Prolog

10.1K 838 164
                                    

Dunia ini membosankan.

Memuakkan!

Grek

Bunyi ranting sengaja terinjak oleh sepatu sekolahku. Aku menengadah, menatap pohon tua yang melindungiku sedari tadi.

Aku berhenti mengunyah es manis yang sudah tersisa setengah dari plastik es.

Apa kau juga kesepian?

Daun-daun pohon bergoyang-goyang seakan mengangguk menjawab pertanyaanku.

Sudah berapa orang yang duduk di bawah naunganmu dan mengajakmu bicara?

Sehelai daun yang masih hijau jatuh di telapak tanganku.

Satu? Hanya aku?

Sehelai daun hijau jatuh lagi menumpuk daun sebelumnya di telapak tanganku.

Dua? Aku dan seseorang?

Daun-daun bergoyang riang seperti menjawab pertanyaanku lagi.

Siapa orang itu? Apa dia selalu mengeluh tentang dunia ini padamu juga seperti yang kulakukan setiap hari?

Pohon tua itu tak memberikan reaksi apa-apa dengan menggoyangkan dedaunan seperti yang dilakukan sedari tadi.

Aku tersenyum, menggeleng-gelengkan kepala.

Ah, apa yang kulakukan. Tentu saja pohon ini tidak bisa bicara.

Aku mengunyah sisa es manis lalu membuang plastiknya di tempat sampah, letaknya dekat dengan tempat duduk di bawah pohon ini.

"Iya! Dia membicarakan hal yang sama denganmu!"

Deg!

Suara siapa barusan?

Aku membalikkan badan mencari pemilik suara tapi tak menemukan siapa-siapa. Tentu saja, selama ini tak ada siswa lain yang senang duduk beristirahat di bawah pohon ini yang kelihatannya begitu sepi jauh dari ruangan-ruangan kelas, jauh pula dari kantin. Pokoknya jauh dari keramaian di lingkungan sekolah ini.

"Dia membicarakan hal yang sama denganmu!"

Retinaku membesar. Aku menutup mulut dengan kedua tangan. Tak percaya dengan apa yang ku dengar sekarang. Pohon tua ini benar-benar berbicara padaku?

Tunggu.

Hei! Siapa yang sedang bermain-main denganku sekarang? Kau pikir aku bodoh? Keluar kau sekarang!

"Evangelizca!"

Ah, pemilik suara ini tahu namaku. Tidak salah lagi ada yang sedang mengerjaiku sekarang.

Siapa kau? Si ketua kelas?

Si genius yang selalu mendapatkan peringkat?

Si cantik yang menjadi idola kaum pria di sekolah ini?

Anggota geng populer, yang menjunjung tinggi bentuk wajah dan bentuk tubuh?

Anak-anak yang memiliki duit dan harta melimpah?

Atau kau siswa kepercayaan guru-guru?

"Evangelizca! Setiap hari kau mengatakan dunia ini memuakkan. Penghuni dunia ini begini dan begitu. Aku mengenalmu dengan baik. Aku mendengar ceritamu setiap hari. Aku pohon tua yang selalu kamu kunjungi setiap jam istirahat ataupun bel tanda pulang sekolah kau menghampiriku lebih dulu."

Aku masih tak percaya. Jika cuma mengunjungi pohon beberapa orang juga pasti tahu aku sering ke sini, pohon di belakang perpustakaan lama yang tak dipakai lagi atau juga mungkin ada yang tak sengaja melihatku berjalan ke arah sini. Semenjak kelas 1 SMA dan sekarang kelas 2 SMA mana mungkin tak ada yang melihatku berjalan ke arah sini, bagaimanapun pasti tetap ada.

Aku mendekat berputar mengililingi pohon. Mendongak menatap setiap ranting pohon.

Tidak ada!

Tidak ada orang!

"Kau ingin bukti bahwa ini benar-benar aku?"

"Kau saat ini tak ingin cepat-cepat kembali ke rumah karena ibu tiri dan saudara tirimu yang selalu mengusikmu kan?"

Deg!

Tubuhku lemas. Aku jatuh tersungkur di depan pohon ini. Cerita mengenai keluargaku tak pernah kuceritakan pada siapa pun.

"Kau juga muak dengan sekolah ini-"

Sudah cukup!

Mataku yang tadinya liar kesana-kemari, kini fokus pada satu titik. Pohon tua ini mengeluarkan cahaya bundar pada batang pohonnya. Cahaya ungu kebiru-biruan.

"Evangelizca! Come here! Aku ingin memberikan sebuah dunia padamu. Tidak membosankan dan tidak memuakkan."

Apa ini mimpi?

Pasti ini hanya mimpi. Pasti beberapa menit lalu aku sudah di rumah. Disuruh menyikat lantai wc, memasak, membereskan pekerjaan sekolah milik saudara-saudara tiri dan yang lainnya hingga aku tertidur. Iya, pasti aku tertidur dan sedang bermimpi sekarang.

"Ini bukan mimpi Evangelizca! Mendekatlah! "

Suara dari pohon itu kembali menyadarkanku. Aku menatap sekeliling masih di tempat yang sama dengan seragam SMA yang kupakai.

Aku berdiri. Untuk saat ini selain mimpi atau bukan yang buatku penasaran adalah cahaya di batang pohon besar ini.

Tubuhku mematung di depan cahaya berbentuk bundar berlubang.

Aku meneguk ludah. Sangat penasaran apa ini?

Aku menjulurkan tangan kanan ke arah cahaya itu. Cahaya itu seolah menarik tubuhku masuk.

Ah, cahayanya terlalu terang. Aku menyipitkan mata.

Silau.

Beberapa menit kemudian, aku mulai memberanikan diri membuka mata.

WAH!

***

Hai kamu 😉
Welcome 🤗
Ini cerita keduaku.

Come Here! (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang