ANGERRIO'24

272 25 2
                                    

"Cie yang habis cium - ciuman dimobil," ujar Luna yang melihat saudara kembarnya memasuki rumah.

"Ih, ciuman apaan, kan cuma cium pipi biasa," sahut Laura sembari menutup pintu rumahnya. "Jomblo iri yaa... weekk!" Laura menjulurkan lidahnya sambil mencolek pinggang Luna.

"Ih, Lo tuh ya! Kembaran sendiri diejek. Harusnya tuh lo jangan pacaran dulu sebelum gue punya pacar! Harus nunggu gue lah, masa gue jomblo, lo nya engga. Kan ga adil! Cariin cowo kek."

"Lho kok nyuruh gue. Emang udah takdir kali dari Yang Mahakuasa, ada cowo yang deketin gue. Terus kita jadian. Kalau ga ada yang deketin lo itu mah..." Laura senyum - senyum menatap Luna.

"Apa? Takdir? Ih jahat lo ya!" Luna berusaha memukul saudara kembarnya itu. Seketika, Laura dengan gesit berhasil menghindar.

"Wek ga kena!" Laura menjulurkan lidahnya lalu lari menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

"Itu mah artinya lo jelek! Hahaha." Laura mempercepat langkahnya, karena yang Luna yang emosi semakin dekat.

"Eh, lo ngaca ya! Lo kembaran gue! Gue jelek, ya Lo juga jelek, tolol!" Laura melepaskan sandalnya dan melemparnya ke arah Laura. "Wek, gakena, wek." Laura dengan cepat menutup pintu kamarnya.

"Luna jelek, Laura cantik! Muka kita jelas beda dan ga kembar, orang - orang aja yang anggep kita kembar. Padahalkan beda, gue jelas - jelas cantik, dan lo tua! Wek!"

"Woi, gue sama lo cuma beda 5 menit ya lahirnya! Ga bisa dong lo tua - tuain gue seenak jidat." Luna menggedor - gedor pintu kamar Laura. "Woi buka woi! Sini hadepin gue!"

Laura pun membuka pintu kamarnya. Ia menatap Luna dengan diam. Luna bingung melihat tingkah saudara kembarnya itu.

"Woi, lo kenapa woi," Luna menggerakkan tangannya di depan wajah Laura.

"PUBG, kuy! Kurang satu orang nih."

"Ayuk!"

Luna pun masuk ke kamar Laura dan mereka segera memainkan game yang sedang booming itu. Semudah itu membuat mereka akur kembali. Tak perlu tanya siapa yang mengajari mereka untuk bermain game itu. Tak lain tak bukan, pelakunya adalah Aldi.

• • •

"Jangan jauh - jauh dari gue mbak, gue jagain. Sini deket - deket aja," ujar seorang laki-laki random yang kebetulan satu team dengan dua gadis kembar itu.

"Aduh, duh, gue knock anjir," omel Laura

"Sini, sini dibalik tembok sini, biar gue revive, Mbak," ujar laki - laki tadi.

"Eh, udah gelap anjir. Buruan! Darah gue udah tipis nih! Sentuh gue dong. Sentuh gue buru!"

"Iya, iya sini Mbak. Sini Mbak gue sentuh. Buruan Mbak."

"Ih, sentuh - sentuh apaan coba. Bahasa dari mana itu," kata Luna.

"Sentuh itu revive, hehehe. Yah gue ga punya obat," ujar Laura.

"Sini, sini. Gue kasih. Butuh apa? Medkit? Nih gue kasih 2. Minuman? Nih buat lo 4. Suntik juga ni. Sekalian pelurunya ni gue kasih 50. Ni helm level 3 nih. Rompi juga. Nih scope x4. Grip - grip juga." Laki - laki itu pun memberikan semua itu pada Laura.

"Eh, dasar ya cowo. Kalo ke cewe aja semua dikasih. Sekalian aja kasih isi tasnya semua. Hatinya juga tu kasih. Kalo bisa sekalian mobil, duit, rumah, cincin, emas, ATM, sertifikat tanah, ginja sekalian," cibir Luna.

"Lho, mbaknya cemburu? mau lootan juga? Bilang dong. Gue peka kok, mau apa? Scope? Nih scope x4, ni sekalian peluru iji 70."

Luna menyenggol tubuh Laura dan memberi kode untuk mematikan microphone nya. Laura pun langsung mematikannya.

"Enak ya jadi cewe bisa memperbudak cowo - cowo, minta lootan dikasih semua."

"Ya tapi kan coba main sama cowo semacam Aldi, yang ada malah dia yang minta loot, kalo ga dikasih, kitanya yang di bom," ujar Laura.

"Ih, ngapain inget Aldi, bikin sepet aja sih." Luna pun kembali menyalakan microphone. Begitu pula Laura.

"Eh, ada bot nih Mbak. Buat Mbak aja. Gue mah laki mbak. Maunya sama musuh yang asli, ga level sama bot."

Jedor...

yunamanasye knock out by PWS¯ツELVINA

"Eh, Mbak gue knock Mbak. Tolong. Susah nih musuhnya, yang gampang mah dapetin hati Mbaknya."

"Ih! Apaan sih! Bisa diem ga!" ujar Laura dan Luna bersamaan.

ANGGERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang