Dad memarkir mobilnya di samping kafe lalu menyusul aku, Mum, dan Shane yang menunggunya di pintu belakang. Kemudian kami berjalan menyusuri gang tersebut untuk menuju rumah Rivendell. Shane yang memimpin jalan bersama Mum di sebelahnya, sedangkan aku dan Dad berjalan di belakang mereka. Mum menoleh kepadaku setiap dua menit sekali untuk menanyakan apakah hadiahnya baik-baik saja.
Aku memasang wajah bosan dan menjawab, "Mum, tenanglah. Ini cuma makan malam dan hadiahnya ada di tanganku. Aku tidak menjatuhkannya."
"Benar. Maafkan aku, Jardine. Aku hanya tidak ingin mengacaukannya. Kau tahu aku—"
"—berhutang budi pada Mrs. Rivendell karena dia sudah menolongmu, Sayang," Shane memotong kalimat Mum dengan humor dalam suaranya, "Yeah, Mum. Kami tahu."
Mum memutar bola mata dan menggerutu. Aku dan Dad bertukar tawa di belakangnya. Kemarin setelah Gale Rivendell pulang, aku memberitahu Dad tentang undangan makan malam itu. Lalu Dad memberitahu Mum. Kemudian Mum menjadi tak terkendali dan dia mengoceh tentang harus membeli hadiah yang pantas untuk seorang pemuda baik hati yang begitu tampan.
Aku hanya menopang dagu saat mendengarkan Mum mengoceh. Aku tidak memprotes saat Mum menyeretku menuju pusat perbelanjaan untuk membeli hadiah. Aku bahkan tidak mengeluh saat Mum mengunjungi sepuluh toko sebelum akhirnya menemukan hadiah yang tepat. Tapi kemudian aku menjadi panik saat Mum bertanya apa yang akan kuhadiahkan pada Gale Rivendell karena menurutnya, tidak sopan jika kami datang memenuhi undangan makan malam itu tanpa membawa apapun.
Aku tidak tahu apapun tentang Gale Rivendell. Aku tidak tahu apa yang dia suka. Aku hanya tahu bahwa dia menyebalkan, bahwa dia menyayangi ibunya, bahwa dia adalah perwujudan badai yang membawa kesuraman, dan bahwa dia tidak suka padaku. Tentu saja aku tidak mengatakan pada Mum bahwa aku tidak tahu harus membeli apa karena Mum pasti akan membuatku semakin bingung dengan menyarankan benda-benda aneh untuk dijadikan hadiah.
Yang kulakukan saat itu adalah berbohong pada Mum dan mengantarnya pulang. Kemudian kembali ke pusat perbelanjaan, menelepon Shane, memintanya untuk menyusulku, dan akhirnya kami mendapatkan hadiah yang cocok untuk Gale Rivendell setelah melalui perdebatan panjang. Perdebatan tersebut dimenangkan oleh Shane, omong-omong, dan hadiahnya sekarang berada di tanganku.
"Here it is."
Pintu terbuka seketika. Gale Rivendell berdiri di sana dengan senyuman lebar dan sambutan, mungkin. Entahlah. Aku tidak menangkap apa yang dia katakan karena aku terlalu sibuk memandanginya. Gale Rivendell tampak—berbeda. Jika biasanya dia terlihat brooding layaknya badai, sekarang dia terlihat bercahaya. Aku akan menyesali pemikiranku nanti, tapi aku berani sumpah bahwa Gale Rivendell, saat ini, terlihat sangat-sangat-sangat tampan.
Lalu seseorang menyikut lenganku, menjatuhkanku kembali ke bumi dengan keras. Aku menoleh ke samping dan Dad menyeringai padaku.
"Matamu hampir keluar dari rongganya, Jardine. Ambillah foto supaya lebih tahan lama." ucap Dad, lalu dia berjalan ke pintu dan memberi ucapan selamat ulang tahun.
Aku baru mencerna kalimat tersirat Dad setelah Gale Rivendell mempersilahkannya masuk. Lalu merutuki diriku sendiri karena Dad pasti mengira aku menyukai Gale Rivendell.
"Kau mau berdiri di sana semalaman atau kau mau masuk?" tanya Gale Rivendell yang sekarang bersandar di ambang pintu.
Aku tersenyum. Gale Rivendell mungkin memang menyebalkan, tapi aku tidak akan menghancurkan hari ulang tahunnya dengan bertingkah seperti biasanya. Untuk hari ini saja, aku akan mengalah, menahan diri, dan tersenyum padanya meskipun nanti dia bersikap menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU EVER WONDER?
General Fiction"Pernahkah kau bertanya-tanya apa jadinya dunia ini tanpa dirimu, Gale? No?" Jardine Roxen terbangun di Soho tanpa mengingat bagaimana dia berakhir di tempat itu. Dan Gale Rivendell tidak menyukai kehadiran Jardine yang dianggap mengusik hidupnya. ...