"Ahh... akhirnya selesai juga filmnya," ujar Laura sambil merenggangkan tubuhnya.
"Gilak. Ini rekor kita. Nonton 16 episode dalam 1 hari nonstop," ujar Luna sambil menguap dan mematikan laptop.
"Filmnya bagus bingits maksimal fix, sih. Makanya kaga bisa berhenti nonton. Oh ya, jam berapa ini?" Laura mencari ponselnya untuk melihat jam. "Eh buset, udah jam 3."
"Masih jam 3? Gue ke toko buku dulu ya. Mau beli pensil sama penghapus," kata Luna sambil beranjak dari duduknya.
"Iya, kalau toko buku ada yang buka."
"Mentang mentang hari ini hari Minggu, ga berarti semua toko buku tutupkan." Luna keluar dari kamar Laura dan jalan menuju keluar rumah.
Luna pun membuka pintu rumah dan...
"Lah, lah. Kok gelap?" Luna menoleh kanan, kiri, atas. "Jam 3 kok gelap? Mendung? Kaga mungkin segelap ini tapi. Jangan jangan... ini maunya kiamat! LAURAAA!!!" Luna yang panik dan kebingunganpun segera lari menuju ke kamar Laura.
Sesampainya didepan kamar Laura, Luna menggebrak pintu kamar Laura. "Laura! Di luar gelap! Ini tanda tanda kiamat!"
Laura hanya melirik Luna sekilas lalu ia kembali memejamkan matanya dan memunggungi Luna.
"Laura! Lo gila apa!? Ini kiamat bego! Di luar gelap dan lo cuma santai aja? What!?" Luna yang panik segera lari menghampiri Laura.
"Lauraaa!!!" Luna menggoncang goncang tubuh kembarannya itu.
"Aish. Jangan lebay, please. Sekarang tuh jam 3 pagi. Wajar lah diluar gelap langitnya."
"What? Pagi!?"
"Yups."
"Ah, Lauraaa... gue pikir jam 3 sore, anjir." Luna memukul mukul lengan Laura dengan pelan.
"Udah, ah. Buruan tidur. 4 jam lagi masuk sekolah. Ini udah Senin loh."
"Gilak apa? Ga masuk gue. Cuma tidur 3 jam dan 1 jam buat siap siap sekolah. Ga mau, ga mau. Kalau lo mau, lo aja sendiri yang masuk." Luna beranjak dari tempat tidur Laura.
"Mau kemana lo?"
"Kamar, lah. Bobo." Luna menutup pintu kamar Laura dan pergi menuju kamarnya.
"Hmph..." Laura menaruh ponselnya dan merebahkan tubuhnya untuk mulai masuk ke dunia khayalan—dunia mimpi.
• • •
Krinnnggg...
"Udah bel nih. Dan tuh anak belum dateng juga?"
"Telat kali. Kayak waktu itu, tuh," ujar Salsha kepada Mita sambil main UNO dengan Florin.
"Iya kali. Berarti dia berangkat bareng Anggerio dong?" tanya Mita.
"Tapi ya. Sekitar 15 menit yang lalu, gue lihat Anggerio udah dateng," ujar Aldi ikut nimbrung.
"Apa jangan jangan Laura kaga masuk gara gara sakit ya?"
"Ya kaga mungkin lah, makhluk kayak Laura bisa sakit."
"Iya tapi dua juga manusia kali. Bisa sakit juga. Eh, gue balik dulu ya. Udah bel dari tadi. Takut gurunya buru masuk." Florin menaruh kartu UNO yang dipegangnya lalu ia jalan menuju ke kelasnya.
"Gue coba tanya Laura ya?" Aldi mengambil ponsel di sakunya lalu mulai mengetikkan pesan untuk Laura.
Aldi : Lo ga masuk?
"Di bales ga?" tanya Mita penasaran. Aldi hanya menggelengkan kepalanya dan ia menaruh ponselnya di atas meja.
"Kalau ga telat, ya sakit. Udan lah, dibikin simple aja. Kalau sampai jam ke 2 dia ga dateng, berarti dia gamasuk. Sakit. Jadi pulang sekolah kita jenguk dia bareng bareng," kata Salsha panjang lebar.
"Oke, deh." Mita mengacungkan ke 2 jempolnya.
"Siap, bos." Aldi mengacak rambut Salsha.
"Ih, lo suka ya sama gue? Pegang pegang aja." Salsha menampik tangan Aldi.
"Hari ini pertama kalinya gue pake bedak dan langsung ada yang suka sama gue? Wow. Ini baru bedakkan loh. Belum pake lipstick, eyeliner, blush—. Emmmhhh... emmmhhh..." Mita membekap mulut Salsha yang mulai merocos tidak jelas.
"Kebanyakkan bacot, ah." Mita pun melepaskan tangannya dari mulut Salsha.
Kelaspun tiba tiba menjadi sepi. Salsha, Mita, dan Aldi pun melihat ke depan. Rupanya guru yang akan mengajar baru saja masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGERIO
أدب المراهقين"Mainan gue bukan boneka. Tapi si kembar." - Anggerio Berawal dari bertemu Anggerio di parkiran gedung bioskop, rasa itu mulai tumbuh di hati Laura. Tapi, tanpa ia sadari, Luna, saudara kembarnya, juga mencintai orang yang dicintainya itu. Tak hanya...