Night Changes

2.5K 249 22
                                    

dongbin | heejun

Malam Sabtu yang indah dan penuh gairah, di mana mobil-mobil antik dan mewah berkeliaran menyapa aspal jalan yang sudah rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam Sabtu yang indah dan penuh gairah, di mana mobil-mobil antik dan mewah berkeliaran menyapa aspal jalan yang sudah rindu. Suara motor yang berisik dari anak-anak muda yang selalu bernyanyi di jalan. Sebuah momen yang ikonik.

Tidak jauh beda dengan Heejun dan teman-teman. Mereka berencana berkunjung ke salah satu bar yang cukup dikenal di kota. Meneguk segelas alkohol sepertinya tidak buruk.

"Apa kabar, lama tidak melihatmu."

"Baik, Kyu. Bolehkah aku minta vodka saja?"

"Tentu," bartender Kyu segera menyangka satu shot vodka untuk Heejun.

"Satu lagi untukku, tolong."

Heejun menoleh, tumben sekali Dongbin ikut duduk. Biasanya ia akan bergabung dengan huru-hara di tengah sana, bermain dengan beberapa perempuan atau mencium salah satunya. Heejun sama sekali tidak tertarik.

"Ada apa kau ke sini?"

"Oh, tidak boleh kah?"

"Tentu saja boleh," Heejun menegak satu shot vodka tadi dengan cepat. Dia tidak ada rencana mabuk, dia ingin tetap sadar sampai akhir.

"Bir saja, Kyu."

"Kau malas mabuk?"

"Ya, begitulah."

Dongbin menelan vodkanya cepat, "Kalau begitu aku juga. Aku mau cocktail saja."

Dua teman baik yang malas mabuk itu memandangi seluruh isi bar. Oh, kedua teman lainnya belum mabuk tapi sepertinya mereka sudah hampir teler. Heejun mengecek jam tangannya, sudah dua jam mereka berada di bar.

"Kenapa?"

"Sudah dua jam, apa kau tidak ingin pulang?"

"Astaga, Heejun," Dongbin meminum birnya lagi, "bahkan biasanya kau pulang pukul empat pagi!"

"Tapi aku mabuk. Itu hal yang lumrah."

"Lalu, kenapa kau tidak mabuk saja?"

"Oh tidak," Heejun menolak ketika Dongbin mengajukan gelas vodkanya yang masih separuh. Dia tidak akan mabuk, cukup satu shot vodka tadi dan segelas bir.

"Ayo kawan, kita pulang," Dongbin menyeret dua teman lainnya—yang sudah nyaris teler—ke dalam mobil. Kedua orang itu duduk di kursi depan karena masih cukup waras, dan bisa memperhatikan jalan.

Dongbin terlalu lelah menyetir, sedang Heejun tidak bisa. Mereka berdua duduk di kursi penumpang.

Jalan yang tidak kosong mereka lewati. Balap liar, tadi sempat belok sebentar tapi tidak jadi. Ada beberapa pemusik jalanan yang sedang menghitung penghasilan seharinya.

Dunia malam tidak buruk.

"Seharusnya aku lebih sering melihat malam," Heejun berbicara sendiri tanpa memedulikan kedua temannya di depan yang sedang menyanyi tanpa arah.

"Kau selalu mabuk saat pulang, Heejun."

"Dan kalian tidak pernah?"

"Aku bisa menahan diri untuk tidak mabuk, dan mereka berdua tidak terbiasa mabuk."

"Kau mau mencoba mabuk?" Heejun menanyakan tanpa maksud apapun. Matanya terus terpaku pada tiang-tiang listrik yang dilewati.

"Sudah pernah."

"Karena apa?"

"Kau sungguh tidak ingat?" Dongbin terkejut.

"Tidak."

"Kau selalu bilang padaku, dalam mabukmu, malam ini indah karena ada kamu. Kemudian kau menci—"

"Ok, hentikan."

"Kau menyukaiku, Kwon."

"Aku tidak."

"Kalau kau tidak," Dongbin mendekati wajah Heejun, "ayo cium aku. Buat aku mabuk."

Heejun ragu, bahkan saat menciumnya pelan, Dongbin bisa merasakannya. Dia harus mengambil alih.

Sayangnya mereka berdua terlambat untuk menyadari bahwa sang supir telah mabuk berat dan menabrakkan mobil ke sebuah tebing.

Itu ciuman pertama mereka. Dan yang terakhir.

aku tidak tahu apapun soal alkohol jadi educate me pls

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku tidak tahu apapun soal alkohol jadi educate me pls..

Eks Seratus Satu, Entah Apa Isinya. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang