When You And I Become Us - 3

4.4K 714 28
                                    

Nara yang mabuk adalah mimpi buruk bagi Sehun. Tulang-tulang di punggung Sehun rasanya ingin lepas dari tempatnya. Dia harus menggendong Nara kembali ke cottage yang letaknya lumayan jauh dari kedai di mana mereka minum. Belum lagi Nara terus saja bergumam mengenai banyak hal. Beberapa kali rungu Sehun mendengar Nara yang mengumpat soal betapa menyebalkannya sang suami.

“Aku tidak suka cara bibir Sehun berucap. Dia sangat jahat,” ujar Nara yang masih berada di gendongan Sehun. Mereka baru saja masuk ke dalam ruangan.

Sehun mendengus. Ada jengkel pada dirinya tapi berusaha ia redam karena di mata Sehun, Nara sedang tidak waras.

“Meski dia jahat, aku sangat menyukainya,” Nara kembali mengoceh. Gadis itu mengeratkan tangannya yang melingkari leher Sehun. “Kau tahu dia sangat tampan jika tersenyum. Sayangnya dia jarang tersenyum. Ugh! Kalau dia sering begitu, aku bisa semakin menyukainya,” lanjut Nara yang kini mabuk.

Sehun hanya menggelengkan kepala. Rautnya terlampau muram. Apalagi, gadis yang berada di punggungnya kini bergerak-gerak minta diturunkan saat mereka sudah sampai di lantai dua kamar Nara. Sehun mendudukkan Nara di ranjang. Ia menghela napas kasar ketika si gadis terus tersenyum memandangi tingkah Sehun.

“Kau benar-benar merepotkan,” kata Sehun sembari berkacak pinggang di hadapan istrinya. Jari-jari Sehun merapikan anak rambut Nara yang berantakan. Netranya tertuju pada sepatu yang masih dikenakan si gadis.

“Bahkan aku harus melepas sepatumu,” gumam Sehun dengan cekatan berjongkok lalu menanggalkan sepatu Nara.

Nara memajukan tubuhnya yang duduk di pinggir ranjang. Ia merentangkan tangan, kemudian memeluk Sehun. “Terima kasih, kau baik sekali,” ujar Nara. Ia menyenderkan kepala di bahu Sehun, setelah itu memejamkan mata. Nara merasa hangat dan nyaman. Sehun merupakan tempat berlindung yang pas bagi Nara.

“Jung Nara, jangan tidur dulu,” Sehun berucap ketika mendengar dengkuran halus dari si gadis. Sehun mengatur posisi sedemikan rupa untuk membaringkan Nara yang sempat mendekapnya erat. Pria itu merebahkan Nara di atas ranjang, menyelimutinya. Sehun tidak lekas beranjak dari sana. Ia mengusap pelipis Nara yang berpeluh. Sehun pun sengaja menyentuh alis Nara yang mengkerut. “Apa yang sedang kau mimpikan, Nara?” tanyanya lebih kepada kekosongan.

Sehun menjungkitkan bibir ketika Nara bergerak meninju ke udara. Tingkah gadis muda itu terlihat konyol. Sehun tak pernah menikmati menonton orang yang sedang terlelap, ini pertama kalinya ia tidak bosan. Padahal, Sehun hanya duduk bersandar di tepi ranjang, mengamati istrinya. Sesekali pria itu tidak dapat mengendalikan jari-jarinya hanya untuk menyentuh pipi Nara atau surai halus gadisnya.

Nara begitu lembut dan rapuh di dekat Sehun. Nalurinya semakin ingin melindungi si gadis. Baginya Jung Nara bukanlah seseorang yang dapat menggantikan Ahra. Gadis itu lebih seperti sesuatu yang baruhal yang tidak dapat ia prediksikanmembuatnya sedikit demi sedikit tertarik pada pesonanya.

Si gadis pun mendekap tangan suaminya membuat Sehun tidak bisa pergi dari sana.
“Jangan pergi,” bisik Nara.

Sehun menyerah. Ia berbaring di samping gadis yang kini menghadap ke arahnya. Paras mereka sejajar. Sehun sangat terkejut ketika kelopak mata Nara tiba-tiba menggelepar terbuka. Dia dapat menagkap indahnya pupil yang kini hanya ada bayangan Sehun di dalamnya. Pria itu tak pernah mendapatkan manuver yang mendadak. Dia tidak menyangka jika gadis itu semakin mendekatkan diri. Biasanya, Sehun akan bisa mengendalikan keadaan, namun pengaruh alkohol membuat tubuhnya berkhianat.

Nara memang mabuk, tapi ia tahu siapa yang ada di hadapannya. Gadis itu mengalahkan logikanya yang memintanya berhenti. Nara paham jika mereka sedang dalam kondisi yang kesadarannya sedang dipertanyakan. Tubuhnya menginginkan Sehun, maka dari itu ia menggunakan alasan mabuknya untuk melakukan hal tersebut.
Nara menarik kerah Sehun. Ia menyatukan bibir mereka. Gadis itu bisa merasakan betapa lembut dan lembabnya Sehun. Entah keberanian dari mana, ia berusaha melumat bibir Sehun yang sama sekali tak melawan dirinya. Naluri mengendalikan serebrumnya, dia mengatur posisi berada di atas Sehun yang diam. Nara mengiggit bibir luar Sehun, perahanan pertahanan si pria hancur.

“Sehun,” ucap Nara di tengah kecupannya.

Sehun tahu  jika sekali saja Nara meloloskan lenguhan, maka dirinya akan terbawa arus. Ia tak sanggup membiarkan gadis itu menguasai keadaan. Kekuatannya lebih besar beberapa kali lipat, apalagi dirinya masih dipengaruhi alkohol. Pelan, Sehun mulai membalas kecupan itu. Membiarkan lidah mereka bertemu. Tangannya menarik Nara ke dalam dekapan yang membuat tubuh mereka melekat sempurna.

Jari-jari Nara bergerak melepas satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Sehun. Gadis itu meraba otot perut si pria.

Sehun mengerang ketika merasakan sentuhan Nara pada dirinya. Ia mulai memimpin. Ego pria itu tak ingin dikalahkania membalik posisi. Kini tubuh gadisnya berada dalam kendalinya.

Semuanya berjalan sesuai naluri mereka.

Malam itu menjadi malam yang sangat panjang.

Tak ada keraguan.

Tak ada kesadaran.

Semuanya dilakukan berdasarkan perasaanya yang lama terpendam.
Entah siapa yang dilihat Sehun saat ia menyentuh raga Nara.
Namun satu yang pasti, dunia sang gadis hanya berpusat pada satu porosOh Sehun.

-oOo-

See you next week! <3

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang