16. Ada Pilu di Perapian

1.8K 322 33
                                    

Author Pov.

Dengan cekatan Bigger melepaskan ikatan yang melilit kaki dan tangan Xerglow.

Kini keduanya berjalan pelan, Xerglow meletakkan lengannya pada bahu Bigger sebagai tumpuan karena tubuhnya tak berdaya untuk dapat sepenuhnya melangkah.

"Kau punya rencana apa? Kita tidak bisa langsung membebaskan Evangelizca begitu saja. Kau tau kan mereka seperti apa?" bisik Xerglow.

Langkah Bigger tiba-tiba terhenti. "Diamlah di sini. Aku akan ke sana. Aku tak punya pilihan lain."

"Hei! Kau mau apa?"

Bigger tak menghiraukan Xerglow, dia terus berjalan menaiki anak tangga menuju balkon.

Sedang di bawah balkon, Nicol masih mengulurkan belati di depan Evangelizca.

"BERHENTI!" teriak Bigger kencang di atas balkon.

Wexlyn mendongak kaget melihat putranya tiba-tiba berada di tempat seperti ini.

"Bigger! Apa yang kau lakukan?"

"Dan apa yang kau lakukan di sini ibu?" balas Bigger.

"Sudah berapa kali kubilang! Jangan melibatkan siapapun dalam urusan kita ini" ujar Nicol dengan nada kasar pada Wexlyn.

"Aku sungguh tak tahu!" geram Wexlyn juga di depan Nicol.

"Berhentilah bu! Aku tahu semuanya. Aku tahu tentang ibu yang terlibat dengan perjanjian iblis itu."

Nicol menatap kesal pada Wexlyn. "Cepat urus putramu! Waktu kita tak banya dalam melakukan ritual ini. Ritual ini hanya dapat dilakukan dalam 10 menit setelah menyanyikan lagu persembahan pada iblis. Dan sekarang waktu yang tersisa 5 menit."

Mendengar perkataan Nicol, Wexlyn buru-buru berjalan ke arah balkon.

"Berhenti bu!" teriak Bigger lagi. "Aku tahu alasan ibu melakukan semua ini. Aku juga tahu apa yang sudah dilakukan ibu pada ibunya Evangelizca."

Mata Evangelizca membulat. Dia penasaran dengan kalimat terakhir dari mulut Bigger.

"Bicara apa kau ini? Ibu akan mengantarmu kembali ke bumi."

"Cepatlah Wexlyn! Kita tak punya banyak waktu!" ujar Nicol.

"Dalam perjanjian yang kubaca pada ruang rahasia yang kutemukan dalam rumah, ada kalimat tersembunyi, isinya menjelaskan bahwa seseorang bisa menggantikan posisi Evangelizca dengan syarat seseorang itu bersedia menyerahkan jiwanya. Dan sekarang, aku bersedia. Untuk menebus dosa ibu terhadap ibunya Evangelizca."

Wajah Wexlyn memucat. Wexlyn panik dan buru-buru berlari melewati setiap tangga tanpa menanggapi perkataan Bigger lagi.

BRUK!

Tubuh Bigger jatuh dari atas balkon, terperosok masuk dalam perapian yang berada tepat di bawah balkon.

Aarrggghhhh!

Rintih Wexlyn sambil berlari kembali menuju perapian namun sudah terlambat. Tubuh Bigger sudah dilahap api dengan cepatnya.

"Bigger!" rontah Evangelizca dari atas meja.

Xerglow jatuh tersungkur kaget, menyaksikan api melahap tubuh Bigger begitu cepat seperti sedang kelaparan.

"Tidak!! Anakku!" jeritan histeris Wexlyn berbaur dengan bunyi lonceng pertanda waktu persembahan selesai.

Nicol menjatuhkan belati ke lantai setelah mendengar lonceng berbunyi. Dia tak peduli lagi, dalam pikirannya yang penting persembahan itu sudah terlaksana entah siapapun yang jadi tumbalnya.

Nicol berjalan membelakangi meja, membiarkan Evangelizca begitu saja.

Langkahnya terhenti di depan Xerglow yang jatuh tersungkur.

"Melihatmu yang tak berdaya ini, kurasa sudah cukup menebus kesalahan ibumu yang merusak wajahku" Nicol tersenyum sinis.

"Memangnya apa masalahmu dengan ibuku?" tanya Xerglow yang sebelumnya membuang ludah bercampur darah dari mulutnya.

"Masalahnya adalah aku terlalu mencintainya sedangkan dia tidak. Hanya itu." Nicol tertawa setelah mengucapkan kata-kata yang sama sekali tak menggelitik perut Xerglow.

Nicol berjalan pergi, tak menoleh pada kejadian memilukan yang sedang terjadi di belakang antara seorang anak dan ibunya.

Xerglow mencoba bangkit berdiri. Dan dia berhasil. Melangkah sedikit demi sedikit hingga akhirnya tiba di depan Evangelizca.

Tanpa mengatakan apa-apa Xerglow langsung membuka ikatan yang melilit tangan dan kaki Evangelizca.

"Bigger" lirih Evangelizca sambil menatap perapian dengan mata yang basah.

"Sudahlah Evangelizca. Itu keinginannya untuk menebus dosa ibunya pada ibumu." Xerglow memeluk Evangelizca, membiarkan Evangelizca menangis di balik pelukkannya.

Tiba-tiba Wexlyn berhenti meraung di depan perapian dan membalikkan tubuhnya menatap ke arah Evangelizca dan Xerglow.

Dan yang dapat melihat tatapannya hanya Xerglow karena pelukkan Xerglow membuat Evangelizca membelakangi perapian.

"Mau apa lagi dia?" batin Xerglow penuh kecemasan.

***

Maafkan aku baru update lagi 🙏✌

Come Here! (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang