Mimpi buruk semalam, membuatku tak tenang. Sosok Laudy yang datang sambil mencekik leherku, masih terbayang-bayang di dalam benak.
"Evangelizca, kau baik-baik saja?"
Xerglow menepuk pundakku. Sepertinya sedari tadi dia memperhatikanku yang tidak begitu konsen dengan pelajaran di dalam kelas.
"Kau terlihat pucat" tambahnya lagi. Kini wajahnya terlihat khawatir padaku.
"Aku baik-baik saja Xerglow."
"Sungguh?" tanyanya sambil menaruh telapak tangan pada dahiku mengecek suhu tubuh layaknya seorang dokter.
"Iya. Aku baik-baik saja."
"Hei, jangan berisik. Guru sudah masuk tuh" tegur seseorang yang duduk di depanku.
Aku memalingkan wajah ke arah pintu. Pak Chen masuk dengan seorang gadis yang menggunakan gaun emas seperti kami.
Gadis itu rambutnya hitam pekat, panjang nan cantik. Namun dia terus saja menunduk sehingga wajahnya tak jelas terlihat.
Mungkin yang dirasakan gadis itu sama sepertiku dulu, pertama kali masuk ke kelas ini. Ada rasa takut bercampur malu jadi satu.
Pak Chen pun menyuruhnya memperkenalkan diri. Ini saat yang ditunggu-tunggu oleh kami. Melihat wajahnya dan mendengar suaranya.
Hal-hal yang berbau baru, tentu saja membuat kami penasaran, termasuk murid baru.
"Hallo semuanya! Namaku Laudy Mauren! Aku berasal dari bumi!"
Laudy?
Aku mengucek mataku, memastikan kalau penglihatanku masih bagus. Ternyata benar yang berdiri di depan adalah Laudy. Anak Wexlyn, adik Bigger, seseorang yang mencekik leherku dalam mimpi.
Aku dan Xerglow saling menatap kaget.
"Kenapa dia bisa sampai ke sini?" bisikku.
Xerglow menggangkat kedua bahunya tanda tak tahu apa-apa.
"Apa maksud dia datang ke sini? Apa ingin membalas dendam atas kematian keluarganya?"
Xerglow menggengam tanganku yang mulai gemetar " Tenanglah Evangelizca. Ada aku di sini. Ada ibumu dan ada orang-orang yang menyayangimu di sini, bisa menjagamu."
Laudy berjalan ke leretan bangku saat selesai memperkenalkan diri. Aku melihatnya sedari tadi, sedangkan dia sepertinya belum menyadari keberadaanku dan Xerglow di sini. Atau mungkin dia sudah tahu namun pura-pura mengabaikan kami? Aku sungguh tak bisa menebak jalan pikirannya.
Pak Chen tak selang beberapa menit keluar dari kelas kami. Katanya ada rapat yang harus diikuti para guru. Beberapa murid terlihat sangat senang seperti mendapatkan kebebasan tersendiri sedangkan yang beberapa lagi mereka terlihat kecewa, mereka-mereka itulah yang selali aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan yang sebagian lagi bersikap biasa-biasa saja. Seumpama bagi mereka kalau dapat makanan ya makan jika tidak mendapat makanan ya sudah tidak makan.
Dan dari tiap golongan yang kusebutkan tadi, coba tebak Xerglow berada pada golongan yang mana?
Ya! Xerglow si pemalas dan tukang molor di kelas ini, berada pada golongan murid-murid yang sangat senang sekali saat guru tidak mengajar.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau sedang memikirkan yang buruk ya tentangku?"
"Apa sih!"
Xerglow mencubit hidungku yang pesek ini sampai memerah.
"Hentikan Xerglow bodoh!" jeritku kesal.
Xerglow berdiri lalu mengacak-acak rambutku. Apa-apaan sih dia! Tidak ada romantis-romantisnya menjadi seorang kekasih, baru juga pacaran dua hari, harusnya kan seperti kebanyakan orang bilang bahwa awal-awal pacaran penuh dengan romantis serba manis.
Yang ini malah amit-amit. Tapi sayang. Hehe
"Jaga tempat dudukku baik-baik. Aku mau ke toilet sebentar!" ujar Xerglow.
"Hei, memangnya siapa juga yang mau mencuri tempat dudukmu ini? Semua juga punya tempat duduk!"
"Tuh!" tunjuk Xerglow pada tiga ekor semut di atas mejanya.
"Gila kamu!"
Xerglow tak melanjutkan berdebat denganku. Dia melanjutkan berjalan keluar.
Tiba-tiba Xerglow menunduk memegang sebuah buluh yang digunakan kami untuk menulis. Buluh itu jatuh di lantai berada di depan sepatu Xerglow.
Aku melihat tangan seorang gadis, menumpuk di atas tangan Xerglow.
Gadis itu adalah Laudy.
Mereka berdua saling menatap.
Ada rasa resah dalam hatiku, saat tatapan mereka terlalu dekat.
Ada yang aneh. Sedari tadi aku menatap langkah Xerglow. Jadi yang berada di sekeliling Xerglow juga tertangkap retinaku.
Tak ada angin, tak ada yang menyenggol meja Laudy.
Sebelumnya sempat tertangkap retinaku. Laudy yang menyenggol buluh di atas mejanya saat Xerglow lewat.
Insting wanitaku kuat, dia sengaja!
Sengaja mendekati Xerglow.
Xerglowku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Here! (SELESAI)
FantasyAku merasa dunia ini membosankan dan memuakkan. Perasaan itu kucurahkan setiap waktu. Untuk pendengar tanpa nama. Lalu pendengar itu menawarkan sebuah dunia padaku. Bagaimana rupa dunia itu? "Come Here!" ujarnya.