Heart of Darkness - 2

3.1K 408 24
                                    

“Aku tadi betul-betul melihat Appa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku tadi betul-betul melihat Appa. Apa kau tak menyadarinya?” kata Nara ketika mereka sudah berada di lantai tiga The Evenue Park.

Mereka berbincang sembari menyantap makan siang di ruang kerja Sehun. Pria itu memastikan Nara melahap habis kudapan yang disajikan karena ia tahu bahwa istrinya sedikit kelelahan. Tentu saja, ada perdebatan kecil sebelum Nara mengikuti perintahnya. Sehun yang menang kali ini.

“Mungkin saja,” gumam Sehun. Ia sibuk membuka obat yang harus diminum sang istri. Sehun menghapal semua obat yang harus masuk ke dalam tubuh si gadis. Ia sengaja melakukan hal tersebut agar dapat bertindak secara tepat apabila Nara terkena serangan jantung tiba-tiba.

“Apa kau tak bertemu dengannya saat ke ruangan Chanyeol?” Nara masih belum menyerah.

Sehun menghela napas, ia menekan emosi. “Berhenti penasaran, Nara. Aku rapat di Daehan Corp, kemudian asistenmu mengatakan bahwa kau berada di firma Chanyeol, letak tempat itu berdekatan. Makanya, aku mampir ke sana sebentar untuk menemuimu,” jelas Sehun. Ia menyerahkan pil yang sudah dipilahnya sesuai dengan kebutuhan Nara. “Aku juga tidak bertemu Chanyeol,” ia mengimbuhkan.

“Kau berbohong, ya?” selidik Nara. Gadis itu mendekatkan diri ke paras Sehun untuk meneliti pria yang berada di sampingnya tersebut. “Aku sudah mengenalmu hampir setengah tahun, Oh Sehun. Aku hafal sewaktu kau berdusta. Alismu ini naik-turun,” cetus si gadis. Jari Nara menunjuk alis suaminya, sebenarnya tidaklah bergerak serupa yang dituduhkan.

Bingo, tebakan Nara benar.

Sang suami memang sedang berdusta.

Hm, bukan Sehun namanya jika dia tidak dapat memutar strategi.

Sehun menyeringai, bukannya mundur laki-laki itu justru mengurangi spasi di antara mereka, hingga hidungnya saling bersentuhan dengan milik Nara. “Benarkah? Kau sudah dapat membaca bahasa tubuhku sekarang,” simpul Sehun, nadanya pelan dibuat menggoda.

N

ara menahan napas. Rasanya ia seperti akan terserang asma, apabila terlalu dekat dengan suaminya. Bahkan Nara yakin pipinya telah merah.

Sang gadis rupawan itu hendak memalingkan wajah, tetapi tangan Sehun bergerak lebih cepat. Sehun menyentuh dagu Nara agar sepasang netra yang menjadi dunianya tersebut hanya terfokus pada dirinya.

“Jawab aku Nara, waktumu tiga detik,” ucap Sehun. Ia mengusap bibir Nara lembut menggunakan telunjuknya. “One …” Sehun mulai memiringkan kepala agar bibirnya dapat sejajar dengan milik gadisnya. “Two …” Sehun mengecup ujung bibir Nara sebelum hitungan ketiga.

Nara terkejut. Ini bukan kecupan pertama mereka. Mungkin sudah belasan kali Sehun menyatukan kailnya. Meskipun begitu, respons Nara tetap sama. Ia kelimpungan membalas lajur Sehun, apalagi ketika prianya mulai menarik tengkuk mereka untuk masuk ke dalam. Dirinya berusaha untuk menjernihkan pikiran, dia tak ingin terjerat lebih dalam. Benak Nara berucap, Sehun berusaha mengalihkan perhatiannya agar tak membahas mengenai Tuan Park.

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang