Clarisa membuang nafas menatap tumpukan buku yang ada di depannya. Itu bukan hanya buku PR milik Danzel saja, melainkan milik Joy, Dika dan Marko juga. jika memang benar ia harus menyelesaikan semuanya, itu berarti dia harus lembur sehari semalam untuk PR-PR tersebut.
Jadi sekarang siapa yang malam minggunya kelabu? Dia atau Danzel?
"Sebelum gue ngerjain ini tugas, gue mau tanya sama kalian..." Clarisa memandangi tumpukan-tumpukan buku di depannya.
Ketiga cowok yang sibuk dengan pekerjaan absurd-nya itu menoleh bersamaan. Danzel sedang bermain mobile legend, Dika sedang memainkan barbel, Marko sedang lihat telenovela dan Joy yang sibuk dengan sepatu barunya.
"Apa?" Tanya mereka serentak.
"Otak kalian itu buatnya dari apa sih? Sampe mikir kayak beginian aja nggak bisa?!" Protes Clarisa dengan pandangan menghakimi mereka satu persatu. Clarisa bisa melihat bahwa hanya paras mereka saja yang begitu bagus, tapi tidak dengan otak mereka.
"Loe tinggal ngerjain aja banyak ngomong deh!" Danzel menatap Clarisa kesal kemudian memutar bola matanya kembali ke Mobile Legend yang sejak tadi dimainkannya.
"Iya enggak paham banget kalau telenovelanya lagi serius. Noh si Ferguso lagi diusir sama istrinya!" Sela Marko.
"Emang gue peduli? Kalau diusir tinggal loe tampung di rumah loe aja!"
Mario mencebik. Sebal karena hobi-nya diganggu oleh cewek bawel tersebut.
Clarisa mendengus. Ia membuka buku tulis di depannya dengan berisik. Namun sialnya, tak ada satu orangpun yang peduli padanya.
"Udah deh, gue pulang aja kalau begitu." Dika berjalan mendekati Clarisa kemudian mulai memilah-milah buku tulisnya. Setelah ia merasa semua bukunya lengkap, kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Gue bukannya nggak bisa ngerjain soal-soal ini nona manis, Cuma males aja." Dika menyentil dagu Clarisa dengan tangannya yang dibalas dengan tatapan sangar cewek itu.
Kalau gitu biar gue selesai'in sendiri PR gue."
"Nah, itu loe bisa. Makanya daripada lama-lama tuh otak tumpul gegara nggak pernah dipakek, gunain noh buat ngerjain PR!"
"Si Dika tuh pengertian. Nggak kayak kalian bertiga!"
Danzel tidak menyahut. Ia hanya melirik cewek bawel itu sekilas, dan kembali sibuk dengan gadjetnya. Sedang Marko dan Dika saling pandang.
"Sumpeh loe Dik?" Marko melongo menatap Dika.
Dika mengangkat bahu.
"Gue juga mau pulang aja ah kalau gitu...." Susul Joy menghentikan pekerjaannya.
"Lho.....lho kalian mau kemana?" Protes Marko.
"Lagi seru nich telenovela gue!"
Joy berdecak, kemudian menghampiri Marko dan menarik lengan cowok aneh itu untuk berdiri.
"Loe lihat aja di youtube ntar juga ada!"
Marko berdecak sebal, namun akhirnya menurut juga saat tangan Joy menariknya dengan kuat.
"Tapi kita berdua nggak bawa pulang bukunya sih. Tetep loe yang ngerjain sampai selesai." Kata Joy sebelum melangkah meninggalkan Clarisa dan Danzel.
"Oke...see you..." Mario melambai ke arah Clarisa yang memasang tampang dongkol setengah mati, sedangkan Danzel hanya mengangguk tanpa memandang kedua sahabatnya tersebut. Sepertinya, kedatangan dan kepergian merekan adalah sesuatu hal yang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Badboy (COMPLETE)
Teen FictionClarisa dibuat pusing dengan kehadiran 3 makhluk di dalam hidupnya. 1. Danzel. Cowok ter-menyebalkan di sekolah yang membuat hidupnya tidak tentram karena setiap hari cowok itu terus mengerjainya. 2. Aidan. Cowok pendiam yang selalu ada dimanapun Cl...