Chapter 4

415 47 11
                                    


  "Maksud gue tuh, k-kalo emang gasuka— ga usah kasih harapan.." jelas Jisoo.

"Lo sih bego."

  Jisoo pun langsung menatap Bobby dengan tatapan tajam nya.

"Apa? Mau marah? Lo tuh emang bego Jisoo. Darimana coba ceritanya cewek yang berjuang? Cowok yang baik tuh harusnya yang berjuang."

"Sok bijak lo! Banyak kali cewek yang berjuang duluan."

"Itu cewek mental kuat, ga kayak lo! Udah lemah sok-sok an mau berjuang."

"Ga guna gue curhat sama lo! Mending sama Jinan."

"Iya iya maapin." kata Bobby sambil membuat tanda peace di tangan nya. Jisoo pun berhenti menangis, lalu suasana menjadi sunyi.

  Tak ada yang memulai pembicaraan. Hujan pun mulai reda.

"Em.. Ji, gue pulang ya."

"Oh? Oke.. hati-hati."

"Iya.. makasih teh nya."

  Jisoo pun mengangguk lalu, Bobby pun pulang.


~~~


  Malamnya, Jisoo kembali membuka layar ponsel nya, dirinya ingin sekali mengirim pesan untuk kak Jin.

   Tapi... tidak, dirinya tidak berhak mengirim pesan dengan pacar orang. Nanti kalau kak Irene cemburu bisa gawat.

  Jisoo pun memejamkan matanya, hari ini adalah hari yang berat. Tiba tiba, ponsel nya berbunyi.

"Video... Call? Bobby..? Kenapa dah nih anak."

  Jisoo pun mengangkat telepon yang berdering. Tak lupa dirinya tadi menyisir rambut dulu.

"Halo~ haloo~"

"Halo~ haloo~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pftt.. AHAHAHAHAH!!!"

"Hai Jisoo, kami lagi maskeran biar kulit kami lembut."

"Kayak pantat bayi."

"Gaje lo Bin."

"Napa lo nelpon gue?"

"Gabut aja."

"Ya udah gue tutup ya."

"Eh jangan, ada Nani tuh. NANII!!"

"Naon Bob, eh ada mbak Jisoo, hai Ji. Kalian VC an, jangan-jangan kalian pacaran"

[✔] Difference WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang