"I will close my eyes so I can't see. I will hold back the tears, don't worry. Just go on your way. I'm alright." ―I'll Be Fine, Suran
-oOo-
Nara menekuni jendela kamar. Sudah satu minggu ia keluar dari rumah sakit, kembali ke kediaman Keluarga Park. Nara sempat berdebat beberapa kali dengan Chanyeol karena dirinya ingin tetap tinggal di apartemen Sehun. Tentu saja Chanyeol murka dan tak mengijinkan sebab suami dari adiknya itu tidak menunjukkan batang hidungnya ketika Nara sakit. Kemarahan itu enggan menular pada Nara. Gadis itu justru menunggu dengan tenang. Nara memang terluka akan sikap Sehun yang memutuskan komunikasi, tetapi rasa rindu dan sayangnya pada sang suami terlampau besar mengalahkan amarahnya.
Nara hanya dapat bersedih. Dalam pikirannya masih bergulat mengenai masa lalu Ahra. Entah mengapa, kemungkinan jika Ahra mengandung membuatnya sakit hati. Ia tak bisa membayangkan apabila Sehun mengetahui hal tersebut. Sehun pasti terluka, pikir Nara. Hanya membayangkan Sehun terpuruk saja membuat Nara semakin berduka. Ia tak ingin cintanya bersedih sedikit pun, Nara tahu ini bodoh―mau bagamaina lagi? Nara tidak bisa mengendalikan lajur benaknya.
Ponsel yang berada di genggaman Nara pun berbunyi menandakan apabila ada pesan singkat yang masuk. Si gadis mengakhiri lamunan, kemudian memilih membaca pesan dari Kang Daniel. Nara memang menunggu Daniel untuk menghubunginya sebab pemuda itu sudah beberapa hari ini pergi keluar negeri untuk mengerjakan bisnis barunya.
"Daniel sudah sampai di Seoul. Dia akan berkunjung ke sini," baca Nara.
Gadis itu berdiri membuat gaun tidur berwarna putih yang kini di kenakannya bergerak. Si gadis menatap cermin yang berada di hadapannya. Pantulan dirinya pun terlihat.
Nara tersenyum kecut melihat perbedaan parasnya. Ia kelihatan menyedihkan. Nara semakin kurus. Raganya minta dikasihani atau paling tidak menggambarkan apabila si gadis tengah menderita. Nara yang bahagia lenyap begitu saja dalam hitungan minggu.
"Kira-kira apa yang akan dikatakan Sehun saat melihatku dalam kondisi begini? Pasti dia sangat senang karena usaha balas dendamnya terwujud," Nara berbicara pada kekosongan. Gadis itu menggeleng. "Dia pasti sedih. Sehun pernah berucap kalau dirinya mulai menyukaiku," lanjutnya. Nara memegangi dadanya yang pedih.
Si gadis tahu jika Sehun menghilang karena mengejar George. Mungkin pria itu mendapatkan suatu fakta yang membuat suaminya memutuskan untuk pergi begitu saja. Selama empat belas tahun, misteri kematian Ahra mulai terungkap―tentu saja benak Sehun berpusat pada masalah itu―tak ada satu pun celah untuk memikirkan keadaan Jung Nara. Si gadis berusaha memahami.
"Aku merindukanmu, Sehun," kata Nara sedih.
–
"Apa dia ketiduran?" tanya Chanyeol pada Liv.
Mereka diam-diam masuk ke kamar Nara hanya sekedar mengecek keadaan si adik.
Liv yang melangkah lebih dulu memeriksa si gadis yang tengah berbaring terlentang di atas ranjang. Liv dapat melihat mata Nara yang sembab. Wanita rupawan tersebut menghela napas berat. Liv tahu Nara menderita, itu mengusik serebrumnya.
"Iya, kelihatannya dia menangis lagi," jawab liv pelan. Ia duduk di tepi ranjang mengusap kening Nara.
"Dokter Hwang baru saja berkunjung untuk memberinya obat penenang," sambung Liv.
Chanyeol mendekat. Ia mengamati Nara, tatapannya sedih. Nara sekali lagi harus berkorban menghadapi keegosian keluarganya. Andai saja Chanyeol memiliki kemampuan untuk mengubah segalanya, ia pasti dapat membuka mulut atas semua yang terjadi empat belas tahun lalu. Chanyeol merasa tak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sehun Fanfiction] Dear Husband - END
FanficJung Nara: Gadis berusia dua puluh dua tahun memiliki kelainan jantung bawaan yang hidup baik-baik saja setelah operasi. Dia seperti orang normal, kehidupan yang sederhana meskipun dari keluarga kaya. Nara tidak pernah jatuh cinta karena ia sudah ke...