Take Me To Nowhere

4.6K 706 140
                                    

seobin | midam

Midam menghempaskan tubuhnya di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Midam menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia sungguh lelah, dan hari ini akhirnya ia pulang. Perjuangan sudah berakhir, bukan?

Midam sungguh ingin menyerah. Dia lelah pada dunia, dia ingin pergi di mana dia bisa berhenti tertekan dan bahagia.

"Kak, udah pulang?"

"Ya."

"Kak, serius."

"Serius, Bin."

Itu Seobin, kekasih Midam yang sebelumnya berjuang bersama sebelum Seobin selesai duluan. Midam kira, saat itu adalah saat yang paling menyedihkan, tapi ternyata hari ini lebih menyedihkan.

"Kak."

"Aku gagal, Bin. Aku sok jagoan sampai-sampai aku nggak bisa selamat."

"Kak Midam nggak gagal, kakak jadi pemenang di hidup kakak sendiri."

"Keinginanku nggak muluk-muluk kan, Bin? Debut. Setelah bertahun-tahun aku nunggu. Susah banget ya?"

"Kak Midam..."

"Apa aku pergi aja dari dunia ini? Aku capek, Bin. Aku capek karena mimpi yang nggak ada kepastian..."

Midam luluh juga. Ia menangis di pelukan Seobin, sedang Seobin menepuk punggungnya pelan.

Dia ikut sakit melihat kekasihnya menangis.

"Kakak jangan nangis... Ayo bangun, kita makan ya?"

"Nggak nafsu, Bin..."

"Aku suapin."

Midam menurut. Dia lapar tapi moodnya terlanjur berantakan dan dia tidak bisa berpikir jernih. Daripada berdebat dengan kekasihnya, lebih baik ia menurut.

"Seobin..."

"Ya?"

"Terima kasih."

Seobin bingung, "Buat apa?"

"Sudah ada di sini ketika aku jatuh."

"Itu kewajibanku, kak. Bukannya dari awal aku udah janji mau jaga kakak dan nyerahin segalanya untuk kakak?"

Midam mendengus, "Mulai deh gombalnya."

"Kalau kakak sedih lagi, kakak cerita ya sama aku? Aku bisa dengerin semuanya. Ayo kita terbuka satu sama lain, kak, kakak nggak bisa sendiri terus."

Midam menangis lagi. Seobin menuntunnya ke dalam pelukan, Midam menyamankan dirinya agar hangat di pelukan kekasihnya itu.

Seobin masih sama seperti kali pertama mereka bertemu, apapun untuk Midam. Midam merasa beruntung bisa memilikinya.

"I love you, Seobin. I love you so freaking much untill i can't describe what is love..."

"I know it. You always love me, Lee Midam."

Seobin berpindah, sekarang ia merangkul Midam yang sedang nyaman di bahu dan lehernya. Mereka bersandar pada sofa menghadapi televisi yang mati.

"Habis ini kakak mau ke mana? Memulai semua yang baru lagi?"

"Aku lelah, tidak bolehkah aku menyerah pada mimpi dan menikah saja?"

Seobin mencium hidung Midam, "Lee Midam yang aku kenal bukan orang yang gampang menyerah."

"Tapi aku capek, Bin. Aku mau keluar dari dunia ini."

"Ngurus anak-anak dan rumah tangga juga susah, kak. Sekarang kakak fokus sama mimpi kakak, jangan mikirin yang aneh-aneh."

Midam menatap Seobin sedih, "Seobin nggak mau nikah sama Midam, ya?"

"Bukan gitu, kak. Tapi kakak pasti punya keinginan sebelum terikat sama aku, kan?"

"Iya. Aku mau ketemu teman-temanku dan bilang selamat tinggal. Aku akan menikah dengan Yoon Seobin dan memiliki anak-anak yang lucu."

Seobin tertawa keras. Barangkali Midam sedang tidak sadar karena kelelahan.

"Do what you love, sweetie. Kalau udah, ayo nikah."

"Janji?"

"Pinky promise," Seobin membalas tautan jari kelingking Midam. Dia berjanji atas jiwa raganya.

since midam and seobin are my best heartbreaks, i want to say thanks a lot to these great peoples

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

since midam and seobin are my best heartbreaks, i want to say thanks a lot to these great peoples...

aku nggak berhenti nulis seodam, sumpah mereka nggak bakal bisa dilupakan. jadi, kalau di book ini lebih rame work seodam, ya karena aku selalu bucin seodam.

terima kasih. kalian jangan sedih, ya?

Eks Seratus Satu, Entah Apa Isinya. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang