Aku menarik nafas pelan. Jadi saat itu dia menyuruhku jangan percaya dengan orang yang baru kenal agar tidak ketahuan Mark kalau dia sedang bolos. Huh, dasar!
Tapi, setidaknya ada seseorang yang kukenal dikelas ini dan duduk disebelahku. Walaupun, orangnya-.
"Kau lihat apa?" cerocos Xerglow.
"Ada kotoran burung di kepalamu!"
"Ha? Aduh, bagaimana ini rambut berhargaku. Tolong dong bersihkan, aku tidak bisa melihatnya" panik Xerglow tanpa sadar suaranya besar membuat seisi kelas memandang ke arah kami.
Aku terkekeh kecil. Siapa suruh membohongiku. Itu balasannya.
"Hei! Bocah nakal! Lagi-lagi kau yah!" seru pak Chen menatap geram ke arah Xerglow.
"Ini pak, ada kotoran burung di rambutku!" Xerglow menunjuk kepalanya dengan sedikit jijik.
Pak Chen membuka telapak tangan seketika tubuh Xerglow tertarik cepat dan berhenti di depan pak Chen.
Lagi-lagi aku kaget sedangkan murid-murid yang lainnya bersikap biasa saja. Ah, tentu saja karena mereka sudah berada di sini lebih lama dan sudah melihat hal-hal aneh dan ajaib, tak mungkin kaget lagi sepertiku.
"Tidak ada kotoran burung di sini! Kau suka sekali membuat onar dalam kelas pelajaranku yah! Mau dihukum lagi?" ujar pak Chen.
Lagi? Jadi Xerglow sudah sering dihukum? Tidak usah kaget Evangelizca. Lihat saja tingkahnya suka tidur di kelas, bolos sekolah, tentu saja dia ini murid yang sangat bandel tentu harus dihukum. Eh tapi, ini salahku juga yang membohongi Xerglow. Ya ampun, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku takut dicap anak bandel juga seperti Xerglow.
Xerglow tiba-tiba berbalik menatapku.
Eh, dia mau apa? Mau laporin aku?
Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku membalas tatapan Xerglow dengan wajah memelas. Seperti wajah kucing yang sedang ketahuan mencuri ikan di meja makan.
Kumohon Xerglow, jangan beritahu pak Chen bahwa aku membohongimu. Kumohon.
"Maaf pak, aku salah!"
Eh, kenapa dia? Kenapa dia mengaku salah padahal kan aku yang salah? Ternyata dia ada sisi baik juga.
"Kamu tahu kan apa hukumanmu?"
"Tahu pak, aku akan langsung segera ke sana!"
"Bagus!"
Xerglowpun berjalan keluar kelas. Ada rasa bersalah yang amat dalam di lubuk hatiku. Aku harap dia tidak mendapatkan hukuman yang berat.
"Baik semuanya! Pelajaran kita selesai sampai di sini. Jangan lupa kerjakan PR kalian dan akan dipresentasikan besok dengan pasangan duduk kalian!" jelas pak Chen dan kemudian keluar kelas saat semuanya memberi hormat.
Eh, pasangan duduk? Aduh Xerglow si pemalas itu mana mau dia? Dan lagi pasti sekarang dia sedang merutukiku. Bagaimana nasib nilaiku di pelajaran pak Chen ini.
Saat masih pusing memikirkan tugas. Beberapa murid-murid datang menghampiriku. Mereka sangat ramah, mengajak bercakap-cakap sambil memperkenalkan diri mereka. Ada juga yang jujur bahwa awalnya takut dengan kedatanganku yang adalah makhluk bumi karena mereka berpikir semua makhluk bumi itu jahat dan tidak terbukti karena aku baik kan? Hehe.
"Maaf, Verolin. Kau tahu di mana Xerglow dihukum?" aku menanyakan begini karena benar-benar merasa bersalah pada Xerglow bukan yang lain jadi siapapun tolong jangan salah paham.
"Oh Xerglow. Dia biasa di hukum menyikat ubin emas di tempat penyimpanan lukisan-lukisan yang tak terpakai lagi" jawab Verolin.
"Ubin emas disitu sudah kotor dan tak bercahaya lagi. Namun karena Xerglow sering dihukum tempat itu sebagiannya jadi bersih dan bercahaya" tambah Celly.
"Kalau dihukum besok, besok lagi, besoknya lagi pasti tempat itu jadi bersih sempurna" canda si Red membuat yang lainnya tertawa.
"Teman-teman aku keluar sebentar dulu" ujarku sambil berlari kecil menuju pintu keluar.
"Hei, Eva mau kemana?" teriak Verolin.
Aku menghentikan langkah dan menatap mereka yang masih mengerumuni bangkuku padahal aku sudah meninggalkan mereka. "Aku mau ke toilet sebentar!"
"Memangnya kau tahu toilet di mana? Biar kuantar setelah itu kita ke kantin sama-sama"
"Tidak apa-apa kalian duluan saja ke kantin nanti aku susul" jawabku dan langsung pergi begitu saja. Semoga mereka tidak memikirkanku sebagai sosok makhluk bumi yang sombong. Aku harus menemui Xerglow dan membantunya karena itu kesalahanku bukan kesalahannya.
Aku menuruni tangga. Tangga yang panjang ini seperti yang kulihat dalam film-film kerajaan. Benarkah ini sekolah? Aku merasa benar-benar menjadi seorang putri, apalagi dengan gaun emas ini.
Oh iya, di mana tempat penyimpanan lukisan itu? Lihat kan sekarang Evangelizca! Jika kau memberitahukan sebenarnya pada teman-teman mungkin mereka bisa membantumu mengantar ke tempat itu tapi aku benar-benar tidak bisa jujur pada mereka aku takut mereka tidak bisa menerimaku, gara-gara aku semuanya yang sedang serius belajar jadi terganggu kan?
Tangga yang panjang ini baru sebagain aku lewati. Benar-benar lelah. Kakiku bisa patah.
Aku menatap seorang lelaki di bawah sana dengan sayapnya dia terbang melintas tanpa menapaki tiap anak tangga. Andai aku punya sayap seperti itu juga.
Lelaki itu mendekat. Aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Itu lelaki yang mengatakan aku lemah!
Aku ingin menanyakan tempat penyimpan lukisan-lukisan tua padamu, namun aku kesal dengan sikapmu hari itu padahal kita tidak saling kenal aku bahkan belum pernah mengucapkan satu katapun padamu.
Dia berhenti di depanku. Sayapnya ikut tertutup.
Dia mau mengatakan apa lagi?
"Pakai ini ikuti cahayanya. Cahaya ini akan membawamu pada tempat penyimpanan lukisan tua" lelaki di depanku menyodorkan sebuah benda sontak aku menerimanya lalu dia terbang meninggalkanku.
"Dari mana dia tahu aku sedang mencari tempat itu?" aku berbalik menatap punggung lelaki itu yang sudah jauh.
Aku membuka telapak tanganku. Apa ini? Mainan kunci? Kunci rumah? Kunci mobil?
Hei, sadarlah Evangelizca! Di sini tak ada yang menggunakan mobil. Semuanya bersayap kecuali kau. Apa ibu juga bersayap?
Nanti saja aku memikirkannya. Aku harus ke tempat itu sekarang dan membantu Xerglow.
Cahaya dari kunci itu memantul jauh ke depan.
Kata orang tadi, aku hanya perlu mengikuti cahaya ini kan? Oke baik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Here! (SELESAI)
FantasyAku merasa dunia ini membosankan dan memuakkan. Perasaan itu kucurahkan setiap waktu. Untuk pendengar tanpa nama. Lalu pendengar itu menawarkan sebuah dunia padaku. Bagaimana rupa dunia itu? "Come Here!" ujarnya.