"See you next week, guys."
Dari segala penjuru ruangan terdengar suara restleting tas dibuka dan ditutup, kemudian gumaman beberapa orang yang membereskan buku, suara kursi didorong mundur, serta langkah ringan orang meninggalkan ruang kelas.
"Kau ikut?" tanya seseorang dari sebelahku.
Craig O'Connell, salah satu dari beberapa orang di kampus ini yang menjadi temanku, berdiri di samping kursi sambil mengangkat alis.
Aku menatapnya bertanya, "Kemana?"
"Entahlah. Keluar ke kota, makan siang, jalan-jalan."
Aku menggeleng, "Tidak, sorry. Aku masih ada kelas setelah ini."
"Oh, oke," Craig mengangguk kemudian menyeringai, "Have fun."
Aku memutar bola mata dan hanya tertawa. Have fun, dia bilang. Craig melambaikan tangan, pergi bersama teman-temannya. Aku memasukkan pulpen ke tas dan menutupnya. Kemudian melangkah keluar dari kelas dengan gontai.
Itu tadi kelas terakhirku hari ini. Yeah, aku bohong pada Craig O'Connell. Tapi aku memang sedang tidak ingin keluar kemanapun siang ini. Aku bahkan terlalu malas untuk berjalan ke kantin dan membeli sesuatu untuk makan siang. Kakiku dengan lambat membawaku ke gedung dormitory yang terpisah seratus meter dengan gedung kelas. Aku hanya ingin melewatkan siang ini di kamar, mengeluh pada teman sekamarku, atau menelepon Gale Rivendell dan mendengarkan suaranya.
Oh, how I miss his voice. Aku rindu bertengkar dengannya secara face-to-face. Aku rindu melihat senyumnya. Aku rindu lesung pipi di sisi kanan wajahnya. Intinya, I miss Gale Rivendell a lot. Aku kedengaran menyedihkan sekarang, tapi kuliah memang menyedihkan.
Setelah satu tahun tidak berkutat dengan jadwal dan dapat melakukan apapun sesuai dengan keinginanku, berada di kampus dan memiliki jadwal kelas yang harus dihadiri ternyata sangat melelahkan. Aku harus beradaptasi lagi. Aku harus belajar lebih giat karena otakku menjadi lambat bekerja setelah setahun tak digunakan dengan maksimal. Hal yang kusukai secara tulus selama satu bulan menjalani kuliah adalah teman sekamarku, Kaia Carmichael dan pembicaraan di telepon dengan Gale Rivendell setiap malam.
Walaupun begitu, bicara dengan Gale Rivendell melalui telepon setiap malam tidak selalu menyenangkan. Gale Rivendell akhirnya memutuskan untuk mengambil tempatnya di King's dan mengikuti kelas secara online. Jadi, dia sibuk sekali. Dalam sehari dia harus membagi waktunya antara bekerja di kafe Shane, mengikuti kelas secara online, dan mengerjakan tugasnya.
Seharusnya aku tidak boleh mengeluh karena Gale Rivendell selalu menyempatkan diri untuk meneleponku setiap malam. Terkadang kami sama-sama terlalu lelah sehingga tidak koheren saat bicara. Terkadang aku berada dalam mood yang buruk atau Gale Rivendell yang sedang kesal lalu salah satu dari kami mencari-cari masalah, berteriak, dan menutup telepon dengan marah. Terkadang aku hanya diam dan mendengarkan Gale Rivendell bicara tentang harinya lalu dia tertidur dan aku hanya mendengar nafasnya. Terkadang kami bicara banyak hal hingga dini hari dan terlalu bahagia untuk memutus panggilan telepon. Tapi aku tidak keberatan dengan semua itu. Everything was worth it.
Aku berdiri di depan pintu kamar, memutar kenop, dan memutar bola mata saat pintu terbuka dengan mudah. Kaia tidak memiliki jadwal hari ini, mungkin dia masih tidur sekarang. Kututup pintu setelah aku masuk. Aku tidak heran saat melihat tempat tidur Kaia rapi tanpa cela sedangkan tempat tidurku ditempati oleh seseorang. It must be Kaia, that silly girl. Kaia punya kebiasaan yang menurutku lucu tetapi seringnya menyebalkan. Dia tipe orang yang rapi meskipun tidak keberatan dengan aku yang berantakan. Jika dia sudah merapikan tempat tidurnya, maka dia akan berpindah tidur ke tempat tidurku. Dia bilang, "Aku tidak ingin membuat kusut seprai yang sudah kurapikan, Roxy. Jadi aku tidur di ranjangmu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU EVER WONDER?
General Fiction"Pernahkah kau bertanya-tanya apa jadinya dunia ini tanpa dirimu, Gale? No?" Jardine Roxen terbangun di Soho tanpa mengingat bagaimana dia berakhir di tempat itu. Dan Gale Rivendell tidak menyukai kehadiran Jardine yang dianggap mengusik hidupnya. ...