Laura sedang menonton tv dengan menggunakan piama tidurnya saat ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk. Ia pun mengambil ponselnya dengan malas lalu membaca pesan itu.
Anggerio : Ra, lo siap siap ya. Ini gue hampir sampe rumah lo. Gue mau ajak lo ke suatu tempat. Sorry tadi ga bilang lo dulu.
"WHAT! Gila apa. Gue aja baru bangun. Sarapan belum, mandi belum. Mana mandi gue lama banget lagi," kata Laura sambil berlari tegesa-gesa menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua untuk mandi.
Tok. Tok. Tok.
Anggerio mengetuk pintu rumah megah Laura. Satu detik. Dua detik. Lima detik. Sembilan detik. Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Anggerio pun mengetuk pintu itu lagi.
Tok. Tok. Tok.
"Siapa sih itu? Gangguin orang lagi masak aja," Luna pun mematikan kompornya dan beranjak keluar dari dapur untuk membukakan pintu.
Tok. Tok. Tok.
"Iya, iya! Bentar. Ini juga gue lagi jalan," Luna membuka pintu rumahnya.
"Siapa y—"
"Ya ampun, Laura. Gue udah ketokin pintu lo dari tadi sampai buku jari gue keram. Lo ngapain sih kok lama banget bukanya?" potong Anggerio. Ia memang tidak tau bahwa Laura mempunyai saudara kembar. Makanya ia tidak sadar bahwa perempuan di depannya itu bukanlah Laura.
"Gue lagi mas—"
"Gue tau lo pasti lagi dandan kan? Ra, gue bilangin ke lo ya. Lo itu ga usah dandan udah cantik kok," puji Anggerio sambil memegang pipi Luna.
"Siapa juga yang danda—"
"Udah, udah. Pokok kita harus pergi sekarang. Perut gue keroncongan. Gue laper. Gue mau ajak lo ke kafe," kata Anggerio sambil memegang perutnya yang sudah berteriak teriak meminta untuk diisi.
Anggerio menarik Luna dari pagar rumahnya untuk masuk ke dalam mobil.
"Tapi gue bukan Lau—"
"Silahkan masuk tuan puteri," Anggerio membuka pintu mobil disamping kursi pengemudi.
"Tapi gue kan lagi masak. Nanti masakan gue gimana? Lagian gue itu bukan Lau—"
"Masakan lo kan bisa diurus sama nyokap lo," Anggerio mendorong Luna dengan lembut untuk masuk ke dalam mobilnya. Luna pun terpaksa menyerah dan menuruti apa mau Anggerio. Sorry Ra, gue terpaksa gantiin posisi lo sebentar aja.
• • •
Mobil milik Anggerio berhenti disebuah kafe. Luna memandangi kafe tersebut lalu membaca tulisannya. Dlialogue cafe?
"Kayaknya gue pernah deh ke kafe ini. Tapi kapan ya?" Luna berusaha mengingat kapan dan dengan siapa dia pernah ke kafe itu.
"Oh ya?" tanya anggerio sambil membuka sabuk pengaman yang ia kenakan. Lalu ia membuka pintu mobil dan keluar untuk membukakan pintu Luna.
Ya jelas lah lo pernah ke sini. Di sini kan tempat lo sakiti dan tikung adik gue.
"Ayuk?" Anggerio mengulurkan tangannya. Luna ragu untuk membalas uluran tangannya. Jelas jelas ia tidak kenal siapa laki laki itu. Nama nya pun dia tidak tau.
Tapi gue harus pura pura jadi Laura. Bagaimanapun ini demi adik gue. Luna pun membalas uluran tangan Anggerio. Luna keluar dari mobil dan Anggerio menutup pintu mobilnya.
Mereka berjalan masuk ke dalam kafe sambil bergandengan tangan. Anggerio mengedarkan pandangannya. Mencari meja kosong dan tempat yang sepi.
"Duduk di pojok sana aja ya," Anggerio menarik Luna lembut untuk menuju ke kursi yang ia maksud. Setelah mereka duduk berhadapan, pelayan datang dan memberi mereka menu. Laura dan Anggerio mengambil menu itu dan membacanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGERIO
Teenfikce"Mainan gue bukan boneka. Tapi si kembar." - Anggerio Berawal dari bertemu Anggerio di parkiran gedung bioskop, rasa itu mulai tumbuh di hati Laura. Tapi, tanpa ia sadari, Luna, saudara kembarnya, juga mencintai orang yang dicintainya itu. Tak hanya...