18. Tembakan Jitu

1.9K 316 16
                                    

"Dia anakku!" jawab ibu.

"Ha?" Xerglow menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil menatapku dan beralih tatap lagi pada ibu masih tak percaya.

"Sudah kubilang kan!"

Selesai memberi pengakuan yang mengejutkan Xerglow, ibu langsung menghilang sekejab diikuti pak Dioxi. Apa mereka sengaja meninggalkanku bersama dengan Xerglow di sini?

Suasana menjadi hening. Tingkah kami berdua menjadi kikuk, enggan mengeluarkan suara.

"Rupanya kau putri Ratu. Maafkan aku, selama ini tidak sopan padamu" Xerglow tiba-tiba menunduk di depanku membuatku bingung harus bersikap bagaimana.

"Hei, jangan seperti ini! Aku tidak nyaman. Seperti biasa saja menjadi si Xerglow yang menyebalkan."

Xerglow menatapku jengkel mendengar kata menyebalkan tentang dirinya.

"Nah seperti itu saja. Jangan sok sopan dan ramah padaku. Bulu kudukku merinding!"

"Memangnya aku setan?" gerutu Xerglow.

"Ah sudahlah, ayo kita keluar dari sini" ujarku sambil berbalik arah menuju pintu namun Xerglow tiba-tiba mencekat lenganku.

"Mengenai perkataanku tadi bagaimana?"

"Perkataan yang mana?"

"Aku menyukaimu Evangelizca!"

Jantungku berdegup kencang mendengar pengakuan Xerglow yang ketiga kali ini. Semoga dia tidak mendengar debaran jantungku ini.

"Terus?" tanyaku pura-pura biasa saja.

Xerglow menarik napas. Dia sepertinya kehabisan kata-kata atau tidak tahu lagi melakukan pernyataan cinta pada seorang gadis seperti apa. Memang sih, dilihat dari gayanya yang menyebalkan, kasar, suka tidur di kelas, tak ada semangat ke sekolah, seperti tak ada cinta dalam hidupnya. Mungkin ini kali pertama bagi Xerglow. Menyukai seseorang.

Xerglow menggaruk kepalanya. Lalu memijit dahi. Dia kesusahan sekali rupanya untuk melanjutkan kata-kata. Dasar cowok payah!

"Aku pergi!" ujarku karena sudah bosan menunggunya berucap.

"Evangelizca! Ayo, kita jadian!" teriak Xerglow kencang dengan satu tarikan nafas.

Senyumku mengembang langsung tanpa aba-aba.

Aku berbalik ke arah Xerglow "Ayo!"

Xerglow mendekat, memelukku erat.

Kami terlihat sedang berbunga-bunga, namun dua pasang mata dari dalam kotak kaca menyorot kami seperti tak suka dan aku tak peduli. Jadian saja kalian berdua, Wexlyn dan Nicol agar tak iri melihat sepasang kekasih yang sedang bahagia.

***

Sehari penuh ini, Xerglow mengajakku terbang dengan sayapnya. Menunjukkan tempat-tempat yang indah di dunia emas ini. Mungkin ini yang namanya kencan. Hehe.

Tempat terakhir yang ingin dia tunjukkan padaku adalah rumahnya. Xerglow ingin memperkenalkanku pada saudara-saudaranya dan aku sangat antusias untuk pergi.

Xerglow mengepakkan sayapnya pelan-pelan menuju daratan.

"Sudah dekat yah?" tanyaku.

"Iya, di depan sana rumahku!" jawab Xerglow sambil memegang tanganku turun dari sayapnya.

Baru kusadari rumah Xerglow sangat jauh dari keramaian dan seperti terkurung di sebuah hutan.

Xerglow berhenti di depan sebuah rumah kayu yang cukup besar. "Ini rumahku!" katanya memperkenalkan padaku.

"Cleo! Dryn! Rev! Jelly!" teriak Xerglow di depan pintu rumah.

Nama-nama yang dipanggil itu keluar. Tubuh mereka tampak lebih besar dan lebih tinggi dari kami. Dua wanita dan dua lelaki.

Aku agak canggung soalnya aura wajah mereka tak ramah dan seperti was-was padaku.

"Kau datang bersama siapa?" tanya seorang lelaki berjanggut.

Xerglow belum sempat menjawab, seorang wanita berjalan mendekatiku lalu mengendus-endus di sekitar tubuhku.

"Hei kak!" Xerglow mendorong wanita itu pelan menjauh dariku.

"Dia makhluk bumi!" teriak wanita itu kepada saudara-saudaranya.

Seketika tiga orang di belakang wanita itu mengeluarkan senjata dan menodong ke arahku.

Aku kaget dan bersembunyi di belakang punggung Xerglow.

Ada apa ini?

Apa mereka yang mengincarku saat di golden student itu?

Mengapa Xerglow diam saja? Apa Xerglow berkomplot dengan mereka?

***

Come Here! (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang