel masuk berbunyi. Sekarang kita belajar mapel IPA. Kami belajar dengan serius. Kami diberikan rangkuman yang cukup banyak, sekitar 8 lembar full. Kami diberikan penjelasan mengenai rangkuman itu. Karena bel istirahat berbunyi, kami diijinkan istirahat.

Lagi-lagi aku menemani Veno. Tapi tidak hanya berdua, ada beberapa teman di kelas dan juga Andy dan ikut mengobrol dengan kami berdua sampai istirahat berakhir.

Bel masuk berbunyi, dan kami mengikuti pelajaran Prakarya. Kami diberikan tugas yang cukup banyak, ada 20 soal PG, tapi sangatlah mudah. 1 jam terakhir, kami diberikan pengumuman oleh kepala sekolah.

"Mulai minggu depan, kalian akan mengikuti tes final. Diharapkan semua siswa datang tepat waktu dan tidak bolos. Jangan lupa belajar, karena tidak ada remedial," kata bu kepsek.

"Baik, bu," kata kami serentak.

Ibu kepala sekolah meninggalkan ruangan kelas kami. Kami melanjutkan pelajaran kami, meski waktunya tersisa sedikit. Bel pulang berbunyi. Kami berdoa bersama, memberi salam, dan pulang ke rumah masing-masing.

Kamis, 24 Oktober 2019
"Nel," seseorang menepukku.

Aku sekarang ke lantai 2, sengaja untuk bisa berpapasan dengan Via. Itu kalau ketemu.

"Apa Max?" tanyaku. Aku tahu dia adalah Maxis, arena suaranya yang khas.

"Ntar kalo istirahat, bantuin aku belajar ya," kata Maxis.

"Oke, tapi ke lantai 1 ya. Soalnya Veno gak bisa aku tinggal," kataku.

"Ini kamu tinggal," kata Maxis.

"Udah ijin, demi misi kita. Btw, gimana misinya?" tanyaku pada Maxis.

"Gak berjalan sempurna. Tiap kali aku chat dia, pasti dikacangin, gak diread lagi. Aku juga sering ajak ngobrol, tapi dia gak mau. Kek gak suka gitu," kata Maxis.

"Oh. Oke oke. Tetap jalankan misi kita ya," kataku. Dia mengangguk.

Hari ini, aku memang tidak berpapasan dengan Via, namun aku melihat Via dan Andri makan berdua di luar. Kesanku yang melihatanya sangat risih, gak seperti biasanya. Bukan karena aku cemburu sama Via, cuma rasanya tidak enak dipandang.

Bel masuk berbunyi. Aku segera masuk ke kelasku. Kami belajar mapel B.Ing. Kami diberikan rangkuman sebanyak 10 halaman. Kami membacanya. Selain itu, guru B.Ing kami memberikan quiz diakhir pelajaran, untuk nilai tambahan ulangan kami. Setelah ada quiz, bel istirahat kembali berbunyi. Aku di kelas dengan Veno sambil menunggu Maxis.

Akhirnya, orang yang aku cari datang juga. Dia memintaku untuk mengajarinya sampai bisa. Aku berusaha untuk mengajarinya. Namun sayangnya, dia orangnya sulit untuk konek. Jadi, Veno ikut campur tangan membantunya. Syukurlah, bel masuk berbunyi dan pelajaran yang dia tanyakan sudah dia mengerti.

Sekarang adalah pelajaran TIK. Kami semua menuju ruangan komputer di ruangan yang paling ujung. Aku dan Andy membantu Veno berjalan menuju ke ruangan itu. Banyak teman-teman di kelasku yang membantu juga. Semoga hal ini juga diterapkan oleh kelas lain ya.

Kami di sana dijelaskan berbagai macam hal oleh guru TIK kami. Kami diberikan sedikit rangkuman yang harus kami catat. Bel pulang akhirnya berbunyi. Kami berdoa bersama, memberi salam, dan kembali ke kelas masing-masing. Setelah di kelas, kami mengambil tas kami dan pulang menuju rumah maisng-masing.

Jumat, 25 Oktober 2019
Setelah jam olahraga berakhir dan bel istirahat berbunyi, aku, Veno, Andy, dan Maxis makan bersama di kelasku. Maxis kembali lagi ingin aku mengajarinya. Aku pun menuruti keinginannya, dibantu Veno dan Andy. Bel masuk berbunyi, Maxis kembali ke lantai atas dan mengambil alat dan bahan keterampilannya. Aku, Andy, dan Veno mengambil alat dan bahan kerajinan kami, lalu bersama-sama menuju ruangan aula lantai 1.

Toleransi kelas 8-A memang baik, kelas lain pun juga, namun lebih tinggi toleransinya di kelas kita. Kalau ada teman sakit, pasti kelas 8-A yang dapat pemberitahuan lebih dahulu. Kita sudah merancangkan apa yang akan kami bawa di kala saatnya menjenguk, kapan jenguknya, dan lain-lain.

Balik ke cerita ya...

Kami melanjutkan prakarya kita. Kalau hasil kerajinan kita selesai, barulah kita pulang. Untungnya, aku dan teman-teman kelas 8-A selesai dalam waktu yang cepat. Jadi, kami diijinkan ke kelas, namun belum boleh pulang, karena masih aja waktu 1 jam pelajaran. Kami memberi ijin dan kembali ke kelas untuk menikmati jam kosong. Tidak lupa, kami membantu Veno yang kesulitan dalam berjalan.

*****

BRUK.

Aku baru saja keluar kelas untuk pulang, namun harus bertabrak dengan seorang perempuan berkacamata. Alat kerajinannya jadi tercecer.

"Maaf. Aku ga liat jalan. Sini aku bantu," kataku.

"Makasih," katanya.

"Eh, kamu Via kan," kataku.

"Iya. Kamu siapa?" tanya Via.

"Hari gini kok masih nanya kamu siapa sih? Aneh banget, Vi," batinku.

"Masa kamu gak tau aku sih? Aku Anel, temen kamu," kataku.

"Temen? Sejak kapan kita temen? Kita kan gak pernah bertemu. Satu-satunya temanku hanyalah Andri," kata Via.

"Aku chat kamu berkali-kali, tapi gak dibales, cuma dibaca doang," kataku.

"Oh, jadi kamu yang punya nomor yang belakangnya 67 ya?" tanya Via.

"Hmm. Iya. Emang kenapa?" tanyaku.

"Jadi selama ini, kamu yang chat aku ga jelas itu? P P mulu," kata Via.

"Kamu kagak on bae sih," kataku.

"Lagipula, ada perlu apa sih?" tanya Via.

"Kamu itu terlalu dekat sama Andri. Jadi kamu punya kesan orang cuek. Kamu itu gak pernah nyapa orang. Yang di otak itu Andri, Andri, Andri. Jangan terlalu pikirin dia. Kamu itu masih ujian," kataku.

"Dah cukup ceramahnya. Aku mau pulang," katanya.

My Bestie Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang