3

404 23 0
                                    

"Loe musti tahu sekolah ini lebih detail!" Mey berjalan beriringan dengan Clarisa yang berdiri di sampingnya. Tangan cewek itu membawa sebotol es coklat yang baru saja dibelinya dari kantin.

Clarisa tidak menyahut. Dia sedang mengagumi diam-diam sekolah barunya. Sebuah gedung yang tinggi menjulang, dengan banyak pohon yang mengelilinginya. Sebuah sekolah Internasional yang memiliki segudang fasilitas. Kolam renang, lapangan basket, lapangan sepak bola, lapangan voli dan masih banyak fasilitas-fasilitas lain yang mampu membuat bibir semua orang berdecak kagum.

"Hey..." Mey menyenggol lengan Clarisa.

"Hah?" Clarisa menoleh. Menatap Mey yang terlihat serasi dengan seragamnya. Sebuah rok mini diatas lutut,blazer warna navy dan kemeja putih sebagai dalamannya.

"Loe ngelihatin apa sih?" Mey menyruput minumannya.

Clarisa menggeleng.

"Enggak."

"Gue tau kalau loe lagi kesengsem berat khan sama sekolah ini. Ngaku deeeeeh!"

Clarisa tidak menjawab. Sejujurnya,iya!

" Loe musti bersyukur bisa sekolah di sini. Gue aja sampai detik ini belum percaya kok kalau bokap nyekolahin gue disini."

"Lha emang kenapa?"

Mey menepuk jidatnya.

"Sekolah ini tuh dikenal sebagai sekolahan-nya anak-anak gedongan kalik Ris. Anak pengusaha minyak, pengusaha batubara dan banyak lagi deh. Jadi loe bakalan ketemu sama manusia-manusia keren yang tiada duanya." Mey Sarkastik.

Clarisa mencibir.

Mey kembali menyenggol lengan Clarisa

"Eh....eh loe lihat itu deh..." Mey menunjuk lapangan basket di depan mereka. Di sebuah bangku di pinggir lapangan dimana beberapa siswa laki-laki berumpul.

"Loe lihat cowok yang lagi mainin bola basket itu nggak?"

Clarisa menoleh. Dia memang melihat seorang cowok tinggi yang sedang duduk dan asyik memainkan bola basket di tangannya. Ia diapit beberapa cowok lain disekelilingnya.

"Cowok pakai anting-anting itu?"

Mey mengangguk.

"Mau sekolah apa mau ngartis? Cowok kok pakai anting-anting!"

Mey memutar bola matanya dongkol. Ia berdecak kesal karena Clarisa tidak bisa melihat cowok keren tersebut.

"Namanya Danzel. D-A-N-Z-E-L!!!" Mey mengarahkan pandangannya pada Clarisa dan Danzel bergantian.

"Loe lihat bibirnya yang penuh, badan yang tinggi proporsional, matanya yang tajam, alisnya yang tebal dan....potongan rambut under cut-nya yang mempesona itu........"

Clarisa menyentik kepala Mey dengan keras.

"Kok kedengarannya jadi nafsu gitu sih!" Protesnya.

Mey mengusap dahinya yang sakit karena ulah tangan Clarisa.

"Sialan!"

"Iya emang dia sesuai deskripsi loe. Tapi enggak mempesona deh kalau menurut gue."

Mey berdecak.

"Mungkin selera gue sama selera loe beda kali ya. Loe suka yang kebule-bule'an, sedang gue suka sama yang asia-asia banget gitu."

"Yaudah sono dipacarin!"

Mey terbahak kemudian menyodorkan android-nya kepada Clarisa. Dimana ada foto Aji, cowoknya yang ia gunakan sebagai wallpapper.

"Sorry honey, gue udah punya tambatan hati yang lain."

My Badboy  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang