Thirty

22 2 2
                                    

Aku terbiasa menganggap orang di sekitarku tidak ada dan menghiraukan mereka ketika jengkel. Aku tahu ini sikap yang buruk, tetapi aku tidak pernah diperlakukan demikian sehingga sekarang aku ingin menghentak-hentakkan kaki hanya agar seseorang bersimpati dan akhirnya menatapku. Karma benar-benar nyata. Dia ingin aku merasakan betapa menyebalkannya sikap burukku tersebut.

Setelah Shane mengantarku pulang jam lima sore, dia mengingatkanku sekali lagi untuk mencoba mengajak Gale Rivendell bicara. Aku mengangguk mengiyakan. Aku teringat bahwa aku punya janji untuk hangout dengan Zander malam ini dan aku memintanya menemuiku di kafe Shane jam tujuh malam. Kupikir jika aku datang lebih awal ke sana dan memanfaatkan waktu itu untuk meluruskan masalahku dengan Gale Rivendell, semua akan baik-baik saja. Tapi apa yang kudapatkan? Hanya lirikan sekilas dan senyum dingin.

Gale Rivendell memberiku silent treatment dan aku sangat tidak menyukainya. Dia menghiraukanku, mengotak-atik geometric puzzle di depannya. Ketika aku bertanya apa yang sedang dia buat, Gale Rivendell memberiku tatapan yang mengatakan bahwa dia tidak ingin aku mengganggu. Aku menahan diri untuk tidak mengumpat, membiarkannya larut dalam puzzle, dan setengah berharap Zander akan menjemputku setengah jam lebih awal.

Kemudian datanglah gadis itu, gadis berambut hitam keriting sepunggung. Constance. Gale Rivendell mengubah sikapnya 180° dan menyambut gadis itu dengan ramah. Constance tersenyum lalu menyebutkan pesanannya. Gale Rivendell mengatakan sesuatu seperti, "Just a minute, sweetheart," kemudian pergi ke belakang setelah memberi Constance kedipan mata. Constance merona hingga ke leher dan berusaha menyembunyikan senyumnya di balik rambut.

Sweetheart? SWEETHEART? Bukankah Gale Rivendell pernah memanggilku seperti itu? Kupikir panggilan itu dia ciptakan untuk membuatku jengkel dan kupikir aku spesial. Apakah dia memanggil setiap gadis yang digodanya dengan sweetheart? Oh, persetan. Persetan dengan mencoba mengajaknya bicara. Aku tidak mau bicara apapun dengan Gale Rivendell. Aku menghentakkan kaki, menendang kursi di dekat pantry agak keras sehingga mengejutkan Constance di sebelahku.

Lalu aku menggumam di bawah nafas, "Bloody dickhead."

"Maaf," tanya suara pelan dari sampingku, "Kau mengatakan sesuatu?"

Aku menoleh, mendapati wajah Constance yang kebingungan. Mata birunya yang lebar tampak polos sehingga aku merasa buruk jika aku bersikap kasar padanya. Lagipula aku kesal dengan Gale Rivendell, bukan pada gadis ini.

Aku tersenyum, "Apa kau terganggu? Maaf, aku hanya sedang sebal dengan seseorang."

Constance menunduk sedikit dan memberiku senyuman malu, "Oh. Kau tidak mengganggu. Aku tidak bermaksud membuatmu makin sebal dengan bertanya, maaf."

Aku hanya mengangkat bahu. Tepat saat itu Gale Rivendell keluar sambil membawa bungkusan besar. Senyumku lenyap. Gale Rivendell memberikan bungkusan itu pada Constance.

"Ini dia, Constance," ucap Gale, lalu melirikku. Ekspresiku yang gelap justru membuatnya menyeringai, "Kau ingin sesuatu, Jardine?"

Aku mendengus, "No, thanks."

Gale Rivendell mengangkat bahu tak acuh, "Well, suit yourself."

Constance menatapku dan Gale Rivendell bergantian, mencoba memahami interaksi dingin diantara kami. Jangan coba-coba memahaminya, little Connie, kepalamu akan terbelah karena bingung, pikirku. Aku berpura-pura tidak menyadari tatapan penasaran yang diberikan Constance dan mengalihkan pandangan ke pintu kafe yang terbuat dari kaca. Dua menit kemudian, sosok yang kutunggu akhirnya datang juga. Zander Khoury berdiri di depan kafe Shane, matanya menatap sekeliling.

DO YOU EVER WONDER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang