Chapter 7

9.2K 648 680
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
(◕‿◕✿)

'Tuhan beri kita masalah untuk kitahadapi bukan untuk dihindari"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Tuhan beri kita masalah untuk kita
hadapi bukan untuk dihindari"

Devan Aditama

Happy Reading...


"Hei!" cowok itu menepuk pipinya.

Amel tersentak lalu memeluk cowok itu erat-erat seperti tidak ada hari lain. Ia menangis histeris dipelukan cowok itu. Meluapkan segala emosi dan sakit dihatinya, pelukan yang sangat ia butuhkan, pelukan hangat membuat siapa saja yang berada disana tidak mau lepas. Dari dulu pelukan cowok ini tidak pernah berubah hangat dan menenangkan.

"Sttt, jangan nangis sayang" ucap cowok itu mengusap punggung Amel lembut sesekali mengecup pucuk kepala penuh kasih sayang.

Suara tangisan sudah tidak terdengar, merasa lebih tenang cowok itu mengurai pelukan kedua ibu jarinya terulur untuk menghapus air matanya.

"Kamu kenapa sayang huh?" tanya cowok itu lembut.

Amel menggeleng kecil

"Jangan buat aku cemas kaya gini lagi, mengerti?"

Kedua tangan Amel merangkup pipi cowok itu. Tiba-tiba kepalanya mulai berat, tubuhnya terasa melayang diudara, penglihatannya tidak stabil, perlahan...pandangan mulai gelap.

~~BOB~~

Sudah dua hari Amel demam tinggi dan selama dua hari Devan tidak pernah sedikitpun meninggalkan Amel sendiri. etelah mendapat kabar Amel sakit Rena dan athan langsung terbang ke Jakarta, orang tua mana yang tidak cemas melihat anaknya sakit, terutama Rena begitu panik setelah Varo mengabarkan kondisi Amel.

"Sayang, makan dulu"

Amel mengalihkan pandangan dari ponsel lalu menggeleng lagi dan lagi. Devan tidak berhenti disitu ia terus membujuk Amel untuk makan karna sedari tadi Amel selalu menolak apapun yang masuk kedalam mulutnya membuat Devan tambah frustasi.

"Kamu harus makan, kamu belum makan dari pagi" Devan menyuapkan sedok bubur depan mulut Amel.

Amel memandang sendok itu kemudian menggeleng seraya menutup mulutnya "Mulut aku pait, Dev"

"Ayolah, beberapa sendok aja aku gak mau perut kamu kosong" Devan menatap Amel dengan tatapan memohon.

Amel tahu saat ini Devan sangat mencemaskan dirinya, ia tidak boleh egois ada orang lain yang sangat menyayanginya, akhirnya Amel membuka mulut dan melihat itu Devan menghela nafas lega.

"Pinter" Devan mengacak rambut Amel gemas membuat si empunya menggeram kesal.

Devan tertawa pelan melihat ekspresi gadisnya begitu menggemaskan, apalagi melihat bibir merahnya membuat siapa saja ingin merasakannya.

Backstreet Of Badboy (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang