Kring! Kring!
Bel berbunyi dua kali tanda istirahat. Semua murid X2 terutama yang pria berlomba lomba lari ke luar kelas.
"Minggir, Di. Gue mau ke kantin," kata Laura sambil menepuk bahu Aldi. Aldi yang tampak sedang menulis sesuatu pun menggeser maju kursinya agar Laura dapat keluar.
"Ke kantin yuk. Buruan, keburu makanannya habis," kata Laura kepada teman temannya yang sedang larut dalam dunianya masing masing. Mita pun beranjak dari kursinya.
"Lo ga ikut Sal?" tanya Mita kepada Salsha.
"Nggak. Masih seru nonton drama Korea kill me heal me. HAHAHA! YA AMPUN! NGAKAK BANGET GUE SUMPAH!" Salsha terbahak bahak melihat video yang ia tonton.
"Ih, apaan sih."
"Lagian bentar lagi temen gue mau ke sini ajarin gue matematika sama fisika," ujar Salsha di sela tertawanya.
"Idih. Sok rajin," ejek Mita.
"Mit! Buruan dong! Keburu masuk nih." Laura yang menunggu di luar dari tadi pun memanggil Mita lewat jendela kelas.
"Iya, iya. Gue jalan." Mita pun keluar dari kelas dan menyusul Laura yang sudah jalan duluan.
Mereka jalan berdua melewati koridor yang menuju ke kantin. Tak lama, mereka pun telah sampai di kantin. Kantin terlihat ramai sekali seperti lautan manusia. Semua meja tampak sudah penuh kecuali meja yang di—
"Pojok situ Mit. Ada meja kosong. Cuma itu aja meja yang kosong. Gue duduk di sana ya biar ga ditempati sama orang lain. Gue titip beliin baso sama es jeruk ya," kata Laura sambil memberikan uangnya kepada Mita.
"Siap bos. Cepetan duduk. Keburu ditempati orang." Laura pun mengangguk dan berjalan menuju ke meja itu lalu duduk di kursinya. Ia melihat murid murid yang sedang lalu lalang. Dan—
Gelap. Ada tangan yang menutupi matanya. Laura menyentuh tangan itu. Dingin, itu yang ia rasakan.
"Mit, ga usah tutup mata gue! Gue udah tau kalo itu lo. Jadi ga usah ajak gue main tebak tebak an siapa yang tutup mata gue."
"Yakin kalau gue Mita?" jawab seseorang yang menutup mata Laura. Suara itu, itu kan suaranya—
"Anggerio?" tanya Laura memastikan.
"Iya, ini gue. Kenapa? Kangen ya?"
"Pede amat."
"Siapa yang pede? Gue ga pede. Kan itu emang fakta," Anggerio memandangi wajah Laura lekat lekat. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke Laura sambil memejamkan matanya, dan—
Plak!
Laura menampar Anggerio sampai sampai semua mata tertuju kepada mereka.
"Apaan sih lo. Pacar gue juga bukan. Udah berani cium cium gue aja," Kata Laura marah.
"Jadi kalau gue tembak lo dan lo terima gue, gue boleh dong cium lo?"
"Hoi! Bahas apaan kok ada cium ciumnya segala?" Tanya Mita yang baru saja datang dengan membawa dua mangkuk baso dan dua gelas es teh.
"A-anu, itu—"
"Gue ngecium bau bau harum gitu. Terus gue tanya ke Laura bau apa itu. Eh ternyata bau parfumnya," potong Anggerio.
"Oh, kirain apa." Mita pun duduk di depan Anggerio dan Laura.
"Lo ga makan?" tanya Laura kepada Anggerio yang hanya menatapi dirinya yang sedang makan.
"Ini juga mau makan kok," Anggerio mengambil mangkok yang ada di depan Laura dan merebut garpu yang Laura pegang. Ia memakan baso milik Laura sampai habis.
"Ih! Lo kok jahat sih. Itu kan baso gue!" Anggerio hanya menjulurkan lidahnya lalu ia segera mengambil es jeruk milik Laura dan meminumnya hingga setengah.
"ANGGERIO! Nakal banget sih lo! Itu kan minuman gue!"
"Yang penting kan gue sisain setengah buat lo. Nih," Anggerio memberikan minuman yang baru ia minum ke pada Laura. Laura memandangi minuman tersebut.
Aduh... Gue haus banget. Tapi tuh minuman udah diminum sama Anggerio. Masa gue bekas bekasan sama dia? Ah masa bodoh. Yang penting gue haus dan harus minum tuh minuman. Laura pun meminum minuman itu sampai habis.
Kring!
Bel berbunyi tanda istirahat telah berakhir. Mereka bertiga pun beranjak dan menuju kembali ke kelas masing masing. Saat melewati koridor, Anggerio menggandeng tangan Laura.
"Gue sayang lo, Ra," kata Anggerio sambil menyentuh pipi Laura.
"Gue juga sayang lo, Ger." Akhirnya pernyataan itupun Laura ungkapkan kepada Anggerio. Merekapun saling bertatapan, lalu memalingkan wajah karena malu.
"Ceritanya gue jadi obat nyamuk nih?" kata Mita miris.
"Makanya jangan ngejomblo terus Mit! Cari pacar sana!" kata Laura menyindir Mita.
"Lo sendirikan juga jomblo, Ra," kata Mita menyindir Laura balik.
"Setidaknya gue kan udah punya calonnya. Ya ga, Ger?" kata laura sambil merangkul lengan Anggerio.
"Iya dong. Tinggal tunggu hari dimana gue tembak lo."
Merekapun telah sampai didepan kelas. Laura dan Anggerio berpencar memasuki kelas mereka masing masing.
Rupanya Pak Agung sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas. Laura yang jalan menuju ke bangkunya, melihat Aldi sedang memegang sebuah surat. Aldi yang menyadari kedatangan Laura pun langsung memasukan surat itu ke laci meja Laura dan ia pura pura bermain ponsel. Aneh tu anak. Pikir Laura.
"Minggir Di, gue mau lewat," Aldi pun bangkit berdiri membiarkan Laura lewat, lalu ia duduk kembali.
Laura yang masih curiga dengan tingkah Aldi pun merogoh lacinya. Dan ia mendapatkan sebuah surat. Laura membuka surat itu dan membacanya.
Cinta gue ke lo itu ibarat kecoa.
Ga punah dimakan jaman."Ih, gila apa ni cowok. Rasa cinta kok disama samain kayak kecoa. Ya bener sih. Rasa cinta dia ke gue dan kecoa itu sama sama bikin gue jijik," kata Laura sambil bergidik geli.
Apa Aldi ya yang selama ini teror gue? Tapi buat apa coba? Dia ga mungkin suka sama gue. Dia kan sahabat gue dari SD.
"Laura! Kenapa kamu nunduk terus? Baca apa kamu, hah!" bentak Pak Agung yang memang terkenal galak.
"A-anu Pak itu—" belum saja Laura melanjutkan kata katanya, Pak Agung sudah menghampiri Laura dan merampas surat yang ia pegang.
"Apa ini?" tanya Pak Angung sambil membuka surat itu. Lalu ia membaca surat itu keras keras.
"Surat dari siapa tuh, Ra? Dari Aldi ya?" Teriak seseorang dari depan.
"Cieee..." semua murid kelas X2 bersorak dan bersiul siul kepada Laura dan Aldi.
"Bukan. Itu bukan surat dari gue," sahut Aldi.
"Halah. Jujur aja, Di. Kalo mau ungkapin perasaan tuh langsung aja. Kan Laura nya ada di sebelah lo. Ga usah pake surat surat segala. Kuno tau. Ya kan guys?" teriak orang itu lagi.
"Iyaa..." sahut semua murid kelas X2.
"Sudah sudah, diam semua! Kita lanjutkan pelajarannya," kata Pak Agung sambil mengembalikan surat itu kepada Laura.
"Huuu..." sahut anak anak kelas X2. Pelajaran pun dilanjutkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGERIO
ספרות נוער"Mainan gue bukan boneka. Tapi si kembar." - Anggerio Berawal dari bertemu Anggerio di parkiran gedung bioskop, rasa itu mulai tumbuh di hati Laura. Tapi, tanpa ia sadari, Luna, saudara kembarnya, juga mencintai orang yang dicintainya itu. Tak hanya...