Become An Adult

3.1K 518 16
                                    

junho | eunsang

"Aku sudah selesai menggambarnya dengan sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah selesai menggambarnya dengan sempurna."

"Bagus. Tunjukkan padaku."

Eunsang membuka lembaran kertas besarnya, "Target keliling dunia di usia 25 tahun, sudah selesai aku rancang dengan baik. Umurku memang masih 18 dan itu artinya aku masih punya 7 tahun sebelum ini semua selesai. Saat ini, aku bekerja part-time sebagai modal awal untuk mimpiku. Rencana lanjutan, ada tawaran pekerjaan arsitek untukku dan aku akan mengambilnya setelah lulus sekolah."

"Eunsang, sudah cukup yakin?"

"Aku yakin seratus persen," jawab Eunsang mantap.

Junho menurunkan kacamata sampai di hidungnya, "Rencana yang indah. Kapan mau memulai?"

"Oh, sejak umur 15 aku sudah memulainya! Apalagi aku punya rencana tambahan. Aku ingin menjadi penerjemah bagi para turis, aku ingin membelikan mami rumah, aku ingin pergi ke pulau sebelah dengan temanku. Semua butuh duit, dan karena itulah, Junho, aku bekerja."

"Kamu sungguh pekerja keras?"

"Saya pekerja keras."

Junho mengangguk. Dia tahu persis siapa Eunsang di depannya ini. Seorang keras kepala yang tidak kenal menyerah, dan jarang sekali gagal. Eunsang bisa berpikir lebih dewasa dari siapapun.

Dan Junho selalu kagum pada anak kecil di depannya itu.

"Eunsang," Junho memperhatikan Eunsang yang kembali menyibukkan diri di balik radiasi laptopnya.

"Ya?"

"Kamu ngejar S1, tahun ini atau tahun depan?"

"Tahun depan, tepat 3,5 tahun."

Dan otak jenius Eunsang itu membuatnya mampu melewati 3 SKS di sekolah. Umur 18 ini ia akan lulus, dan tahun depan ia bisa memulai segalanya.

"Jun."

Junho, di umurnya yang menginjak 22 tahun, selalu enggan dipanggil kakak oleh Eunsang. Mereka akan lulus bersama tahun depan.

"Ya?"

"Setelah dapat kerja, kamu mau apa?"

"Aku mau menikah," Junho juga sudah memperhitungkannya. Waktu 3 tahun cukup untuk membayar separuh dari harga rumah yang orang tuanya siapkan. Ia bisa menempatinya.

"Dengan siapa? Sudah ada calon?"

Junho melihat tangan kiri dan kanannya. Tidak ada apapun di situ, artinya dia masih sendiri.

"Tidak ada."

"Baguslah. Nanti kita menikah bersama saja."

"Apa?"

"M-maksudku, acaranya pada waktu yang sama. Berbagi gedung, hehe," Eunsang buru-buru mengoreksi.

"Kalau kamu mau menikah denganku juga tidak masalah, Eunsang. Aku sudah siap."

"Aku yang tidak siap."

"Kenapa?"

"Kita teman baik, Junho. Kalau kita menikah, aku harus apa? Canggung nantinya. Aku masih mau menjadi teman baikmu."

Junho tersenyum. Lagi-lagi statusnya berhenti pada teman baik. Teman berbagi pikiran. Teman berencana. Teman merancang kehidupan.

Junho harusnya sadar. Sejauh apapun ia coba, Eunsang memang hanyalah teman untuknya.

"Junho, aku duluan ya!"

"Mau ke mana?"

"Mau jemput Yeojin. Duluan!"

Junho tersenyum. Eunsang masih saja terikat dengan pacar anak SMA-nya itu.

Junho memutar lagi apa yang telah ia lihat dari Eunsang. Dan ia sadar, satu hal telah berubah dari diri Eunsang.

Jari manisnya telah terisi cincin.

Telah membuktikan bahwa Eunsang memang telah bertunangan dengan Yeojin, dan kesempatan Junho sudah pupus.

aku nulis ini sambil ngebayangin adek kelasku yang waktu smp ikut aksel terus lulus bareng aku, eh pas sma dia masuk kelas aksel lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku nulis ini sambil ngebayangin adek kelasku yang waktu smp ikut aksel terus lulus bareng aku, eh pas sma dia masuk kelas aksel lagi.

nggak capek apa otaknya? :(

Eks Seratus Satu, Entah Apa Isinya. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang