My Eyes On You - 1

4.6K 649 31
                                    


" I loved you and I was loved. So that's good enough for me."  ―Love Scenario, iKon

-oOo-

Sehun mendiamkan Nara. Kejadian di mobil tadi membuat Nara terlalu emosional lantas Sehun pun menunjukkan kekesalannya dengan bungkam. Pria itu langsung mengambil spasi yang lebar antara dirinya dan sang istri ketika Nara mengatakan permintaannya untuk tidak lagi melakukan sesi terapi. Si pria juga melangkah terlebih dahulu ke dalam gedung, Nara mengekori―perangaiannya tampak lesu.

Sehun disambut oleh tiga asisten saat memasuki pintu utama bangunan megah tersebut. Ia berada di lift  khusus yang akan membawa mereka ke lantai sepuluh―ruang rapat pemegang saham. Sementara Nara melangkah pelan tidak bertenaga. Meskipun Sehun marah dia tetap memberikan isyarat pada asistennya untuk menunggu. Sehun dan Nara pun berdiri berdampingan di kubik besi itu. Namun, tak ada yang memulai pembicaraan.

Pintu lift terbuka. Sehun langsung keluar, sedangkan Nara sengaja berlama-lama. Ia memersilahkan asisten suaminya untuk beranjak terlebih dahulu. Setelah semuanya pergi, gadis itu baru mulai berjalan ke arah Sehun bergerak. Nara menghela napas berat. Ia merasa kali ini Sehun terlampau jauh untuk dijangkau oleh dirinya. Memang jaraknya hanya beberapa meter, tetapi seolah sang suami membangun dinding yang teramat tinggi agar Nara tak sanggup melewatinya. Nara sadar apabila permintaannya tadi sulit dipenuhi. Apalagi Nara tahu benar Sehun sangat ingin mengungkapkan fakta mengenai sebab trauma Nara pada ketinggian―karena tanpa diduga Ahra muncul dalam kenangan yang terhapus itu.

Nara melamun ketika melangkah. Hingga ia tidak menyadari apa yang ada di depannya. Ada seorang karyawan yang tengah membawa dokumen sangat banyak hingga menutupi wajah. Karyawan tersebut berjalan tergesa sebab dokumen yang dibawanya akan digunakan untuk bahan rapat.

"Aduh!" keluh Nara saat ia menabrak si karyawan laki-laki. Gadis itu jatuh terduduk―kertas-kertas berhamburan di sekitarnya. Nara merasakan perih di telapak tangan yang ia gunakan untuk menyanggah tubuh.

Si karyawan tersebut kaget. Bukannya minta maaf atau berusaha menolong Nara yang jatuh, ia malah meluapkan kemarahan pada Nara. "Kau seharusnya lebih berhati-hati," Ia berkacak pinggang. "Kau tahu betapa pentingnya dokumen ini," lanjutnya.

"Kau tahu betapa pentingnya gadis ini. Dia istri CEO kalian," vokal Daniel yang kini sudah berada di sana. Pria itu memakai jas lengkap dengan dasi serta celana kain hitam―tak jauh dengan apa yang dikenakan Sehun tadi. Raut Daniel datar. Ia sedang murka jika didengar dari nada suaranya.

Daniel pun cekatan membantu Nara. "Kau bisa kehilangan pekerjaan," sambungnya. Daniel meraih tangan Nara lalu membantu si gadis berdiri.

Karyawan tersebut membungkuk sangat dalam. "Maafkan saya Direktur Kang. Saya tidak tahu―"

"―Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi di kantor ini. Bereskan semua barangmu, kemudian pergi," potong Daniel tanpa belas kasihan.

Nara memegang lengan Daniel. "Jangan memecat dia. Aku baik-baik saja," bujuk Nara.

Daniel menatap gadis yang berada di sampingnya sekilas, memastikan tidak terjadi sesuatu pada Nara. Ia mengatur napasnya agar bisa menenangkan diri. "Asisten Kim, pindahkan orang ini ke kantor cabang kita. Aku tidak ingin melihatnya lagi di sini," putus Daniel akhirnya. Ia menggenggam tangan Nara, setelahnya pergi dari lokasi tersebut menuju ruang rapat.

Nara mengikuti Daniel. Ia berusaha melepaskan tangannya yang ada di kungkungan si pemuda. "Daniel, sakit," ucap Nara.

Daniel berhenti. "Apa yang sakit, Noona?" tanyanya. Ia melepaskan si gadis setelah Nara memberikan kode. "Kita harus mengobatinya dulu. Seharusnya, kalian mengumumkan pernikahan secara benar-bukan malah menyembunyikannya. Karyawan di sini jadi tidak tahu siapa dirimu," omel Daniel. Rautnya sangat berbeda dari yang tadi. Ekspresi Daniel yang kaku serta murka digantikan dengan kekhawatiran.

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang