The Way I Love You - 1

6.2K 1K 24
                                    

“Look at me look at me now. You are burning me up like this. I can’t turn it off.” ―Playing With Fire, Blackpink

Sehun mengajak Nara ke salah satu apartemennya yang paling dekat dengan kediaman Keluarga Park. Mereka sampai di lantai sepuluh tepat pukul dua dini hari. Apartemen yang memiliki sistem keamanan ketat tersebut sangat sepi, hanya suara langkah kaki Nara serta Sehun terdengar di sepanjang lorong.

Nara yang sedari tadi terseok-seok berjalan memasuki apartemen nomor 1002, mengekori Sehun. Setelah Nara mengamati sekilas ruangan yang luas itu, si gadis menyadari bahwa apartemen Sehun tersebut sangat sederhana―berlainan dengan hal-hal mewah yang sebelumnya diperlihatkan. Walaupun yang dimaksud sederhana tetap ternodai dengan barang-barang yang Nara yakin limited edition. Warna dindingnya cream dan lantai kayu membuat apartemen Sehun hangat.

Pertama kali masuk si gadis disuguhkan ruang tamu yang terdapat sofa hitam, kemudian ada sekat dinding yang membatasi antara ruang santai dan dapur. Totalnya ada dua kamar, Nara menebak dua pintu tertutup yang berada di dekat ruang santai.

“Kau tidur di kamar. Aku di ruang kerja,” jelas Sehun sembari menunjuk dua pintu yang tertutup itu secara bergantian―tebakan Nara salah.

Nara mengerjap beberapa kali. “Apa apartemen ini hanya memiliki satu kamar tidur?”

Sehun mengangguk. “Cepat masuk, beristirahatlah,” ujar Sehun. Pemuda itu hendak melangkah lagi, tapi segera dihentikan saat ia teringat sesuatu. “Ada beberapa pakaian dan perlengkapan wanita di sana―”

“―Kau menyimpan barang-barang wanita?” potong Nara tanpa berusaha menghapus keterkejutannya.

Sehun memutar bola mata saat mendapatkan tanggapan tersebut dari lawan bicaranya. “Ini apartemen milik Ahra. Dia sering datang ke mari saat ingin sendirian atau jika akan bertemu denganku. Aku kerap membawa pekerjaan ke apartemen ini, makanya kamar itu kuubah menjadi duplikat kantor. Ahra sangat senang tidur, makanya ruangannya dibuat senyaman mungkin untuk istirahat,” jelas Sehun.

Nara mengangguk tanda bahwa ia paham. Mereka sering menginap bersama. Apa mereka juga tidur berdua? Batin Nara mulai saling sahut-menyahut.

“Kami tidak melakukan apapun yang sekarang kau pikirkan. Aku dan kakakmu tidak pernah menghabiskan malam bersama,” vokal Sehun seolah dapat membaca benak gadis yang kini tersenyum lega.

Sehun hanya menatap gadis muda itu sekilas―merasa janggal dengan raut Nara yang tiba-tiba cerah―sebelum menghilang di balik ruang kerjanya.

Nara membereskan diri, setelah memuji betapa indahnya kamar yang dulunya milik saudaranya tersebut. Ruangan itu terlihat sangat berbeda dengan kesederhanaan yang ditampilkan sebelumnya. Nara di sambut dengan ranjang besar berkelambu merah yang terletak di tengah ruangan, Ada beberapa bantal yang empuk tertata rapi di sana. Pada sudut kanan ruangan, berseberangan dengan kamar mandi terdapat susunan koleksi Lego dan puzzle. Pada sisi yang lain dihiasi lukisan bangunan. Beberapa desain yang belum selesai juga tertempel di papan putih dekat meja rias. Nakas yang terletak di kanan dan kiri ranjang menampakkan potret Ahra yang sedang tersenyum dan Sehun yang mengecup pipi Ahra.

Nara duduk di pinggir ranjang, tangannya mengambil bingkai foto yang terdapat Sehun dan Ahra yang tersenyum pada kamera. “Kau bahkan tidak pernah memberikan ekspresi bahagia seperti ini saat bersamaku,” gumam Nara sembari menyentuh paras Sehun yang ada di potret. Ia meletakkan pigura itu, kemudian memandang wajah Ahra yang berada di sana, membeku selamanya menjadi sebuah kenangan. “Aku merindukanmu, Ahra. Walaupun dulu kita jarang bertemu, tapi saat kau datang mengunjungiku di rumah sakit adalah waktu yang paling menyenangkan di hidupku. Maafkan aku,” bisik Nara, ia menggigit bibir. Nara mengehela napas. Gadis itu berusaha melupakan kesedihannya sebab dirinya amat lelah hari ini.

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang