Seven

30 5 0
                                    

Bel berdenting saat aku membuka pintu kafe. Aroma kopi dan pastry yang baru diangkat dari oven memenuhi udara. Kafe itu cukup ramai mengingat saat ini jam makan siang.

Aku berjalan ke pantry, seseorang menyambutku dengan ucapan selamat datang yang secara otomatis selalu mereka ucapkan saat melayani pelanggan. Tapi pemuda yang menyambutku tersebut menghentikan rentetan kalimatnya saat melihat bahwa aku yang memasuki kafe.

"—oh, kau." ucapnya datar.

Aku berusaha untuk tidak merasa tersinggung saat melihat perubahan wajah Gale Rivendell. Yeah, jadi Gale Rivendell bekerja di kafe milik Shane, kakak tiriku. Aku tidak tahu bahwa Shane yang disebutkan Gale Rivendell beberapa kali ternyata adalah kakakku. Dan Gale Rivendell tidak tahu bahwa aku adalah adik Shane karena memang nama belakang kami berbeda. Shane adalah anak dari pernikahan ibuku yang pertama dengan seorang penulis bernama Thomas Easterbrook. Kemudian mereka bercerai dan ibuku menikah lagi dengan ayahku, James Roxen.

Aku sudah pulang ke rumah selama beberapa hari. Sisi baiknya adalah aku mulai mengingat detail tentang kehidupanku, namun sisi buruknya, aku masih belum mengingat kejadian yang membuatku terdampar di Soho. Bukan masalah besar. Aku yakin aku bisa segera mengingatnya. Tapi bukan itu fokusku sekarang—

sampai dimana aku tadi?

Oh, ya. Aku berusaha untuk tidak merasa tersinggung saat melihat perubahan wajah Gale Rivendell.

"Yeah, aku," ternyata aku gagal untuk bersikap tidak tersinggung, "Kau melihat Shane?"

Gale Rivendell menaikkan sebelah alis, hal itu menjengkelkanku karena aku tidak bisa melakukannya, "Aku duduk di balik pantry ini sejak kafe buka."

"Lalu?"

"Lalu? Apa aku terlihat seperti penjaga Shane?"

Aku memutar bola mata. Beginilah. Aku bersusah payah mencoba berbicara baik-baik padanya, tapi Gale Rivendell tak punya kontrol diri. Dia akan selalu menunjukkan betapa tidak senangnya dia padaku dengan cara bersikap menyebalkan dan bicara seenaknya. Bukan masalah. Jika dia memutuskan untuk bersikap seperti itu padaku, watch me do the same.

"Apa kau melihat Shane?" kuulang pertanyaanku.

"Sudah kubilang aku—"

"—apa kau melihat Shane?" aku mengulangnya lagi. Lihat, aku juga bisa jadi menyebalkan.

"Bisakah kau tidak—"

"Apa kau melihat—"

Gale Rivendell memotong ucapanku dengan emosi tertahan, "Upstairs! He's upstairs in his office, for heaven's sake!"

Aku tersenyum penuh kemenangan. Kau pikir hanya kau yang bisa menjadi menyebalkan? batinku.

"Nah," ucapku, "Begitu. Kau menyusahkan dirimu sendiri dengan bersikap seperti itu padaku."

Gale Rivendell melirikku sinis, "Bersikap seperti apa maksudmu?"

Aku menyeringai padanya, "Like a total bitch."

Kemudian aku berbalik dari pantry, berjalan ke arah tangga dan menaiki dua anak tangga sekaligus. Aku bisa merasakan tatapan tajam Gale Rivendell mengikuti setiap gerakanku. Sepertinya itu memang obsesi miliknya yang belum tercapai, membuat lubang di bagian tubuhku dengan tatapannya yang tajam itu.

Aku sampai di kantor Shane dengan terengah-engah. Sebenarnya, tidak bisa dikatakan sebagai 'kantor'  karena ruangan itu luas dan interiornya mirip dengan rumah yang biasanya terletak di atas toko. Bahkan Shane saja tidak duduk di meja kantor sekarang, dia sedang menyelonjorkan diri di sofa sambil membaca laporan keuangan atau sesuatu semacam itu serta menyenandungkan lagu di bawah nafasnya. Dia tidak mendengarku datang. Padahal aku yakin, bunyi pintu yang kubanting dan nafasku yang terengah-engah serta berisik bisa membangunkan gajah di hutan sana.

DO YOU EVER WONDER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang