Sixteen

62 4 4
                                    

"Kembali sebelum jam 11, oke?"

"Wow, apa sekarang aku punya jam malam, Mum?"

"Jardine," Mum memberiku pandangan memperingatkan, "Just be back before eleven, please."

Aku memutar bola mata sebelum menjawab, "All right."

Mum tersenyum senang dan mencium pipiku singkat. Kemudian berjalan menuju Dad dan Shane yang sedang berpamitan dengan Mrs. Rivendell. Aku sudah berpamitan pada Mrs. Rivendell lebih dulu, sehingga sekarang aku tinggal menunggu Gale Rivendell yang masih sibuk mengambil entah apa dari kamarnya. Beberapa menit selanjutnya, Dad mundur meninggalkan Mum dan Shane yang masih bicara dengan Mrs. Rivendell untuk menghampiriku.

"Baik-baik saja di sana, Jardine?" tanya Dad.

Aku memandangnya heran. Aku hanya berdiri lima meter jauhnya dari tempatnya berdiri tadi dan aku tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri dan menunggu. Kenapa aku harus tidak baik-baik saja?

"Tentu aku baik-baik saja. Kenapa Dad menanyakan itu? Aku kan tidak sedang berlari marathon atau semacamnya."

Dad tersenyum misterius, "Well, saat kita datang tadi, kau kelihatan—apa istilahnya ya? Lupa berkedip?"

Aku baru memahami maksudnya ketika Gale Rivendell keluar dari kamar. Dad memberikan pandangan berarti pada Gale Rivendell, kemudian padaku. Aku mengerang kesal. Dad benar-benar mengira bahwa aku menyukai Gale Rivendell!

"Dad, for God's sake!"

Hal ini justru membuat Dad tertawa. Aku mendecakkan lidah. Memangnya jika aku menganggap Gale Rivendell tampan dan aku memandanginya seperti itu maka secara otomatis berarti aku menyukainya? Tidak, kan? Lagipula aku hanya manusia biasa yang punya kelemahan ketika melihat sesuatu yang indah.

"Dad, look," ucapku dengan berbisik agar hanya Dad yang mendengarnya, "I don't like him that way, okay? He's insufferable and arrogant and—"

"—remember something I told you since you were a kid? Don't be judgmental! Kau melihat Gale seperti itu karena kau bersikeras bahwa kalian tidak saling menyukai. Tapi jauh di dalam lubuk hatimu, kau tahu bahwa Gale tidak seperti itu, bukan? Sepanjang sore ini aku melihatnya sebagai seorang pemuda yang charming dan sopan. Aku suka dengannya." Dad mengakhiri pidato singkatnya sambil tersenyum lebar.

Aku menghela nafas panjang, "Yeah, kau suka dengannya tapi aku tidak."

Dad mengedikkan bahu dan memandangku skeptis, "You're in denial."

"Benarkah?" tanyaku sarkastis.

"Kau mau bertaruh?" Dad menyeringai lebar padaku.

Aku menyeringai kembali pada Dad. Aku yakin bahwa aku akan memenangkan apapun taruhan yang dipasang Dad mengenai aku dan Gale Rivendell.

"Oh, baik. Tidak masalah. Apa taruhannya?"

"Taruhan 50 pounds, kau akan menyadari bahwa kau menyukai Gale Rivendell di akhir bulan Agustus."

Aku tertawa mendengarnya. Agustus masih bulan depan. Menurutku, sebulan lagi aku dan Gale Rivendell akan kembali seperti awal bertemu. Aku akan mengatakan sesuatu, kemudian Gale Rivendell mengejekku, aku marah dan berteriak padanya, lalu dia berteriak kembali padaku, dan kami akan hidup tanpa peduli satu sama lain.

"Kenapa Agustus?"

"Entahlah, aku hanya asal bicara saja." jawab Dad.

Aku mengulurkan tangan kananku padanya, "Bet on. Deal?"

DO YOU EVER WONDER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang