Three

43 6 2
                                    

Seminggu berlalu begitu saja.

Dan aku masih belum bisa mengingat dimana rumahku atau bagaimana aku berakhir di sini. Satu minggu yang lalu, dokter mengatakan bahwa akibat benturan di kepala, aku mengalami 'hilang ingatan sementara'. Aku tidak tahu istilah medisnya, tapi begitulah yang bisa kutangkap dari pembicaraan tersebut.

Gale Rivendell akhirnya percaya bahwa aku bukan perempuan dari tempat seberang sana. Meskipun hal itu tidak membuatnya bersikap lebih baik kepadaku. Aku tidak peduli karena aku juga masih kesal dengannya. Beraninya dia menyebutku dengan istilah kurang ajar seperti itu.

Walaupun aku cukup senang dan merasa puas saat Mrs. Rivendell menghukum Gale Rivendell untuk tidak keluar dari rumah jika tidak diijinkan selama dua minggu.

Bukan berarti dia menurutinya.

Buktinya saja sore tadi sekitar pukul empat, Gale Rivendell menghilang dari kamarnya. Aku kasihan melihat Mrs. Rivendell begitu khawatir. Pukul sepuluh malam sudah lewat dan Gale Rivendell belum menampakkan batang hidungnya.

Apa sih yang dia pikirkan?

Aku membujuk Mrs. Rivendell untuk istirahat, ini hari yang melelahkan untuknya. Dengan sedikit paksaan, akhirnya dia mau menurutiku. Aku juga beranjak menuju kamar yang aku tempati dan bersiap untuk tidur. Tapi dua jam berlalu dan kantuk tidak kunjung datang.

Kepalaku berdenyut menyakitkan. Memang, selama seminggu ini kepalaku sering sakit. Ini efek dari 'hilang ingatan sementara' itu. What a rubbish.

Lalu terdengar pintu depan membuka dan menutup. Aku berjingkat turun dari tempat tidur, mengintip keluar dari lubang kunci.

Meskipun ruang depan gelap, tapi cahaya bulan menerobos dari jendela. Menampakkan sosok Gale Rivendell yang tinggi, berambut hitam dan entah ini ilusi atau imajinasiku saja, tampak mempesona. Hentikan. Kau di rumah ini karena kebaikan hati Mrs. Rivendell. Kau harusnya mencoba mengingat rumahmu dan segera pulang. Bukannya mengagumi Gale Rivendell di bawah cahaya bulan.

Setelah memarahi diriku sendiri karena terpesona dengan Gale Rivendell yang menyebalkan, aku mendengar langkah kaki tergesa dari arah pintu kamar Mrs. Rivendell.

"Galahad Wade Rivendell. You are in big trouble, young man!" Terdengar suara tegas Mrs. Rivendell yang berbisik, disusul dengan sosoknya yang muncul seperti bayangan di depan Gale Rivendell.

Gale Rivendell terpaku di tempatnya, merasa bersalah, "Maafkan aku, Mum. Tapi—"

"Kau pikir ini jam berapa, young man? Kau melanggar jam malammu. Sudahkah kubilang kau tidak boleh keluar rumah tanpa ijin dariku? Sungguh, Gale. Pernahkah kau mendengarkanku sekali saja? Darimana kau sesorean ini?"

Mungkin seharusnya aku tidak boleh mencuri dengar pembicaraan ini. Tapi aku tidak bisa menahan diri. Menelan rasa bersalah, aku terus mengawasi mereka dari balik lubang kunci.

Aku bisa mendengar suara Gale Rivendell yang agak gusar, "What? I have a curfew, now? For God's sake, Mum! Tidak hanya menghukumku, sekarang kau memberiku jam malam juga? Aku tidak percaya ini!"

"Well, mungkin jika kau mendengarkanku sekali saja, aku tidak akan memperlakukanmu seperti ini. Tapi tidak, kau bertingkah seolah aku tidak ada. Kau belum menjawab pertanyaanku! I demand you to answer it truthfully and immediately. Jika kau tidak mau menjawabnya, tidak masalah. Aku bisa menunggu semalaman."

Gale Rivendell menghela nafas panjang. Dia sepertinya sudah sadar bahwa dia tidak akan bisa mengelak dari Mrs. Rivendell. Diam-diam aku menyeringai, meskipun luar biasa arogan, Gale Rivendell sepenuhnya di bawah kendali Mrs. Rivendell.

"Aku pergi bekerja. Shane menghubungiku dan memohon agar aku masuk karena kami kekurangan staff. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja, kan? Lagipula kita butuh uang. Apalagi ada satu mulut lagi yang butuh makan."

Hatiku terasa nyeri saat Gale Rivendell bicara begitu. Yeah. Aku sadar aku menjadi beban bagi mereka. Tetapi bukan berarti aku diam begitu saja, aku sudah berkeliaran di gang ini mencari jalan keluar menuju Soho yang terang, mencari pekerjaan, dan semua tempat yang kudatangi menolakku karena mengira aku tidak waras. Tosser.

"Dan kau tidak berpikir sama sekali untuk mengatakan sesuatu padaku sebelum kau pergi begitu saja, Gale?"

"Well, kau belum pulang, Mum. Meminta izin padamu juga tidak berarti kau akan mengiyakannya."

"Mengapa kau tidak bilang pada Jardine?"

Gale Rivendell mendengus, "Aku tidak mau bicara dengannya."

"Oh, begitu. Jadi kau mementingkan egomu untuk berbicara pada Jardine dan pergi begitu saja, tidak memberi kabar apapun sementara aku, ibumu ini, menunggu di rumah dengan cemas. Tidakkah kau sedikitpun memikirkan perasaanku, Gale? Aku khawatir memikirkanmu."

Aku bisa melihat Gale Rivendell memucat mendengar ucapan itu. Mrs. Rivendell memang terdengar sedih dan sakit hati. Aku ingin keluar lalu memeluknya, tapi ini akan membocorkan fakta bahwa sedaritadi aku mencuri dengar. Maka aku tetap diam di tempat.

"Aku tidak—oh, Mum. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Aku hanya—"

Mrs. Rivendell menegakkan diri dan berkata dengan suara tegas, "Tentu saja. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri."

"Itu tidak benar, Mum!" seru Gale Rivendell, entah bagaimana terdengar marah, "Aku tidak begitu. Aku hanya melakukan apa yang kupikir terbaik bagi keluarga kita. Aku tahu aku tidak akan bisa menggantikan Dad, tapi aku ingin membantu. Apa Mum tidak mengerti itu?"

"Aku tahu, Gale. Aku mengerti kau ingin membantu. Tapi sejak ayahmu tiada, kau menghukum dirimu sendiri dengan bekerja habis-habisan. Kau berusaha menjadi kepala keluarga walaupun itu sebenarnya bukan tanggung jawabmu. Aku tidak memintamu melakukannya. Aku sudah berjanji pada ayahmu bahwa aku akan tetap kuat untukmu, menjadi seseorang yang bisa kau jadikan tumpuan, dan ada di sisimu.

Tapi apa yang kau lakukan? Kau pikir kau bertanggung jawab atas segalanya, kau mendorongku menjauh darimu, tidak mengizinkanku untuk berusaha memenuhi apa yang sudah kujanjikan pada ayahmu. Itu, Gale. Itu yang kau lakukan padaku. Aku tidak ingin mengatakan ini padamu. Tapi kupikir kau harus tahu. Aku gagal menjadi tumpuanmu."

Hening yang tak nyaman melingkupi mereka. Oke. Sudah cukup. Kupikir aku sudah kelewatan. Aku tidak seharusnya mendengarkan percakapan itu. Aku merasa memasuki suatu tempat yang seharusnya terlarang untukku. Aku berbalik dari posisiku yang berjongkok di dekat lubang kunci dan duduk di belakang pintu sambil menekuk kedua kaki.

Kemudian terdengar suara Mrs. Rivendell bicara, "Nah, aku sudah mengatakannya. Maafkan aku jika aku bukan orang tua yang kau harapkan. Kau sudah bebas dari hukumanmu, Gale. Kau boleh pergi kemanapun yang kau suka tanpa bilang padaku. Kau tidak punya jam malam lagi. Tapi aku berharap kau selalu pulang pada akhirnya. Goodnight, Gale."

"Mum, tunggu. Aku—Mum, please dengarkan aku."

Terdengar langkah cepat menyeberang ruangan dan pintu kamar Mrs. Rivendell menutup kembali. Dan tidak kusangka bahwa suara Gale Rivendell akan membuatku ingin memeluk dan menenangkannya.

"I love you, Mum."

He sounds so heartbroken.

*****

Don't forget to click the vote and follow buttons over there! Don't forget to leave a comment, too;) Happy reading!

DO YOU EVER WONDER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang