18.

14 2 0
                                    

Ketika gurunya datang, kami diberikan rangkuman sebanyak 5 lembar dan diijinkan untuk menanyakan isi dari rangkuman itu. Apa yang kurang jelas, guru Prakrya akan menjelaskannya pada kami. 1 jam pelajaran Prakarya yang terakhir digunakan untuk berpendapat tentang kerajinan di Indonesia.

Bel pulang berbunyi. Kami berdoa bersama, memberi salam, merapikan tas dan buku, dan berjalan keluar kelas untuk pulang. Sampai pulang pun belum ada yang mengakui siapa dibalik kerusakan motorku itu. Aku segera pergi ke bengkel untuk mengambil motorku yang sudah diperbaiki.

Kamis, 10 Oktober 2019
"Sekarang belum ada yang mengakui perbuatannya. Bagaimana, Andri?" tanya Ibu Kepala Sekolah.

"Ya udah. Mau ga mau harus liat CCTV," jawabku.

Aku sekarang sedang di ruangan Kepsek, menunggu ada orang yang mengakui perbuatannya, namun tidak ada. Semua murid sudah pulang, tersisa guru, OB, dan aku. Dengan ini kita memutuskan untuk menggunakan video tangkapan dari CCTV.

Ketika kronologi kejdian ditampilkan di komputer ruangan Kepsek, aku melihat jelas seorang perempuan sedang mencabut salah satu baut di gir motorku. Pantas saja, waktu aku mengambil motorku di bengkel, kata montir, ada baut yang hilang.

Wait siapa itu? Kurasa aku mengenal orang itu.

"Kak Anas!" seruku, namun tidak kencang.

"Oke, berarti pelakunya adalah Anastasya Stefani, murid kelas 9-C. Bagaimana selanjutnya?" tanya Bu Kepsek.

"Terserah Ibu saja. Mau kasih SP kek, mau ngapain juga, serah Bu Kepsek," kataku pasrah.

"Oke, kalau itu keputusan kamu," kata Bu Kepsek.

Aku berpamitan dengan guru-guru dan Bu Kepsek. Aku keluar dari ruangan kepala sekolah dan meninggalkan sekolah.

Jumat, 11 Oktober 2019
Author P.O.V
"Pengumuman. Untuk Anastasya Stefani, diharapkan menuju kantor kepala sekolah. Sekian pengumuman," suara dari ruangan kepala sekolah terdengar di seluruh wilayah sekolah.

Gadis tinggi dengan rambut panjang terurai tak berkacamata itu menuju ruangan Kepala Sekolah. Ibu Kepala Sekolah memberikan tindakan keras kepadanya.

"Karena kamu ketahuan mengambil salah satu bagian motor milik Andri, Ibu berikan kamu SP 1," kata Ibu Kepsek.

"Iya iya bu," katanya malas.

Gadis tersebut keluar meninggalkan ruangan kepala sekolah yang ada di lantai 2 dan segera menuju kelas Andri. Dia akhirnya bertabrakan dengan lelaki yang dia cari itu.

"Maaf, ga liat," kata Andri.

"Ga papa. Maafin aku kalau aku rusakin motor kamu. Aku mau balas dendam sama kamu. Kenapa sih kamu lebih memilih perempuan itu dibandingkan aku?" tanya Anastasya.

"Dia lebih baik daripada kamu. Sejak lama aku berpacaran diam-diam dengan kamu. Aku mulai tidak betah dengan perilaku kamu yang sering mengabaikan aku. Makanya, lebih baik kita putus daripada menyesal," kata Andri.

"Maafkanlah aku kalau aku punya dosa sama kamu," kata Anastasya.

"Udah aku maafin sejak zaman nenek moyang," kata Andri bercanda.

"Canda lagi ya kamu," Anastasya menjewer telinga Andri.

"Iya iya. Kan kita dah mantan sekarang. Kita hanya sebatas kakel-adkel sekarang. Masa lalu ya tidak dapat kita ubah lagi," kata Andri.

"Ya udah, aku cuma mau ngomong itu aja. Aku duluan ya. Bye," kata Anastasya. Andri melambaikan tangannya.

Senin, 14 Oktober 2019
"Mungkin kalau kamu mau, aku bersedia untuk fokus dengan kamu," kata Via pada Andri.

Ya, hari ini hari Senin. Sekarang sudah waktunya pulang. Via sengaja mengajak Andri untuk berbicara di kelasnya.

"Ya, mau-mau aja. Cuma, kita gak pacaran kan," kata Andri.

"Ya gak lah. Kalo muda-muda kek gini pacaran, kan aneh," kata Via.

Ini hanyalah awal dari kehidupan Via-Andri. Selanjutnya adalah kehidupan yang lebih kompleks.

Selasa, 15 Oktober 2019
Sejak percakapan Via dengan Andri itu, mereka memutuskan untuk lebih dekat layaknya orang sudah pacaran, padahal tidak. Mereka sering jalan berdua, suka curhat bersama, sampai-sampai teman-temannya ditinggalkan.

Sejak istirahat pertama sampai pulang, Via tidak melihat muka sahabatnya itu lagi, Anel. Selain karena jarak mereka jauh sekarang, Anel mungkin sedang menemani Veno pasca kakinya diamputasi.

Anel P.O.V
"Anak itu kira-kira kemana ya?" batinku.

Aku kerap kali memikirkan keberadaan Via dimana karena akhir-akhir ini sering menjauh dariku. Daripada memikirkan dia, lebih baik aku memikirkan tentang penawaran mamanya Veno padaku. Akan aku menerimanya atau tidak.

"Nel, jangan bengong," kata Veno.

"Eh, siapa-siapa?" aku terkejut.

"Orang makan kok bengong. Ntar keselek," kata Andy.

Dibandingkan memikirkan nasib Via, lebih baik aku makan. Di tengah aku makan, aku melihat sepasang lelaki dan perempuan melewati koridor kelasku. Salah satunya adalah Via! Wait, Via gandengan sama siapa itu?

"Ven, Dy, coba kalian liat. Itu siapa sih? Via bukan sih?" tanyaku.

"Eh iya iya itu Via sama..." kata Veno gantung.

"Andri?!" seruku dan Andy.

"Jangan-jangan jadian lagi," kataku.

"Kalo jadian gawat nih," kata Andy.

"Jangan jadian aja pokoknya," kata Veno.

"Kenapa emangnya sih?" tanyaku yang sampai sekarang belum konek-konek.

"Huh, dasar gak peka. Kan sih Veno-" aku memotong pembicaraan Andy.

"Suka sama Via, dan bla bla bla. Oke, udah paham," kataku.

Bel masuk berbunyi, dan kami melanjutkan aktivitas kami.

Rabu, 16 Oktober 2019
Via P.O.V
"Bu," kataku.

Aku sekarang berada di ruangan kepala sekolah untuk meminta 1 hal yang mungkin bisa dikabulkan.

"Aku mau ngomong sama Ibu. Yang sakit cuma siswa kelas 8-A, kok semuanya dipindahin sih bu?" tanyaku.

"Emang kamu gak kasian napa sama Veno? Mungkin ntar jarak komunikasi kelas 8 sama dia jadi jauh," kata Bu Kepsek.

"Ya, kan gak ada hubungannya, Bu," kataku.

"Nanti coba Ibu atur lagi ya," kata Bu Kepsek.

Aku ijin keluar meninggalkan ruangan Kepsek untuk kembali ke kelas. Berhubung jarak kelasku dan ruangan Kepsek jauh, aku berlari menuruni tangga dan berhasil menginjakkan kakiku pada kelasku pas ketika bel masuk baru saja berbunyi.

Kelasku melanjutkan proses belajar-mengajar dengan mapel Matematika. Setelah itu, langsung lanjut ke pelajaran IPA, berhubung adanya rapat guru dadakan. Jadi, kita pulang lebih awal 30 menit dibanding biasanya.

Kamis, 17 Oktober 2019
"Pengumuman. Untuk Kelas 8-B sampai D, dipindahkan ke lantai 2. Sekian pengumuman," suara Ibu kepala sekolah terdengar sampai lantai 1.

"Yes, pindah ke lantai 2," batinku.

Alasan aku meminta pindah ke lantai 2 karena apabila orang tuaku datang menjemputku, kelihatan dari atas. Meski begitu, tetap saja. Pelajaran komputer dan KTK tetap di lantai 1, mengingat Veno.

Yang penting naik lah ke lantai 2.

Anel P.O.V
"Kenapa kelas lain harus naik ke lantai 2? Kan jadi dikit kesempatan kita liat Via," kataku menggerutu.

"Ya bener juga sih. Sebenernya, maunya Via apa sih?" tanya Veno.

"Hah! Jadi yang minta kelas lain ke lantai 2 itu Via?" aku dan Andy terkejut.

My Bestie Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang