04 - Geng Ruthless

51 14 6
                                    

Di dalam kamar sederhana bernuansa monokrom, Shena sedang berkutik dengan buku tulis dan bolpoinnya, namun keributan di luar sana membuyarkan konsentrasinya. Siapa lagi kalo bukan kerjaan Ruthless, teman-teman kakaknya, Devan.

"Woy kopi gue! Maen sruput aja lo."

"Pelit amat. Mikir tuh kacang yang lagi lo kunyah punya siapa emang?"

"Gue yang belinya juga. Lo mah mau sombong aja gak modal pake ngaku ngaku segala."

"Mencintai dalam sepi... Dan rasa sabar mana lagi... Yang harus ku pendam dalam mengagumi dirimu...🎵"

"Njir buset dah kuping gue kasian Gi! Udah tau suara fals masih aja maksain nyanyi."

Shena keluar dari kamarnya dan membanting pintu kasar membuat para cogan itu terkejut dan menoleh kearahnya.

"Shit! Udah gue bilangin berapa kali kalo kalian mau main disini ya silahkan, tapi gausah ribut, bisa? Gue lagi ngerjain PR nambah pusing aja."

"Mereka Shen, bukan gue sumpah," kata Isal nyengir kuda.

"Jangan marah marah dong my queen, maafin Abay sama yang lain yah? Maklum jomblo gabut," seru Abay sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Seorang cowok berambut gondrong menghampiri Shena yang terlihat badmood, "Lagi ngerjain tugas apa emang?"

"Fisika," jawab Shena sekenanya

"Mana gue liat? Siapa tau bisa bantu."

"Beneran bisa?" tanyanya memastikan, Shena kembali ke kamarnya membawa buku dan memperlihatkannya pada cowok itu.

"Ah ginian doang mah gampang, nanya mbah google juga beres," katanya.

"Well kalo gue niat gitu juga dari tadi udah kelar."

"Yaudah, terus apa masalahnya?"

"Gue maunya mikir sendiri, pake usaha. Kalo kebiasaan searching kapan pinternya?"

"Waah my queen kita udah dewasa nih, udah jangan di dengerin si Ken mah sesat," sahut Isal mendapat tatapan tajam dari Ken.

"Sorry Shen. Gue cuma gamau lo cape mikir biar gak pusing," jelas cowok itu, yah namanya Kenneth. Shena tidak menyukai Ken karna selalu bersikap caper dan sok cakep, walau emang cakep beneran, tapi tetap saja bikin risih.

Tiba tiba Devan datang, entah darimana. Dia melempar jaketnya ke sembarang arah.

"Babu babu lo nih pada berisik, ganggu fokus belajar," jelasnya yang langsung mendapat tatapan tajam membuat mereka nyali mereka semua menciut

"Nggak gitu Dev, kita—" tukas Abay namun segera di sela oleh Shena.

"Apa? Jadi lo mau nuduh gue bohong gitu?"

"Nggak nggak. Bukan gitu jad—"

"Keluar sekarang!" titah Devan bernada dingin.

"Lo ngusir kita, Dev? Si Abay nih yang mulai duluan."

"Kampret kenapa lo jadi bawa bawa gue sih."

"Baru sehari Dangervile sekolah udah bikin rusuh, bener kan Shen?" tanya Renzo yang baru datang, kayaknya dia barengan sama Devan.

"Heem Kak Rey mukulin orang sampe babak belur terus dia juga hampir mau lecehin cewek," jelasnya.

"Parah banget yah Dangervile yang sekarang gak kayak dulu."

"Cuma gara gara cewek Rey berubah dan ninggalin kita. Masih gak nyangka gue," kata Kenneth miris.

"Kalo gitu lo harus segera bertindak Shen!"

"Bukan hal mudah ngedeketin seorang Rey mau lo secantik apapun," kata Renzo disetujui Shena.

"Alinskie! Yah, Rey suka sama Alin karna dia cewek yang baik, tulus, penyayang, lemah lembut. Ah kalian tau sendiri lah Alin orangnya kek gimana, so kenapa gak coba aja?" saran Isal heboh.

"Maksudnya gue harus bertingkah dan berpenampilan kayak Kak Alin?"

"Thats right my queen! Itu maksud gue."

"Kenapa harus kayak Alin? Shena cukup jadi dirinya sendiri, buat Rey suka dengan cara kamu tanpa harus berpura pura jadi orang lain," pesan Devan yang disetujui semuanya.

"Kalo gitu gue ada rencana nih—" Kenneth menceritakan ide nya yang langsung disambut sorakan sumringah dari Ruthless, tak terkecuali Shena.











____________________________

Coment🔥🔥for next part!





DANGERVILE [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang