"Oke, kalo kamu nggak mau jujur sama aku," kata Veno, ya sedikit ngambek.
"Elah, gitu doang ngambek," kataku menggoda.
"Ngambek? Sapa yang ngambek hah?! Kamu aja yang nggak jujuran," kata Veno sambil berdiri dan memukul meja. Itu artinya dia sedang marah besar.
"Nggak jujur gimana? Udah jujur aku juga!" kataku sambil berdiri juga.
"Kamu bohong," kata Veno dengan senyum tipis.
"Kamu nuduh," kataku membalasnya.
"Oh, masih nggak ngaku juga ya?" tanya Veno. Mo diapain juga sama ini anak.
"Nggak. Lagian, itu udah jujur juga," kataku.
"Oke," kata Veno. Tiba-tiba...
PLAK.
Aku menutup mata, namun tidak merasa apa-apa. Ternyata dia hanya memukul nyamuk yang ada di depan wajahnya.
"Apaan barusan? Elah, nyamuk doang. Aku kira beneran mau nampar aku," kataku.
"Oh, lu mau gua tampar gitu?!" kata Veno, sangat marah.
"Dih, jangan lah," kataku memohon.
"Ya udah. Sekarang lu jujur ama gua, apa yang lu bahas sama Via. Ini pertanyaan terakhir," kata Veno.
"Gw cuma bahas yang nggak ada hubungannya sama lu!" kataku. Tiba-tiba...
PLAK.
"Sakit tahu Veno! Lu gila amat nampar temen lu sendiri!" kataku dengan marah.
"Temen? Sejak kapan gua panggil lu temen?" tanya Veno dengan membentak.
"Oh, lu nggak anggap gw temen gitu! Dasar," kataku.
"Temen macem apa lu? Nggak terbuka ama temennya," kata Veno.
"Udah juga! Lu aja yang kagak percaya," kataku.
"Harus gua tampar lagi gitu?!" kata Veno membentak.
"Nggak usah, cukup," kataku.
"Auto kehilangan kesabaran nih," batinku.
"Ngaku?" kata Veno lagi.
"Udah," kataku singkat.
"Udah-udah mulu jawabannya. Bohong dasar!" kata Veno ngambek.
Huh ngeselin punya temen yang sekarang udah nganggep bukan temen. Udah gitu, kena imbas pukulan tajam dari Veno lagi. Btw, Veno itu kalo emosi sama cewe bisa nampar, sama cowo bisa ngomong kasar. Ya, mungkin ada masa lalu yang kelam dengan dia.
Bel masuk berbunyi. Sekarang adalah pelajaran Prakarya, alias pelajaran guru terfavorit sekelas 8. Kita diberikan penjelasan, lalu latihan soal. Bel pulang berbunyi. Kami memberi salam dan berjalan turun tangga untuk pulang. Sebelum pulang, aku diberikan tatapan tajam oleh Veno.
Kamis, 5 September 2019
Veno P.O.V
"Ngeselin juga punya temen cewe yang nggak bisa jujur 1 hal aja," batinku.Sejak aku punya masalah dengan Anel, aku mulai dekat dengan anak baru itu. Sudah jelas dia adalah Andy. Ternyata, dibalik sikapnya yang pendiam, dia ternyata friendly loh. Suka bergaul, nyaman pada satu orang, jujuran, nggak kek Anel.
Aku mencurahkan semua curhatanku dengan Andy tentang Anel. Dia hanya bilang, "Sabar ya, cewe emang gitu. Mungkin dia lagi PMS, or something like that. Dia pasti normal lagi kalo udah nggak ada ancaman." Emang Anel kek putri malu yang daunnya menutup kalo disentuh?
Bel masuk berbunyi. Anel masuk dan duduk di depanku, sambil menatapku sinis. Ya, mungkin dia masih marah sama aku. Padahal, siapa juga yang mulai. Dia kan?
Oke, sekarang belajar.
Sekarang adalah pelajaran B.Ing. Kita belajar dengan serius. Kita diberikan penjelasan, lalu ada latihan soal dari guru. Setelah selesai mengerjakan latihan soal, kita diijinkan istirahat. Sayangnya, aku yang kedua keluar, setelah Anel.
Anel P.O.V
"Jadi gitu, Vi, Tih," kataku."Hmm. Kalo gitu, kamu balikan aja," kata Ratih.
"Susah. Harus kita deketin Andy dulu nih," kataku.
"Nah, gini aja. Aku coba ntar ngobrol sama Veno, kamu ngobrol sama Andy. Gimana?" kata Via.
"Kenapa harus kamu?" tanya Ratih.
"Ya, pasti Veno seneng dong ngobrol sama doinya, jadi dia kek happy gitu," kataku.
"Oke oke," kata Ratih.
Bel masuk berbunyi. Aku kembali ke kelasku. Di depan kelasku, ketika akan masuk, aku ketabrak oleh seseorang.
"Liat-liat jalan makanya," katanya.
"Sapa juga lu?" kataku emosi, ya karena aku tidak tahu itu adalah Veno.
"Huh, ternyata nabrak lu," kata Veno.
"Udah, gw dulu yang masuk," kataku.
Aku masuk duluan, lalu disusul Veno. Sekarang adalah pelajaran TIK. Kita ke ruangan komputer. Diberi penjelasan oleh guru TIK, langsung praktek. Setelah praktek, kami berkumpul untuk berdoa pulang, lagipula sudah saatnya pulang. Kami memberi salam, kembali ke kelas masing-masing, mengambil tas dan pulang ke rumah masing-masing.
Jumat, 6 September 2019
Jalankan misi!"Ven," panggil Via dari depan kelas 8-A.
"Apa?" katanya.
"Yuk ngobrol," kata Via. Veno keluar. Saatnya aku masuk.
"Andy," sapaku.
"Kamu Anel kan," kata Andy.
"Yoi. Dy, cerita donk. Dari kemarin, Veno ngomongin apa tentang aku?" tanyaku to-the-point.
"Dia tuh sering ngomong, kamu orangnya akhir-akhir ini rada emosian, trus gampang marahan, gak terbuka, rada menjauh orangnya. Ya, kurang akrab gitu sih anaknya," kata Andy.
"Hmm. Almost semua yang kamu bahas itu tentang aku, cuma ada aja yang salah," kataku.
"Emang kenapa sih? Boleh tahu gak?" tanya Andy.
"Jadi, aku tuh lagi berantem sama dia, soalnya aku gak jujur sama dia. Nyatanya, emang aku sengaja sembunyiin biar dia gak tau," kataku.
"Oh, emang kamu bahas apa sih sama anak kelas 8-C itu?" tanya Andy. Keknya, Veno udah cerita kasus itu.
"Tapi jangan cerita sama Veno ya. Oke? Aku sama Via itu bahas tentang alasan aku suka sama si Veno," kataku.
"Astaga, kamu suka sama temen 1 kelas kamu sendiri? Luar biasa," katanya.
"B aja itu mah," kataku malas.
"Fi (First impression) kamu sama dia gimana?" tanyaku lanjut.
"Baek, suka godain gitu lah, kadang ngeselin, ngegganggu mulu. Tapi ramah, suka diajak ngobrol, temen curhat," kata Andy.
"Owh, oke oke," kataku.
Via & Veno
Via P.O.V
Aku mengajak Veno buat duduk di depan kelasnya. Kita duduk di 1 kursi panjang, ya itu kursi di depan kelasnya. Tiap kelas emang beda bentuk kursinya seperti apa, tapi sama-sama enak."Ven, btw makasih udah suka sama aku," kataku.
"Ya, sama-sama. Emang mau ngapain?" tanya Veno.
"Nggak kenapa-napa kok. Kok kamu lagi marahan sama Anel sih? Emang ada apa?" tanyaku.
"Dia nggak jujuran. Trus, cuma nanya kemarin bahas apa, langsung kek nggak ngomong to the point," kata Veno.
"Udah, maafan aja. Aku soalnya nggak bisa bilang kemarin kita bahas apa, soalnya ini privasi kita berdua," kataku.
"Ya udah. Trus kalo gua maafan sama dia, kek gua ngerasa gua nggak punya salah apa-apa," kata Veno.
"Udah, mulai ikutin saran aku aja. Pasti ntar dia bakal minta maaf sama kamu kok," kataku.
Aku sengaja pergi dari hadapan dia, ya biar dia nyari-nyari aku, ngomong makasih, dan nyari-nyari aku. Aku memang begini tipe orangnya. Abis kasih saran, kabur. Balik ke kelas aku aja yuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestie Lover
Teen FictionBila kamu merasa sering ditolak oleh doi kamu, maka kamu seperti Maxis. Bila kamu merasa pernah menyukai sahabat kamu sendiri, maka kamu seperti Anel. Bila kamu merasa terpaksa harus bermain kasar dengan doi kamu, maka kamu seperti Veno. Bila kamu m...