20

276 10 0
                                    


Satu sekolahan heboh!

Saat melihat Clarisa turun dari mobil Danzel dan cowok itu menggandeng tangannya masuk ke dalam sekolahan. Ada yang berteriak histeris tidak rela, memaki-maki Clarisa tidak jelas dan memasang tampang mengajak perang pada cewek itu sehingga membuat clarisa jadi keder. Clarisa pikir semuanya tidak akan seheboh ini, nyatanya bahwa Danzel adalah cowok yang populer memang fakta. Dan Clarisa menjadi takut sendiri. Takut jika salah satu pengangum Danzel tidak terima dan melakukan suatu hal buruk padanya.

Tubuh Clarisa menggigil.

"Hah, pacaran sama Danzel?! Ngaca aja loe, paling cuma bertahan seminggu..." Komentar Irene julid saat Clarisa berjalan di depan cewek itu pas istirahat. Matanya tampak sadis.

"Bener, loe aja yang cantik, sexy kayak begini aja diputusin. Apalagi cewe kampungan kayak dia!" Sela sahabat Irena tak kalah pedas.

Clarisa hanya mengangkat bahu, percuma ngeladenin netizen julid yang kebanyakan mulut kayak mereka. Clarisa memilih diam dan berjalan melenggang masuk kelas meskipun banyak pasang mata yang memandangnya.

Hal yang sama berbanding terbalik dengan Danzel. Bukan para siswa yang mencemoohnya dan memandangnya dengan pandangan aneh, namun para sahabatnya.

"Hah, loe beneran pacaran sama Clarisa?" Marko meraba kening Danzel yang langsung ditepis paksa cowok itu.

"Loe pikir gue sakit apa?!"

"Loe kesambet setan mana sih Dan....Dan...." Decak Marko kemudian.

"Irene yang cantik, bohay, putih dan sexy loe tinggalin begitu aja. Eh, gantinya cewek macam Clarisa!"

"Mungkin sarafnya putus waktu panas tinggi kemarin." Sambung Dika terkekah.

Danzel mendelik.

"Emang ada yang salah sama Clarisa. Dia juga cantik kok!"

Joy berdecak sambil melipat tangannya di depan dada. Dibandingkan sikap kedua sahabatnya yang meledak-ledak, cowok itu justru terlihat lebih santai.

"Wahai para netizen julid, bisa nggak mulutnya berhenti ngoceh?" Ia memandang Marko dan Dika bergantian.

"Ape sih loe kuya!" Dika sewot.

"Iya nih, orang gue beneran pengen tau kok." Imbuh Joy.

"Loe nggak beneran 'kan Dan sama tuh cewek." Dika menyela.

Danzel bangkit dari duduknya. Sejak tadi cuitan sahabat-sahabatnya membuatnya jengah. mungkin dulu biasanya ia hanya akan bertahan seminggu dengan cewek yang dipacarinya, dan jikapun putus pastilah Danzel yang mengajak, bukan mereka. Tapi perasaannya pada Clarisa berbeda dengan perasaannya pada mereka. Clarisa adalah seseorang yang apa adanya, dan bahkan dari sekian banyak cewek yang ditemuinya, hanya Clarisa yang berani menantangnya. Menatap matanya dengan tatapan tajam dan tak kenal takut. Berbeda dengan cewek-cewek lain yang hanya kebanyakan tebar pesona padanya.

"Sok tau banget!" Danzel mencibir. Memiting tubuh Dika yang lebih kerempeng dari tubuhnya.

Dika mengaduh. Ia menimpuk kepala Danzel dengan buku yang ada di depannya.

Marko menepuk pundak Danzel. Matanya nanar memperhatikan sekitar kantin yang ramai, bahkan dia melihat Irene yang tengah asyik makan bersama seorang sahabatnya.

"Tuh lihat Irene." Marko menunjuk Irene.

Ketiga sahabatnya membuang muka ke arah Irene yang duduk di pojok kantin.

"Lihat, apa sih yang kurang dari dia? Wajah dapet, tinggi dapet, sexy dapet!"

Danzel berdecak.

"Em... dagu hasil filler, dada juga nggak alami, appalagi bibir sama mata tuh. Loe tau udah berapa kali cewek itu ke Korea hanya untuk permak muka?" Jawabnya.

My Badboy  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang