Last Train

3K 559 73
                                    

hangyul | sihoon

"Jam berapa berangkatnya, Hoon?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jam berapa berangkatnya, Hoon?"

Sihoon sibuk mengangkat koper dan tas ranselnya. Ia tidak menjawab pertanyaan yang diajukan lawan bicaranya.

"Sihoon, berangkat jam berapa?"

"Jam lima nanti, Gyul. Di sana Yohan nungguin kok."

"Ayo cepet. Ini udah jam setengah empat."

Hari ini Sihoon akan pulang. Dia datang sebentar ke kota kelahirannya untuk liburan, sementara besok ia harus masuk kerja.

Mereka berdua tiba di stasiun dan sudah disambut oleh Yohan, dan beberapa orang lainnya. Ada Eunsang, tetangga sebelah yang sudah dianggap Sihoon sebagai adik kandungnya. Ada juga Wonjin, teman dekatnya yang lebih muda setahun.

Jangan lupa barisan para bucin yang menemani ketiga orang di atas, Yuvin, Junho, dan Minkyu.

"Kak Sihoon! Kok udah mau pulang sih, kan Eunsang belum lama ketemunya..."

Sihoon terkekeh, "Taun depan lagi ya, Sang? Taun depan kita main ke pasar malam deh!"

"Janji?"

Sihoon mengangguk, "Iya. Ajak Junho sekalian ya?"

"Wonjin, jagain adek gue ya? Jangan sampe dia dimodusin sama Junho."

"Kak, aku nggak pernah modusin Eunsang..."

"Siap 86, kak!" Wonjin nyengir, sedang Junho hanya mendengus kesal.

"Hoon, beneran balik? Nggak mau resign aja terus kerja di sini?"

"Enak aja nyuruh resign, emang kenapa gue harus resign?"

Yohan cemberut, "Kali aja ada yang ngangenin lo lebih dari orang lain kangen lo."

"Siapa?"

Semuanya diam, tapi secara perlahan mundur untuk membuka jalan. Ada Hangyul di belakang, paling belakang di antara mereka.

"Tuh orangnya."

"Apa sih, nggak ah."

Sekarang giliran Hangyul yang berbicara. Sebenarnya Hangyul hanya diam memandangi Sihoon dari atas sampai bawah.

Sungguh, bocah ini selalu membuatnya jatuh hati!

"Hoon, you look good."

"I always do."

Di belakang sana, Yohan sudah hampir melepas tawa. Untung Yuvin segera menarik sepupu Sihoon itu untuk membeli minum di vending machine.

"Kak, aku sama Minkyu duluan ya? Mami Minkyu ngajak jalan soalnya."

"Eunsang juga, kak. Mau balik nanti dimarahin bunda."

Sihoon tersenyum, "Hati-hati kalian."

"Sihoon..."

"Ya?"

"Can't you just stay here? With me?"

"Gyul, aku kan harus kerja..."

"Pindah aja ke sini. Kerja di sini biar nggak perlu jauh-jauh dari aku."

Sihoon bisa ngerasain kalau air mata Hangyul sudah hampir jatuh. Walaupun terlihat galak dan tegas, Hangyul adalah orang yang perasa.

"Hoon, balik aja ke sini, tinggal sama aku."

"Aku kan harus kerja—"

"Berhenti aja kerjanya, aku nafkahin aja, aku sanggup kok!"

Sihoon melepas ranselnya. Tangannya melebar, ia tahun Hangyul butuh pelukan. Lagipula keretanya belum berangkat, ia tidak perlu buru-buru.

"Hangyul."

"I'll be back, ok?"

Hangyul mengangguk. Dia mempererat pelukan, masih belum sanggup berpisah dengan teman masa kecilnya itu.

"Kalau kamu kangen aku, telepon bisa, video call bisa. Jangan sedih, Gyul."

"Hoon, jangan suka siapa-siapa ya? Taun depan kalau kamu pulang mau aku lamar, jangan bawa gandengan."

Sihoon mengusap hidung Hangyul, "Iya, bawel."

Hangyul merengkuh Sihoon sekali lagi, pelukan terakhir hingga tahun depan. Dia harus menahan lebih lama lagi.

"I'll wait, Kim Sihoon who's gonna be my Lee Sihoon."

"Thanks for waiting, Lee Hangyul."

kalau kalian nangis, aku mau minta maaf ya hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kalau kalian nangis, aku mau minta maaf ya hehe. aku pusing banget ini mos hari ketiga aku bolos karena sakit :'

rekor : lebih dari 500 kata :')

Eks Seratus Satu, Entah Apa Isinya. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang