Sehun mengawasi dokter baru yang dibawa sepupunya untuk memeriksa keadaan Nara. Dia bersandar ke dinding tak jauh dari istrinya. Tatapannya tajam, menilai seluruh kabar yang ia kumpulkan mengenai Dokter Kim. Sehun mengetahui apabila dokter tersebut berbakat melalui informannya. Sehun menilik Kai yang sedang memeriksa Nara dengan teliti. Bahkan dokter tersebut menyentuh nadi Nara beberapa kali seperti memastikan sesuatu.
Sehun menangkap pandangan Kai yang kerap sekali mengarah pada Daniel. Dia mulai curiga dengan gerakan tubuh kedua pria tersebut. Sehun harus memastikan sesuatu sebab sang suami tidak ingin hal yang berbahaya terjadi pada tubuh Nara.
“Bagaimana?” tanya Sehun dingin yang langsung mendapatkan atensi dari kedua orang lainnya.Kai tersenyum serupa dokter pada umumya. Pria itu meluruskan kemeja biru muda yang dipakai sebelum berdiri dari sisi ranjang si gadis.
“Nara sebenarnya dapat mendengar seluruh ucapan kita di sini. Tapi, tubuhnya tak dapat digerakkan untuk merespon―dia masih mengalami trauma dan hantaman emosi yang belum stabil. Aku sudah memberikan beberapa suntikan pada otot jantungnya. Selain hal tersebut, harus ada sesuatu yang dapat memicunya untuk termotivasi bangun.” Pria itu mengalihkan tatapannya kepada Kang Daniel. “Bukankah, kau ingin membuat Nara sadar dengan cara apapun, Daniel?”
Kang Daniel mengangguk.
Kai menarik ujung bibirnya. “Aku sempat belajar pengobatan tradisional. Tanganku dapat diandalkan untuk mengenali denyut nadi. Ada sesuatu yang hidup dalam tubuh Nara―”
“―Tidak mungkin,” Sehun memotong. Dia mengernyitkan alis.
Daniel terkejut, ia hampir saja menghabisi pria itu andai saja Sehun tak menghentikannya melalui gerakan non-verbal. Daniel tak habis pikir, seharusnya Kai merahasiakan berita tersebut dari sepupunya.
Sementara, Kai dengan sabar melanjutkan, “Apa yang tidak mungkin Tuan Oh?” ungkap sang dokter.
“Kondisi Nara akan semakin buruk jika makhluk itu berada di sana, berengsek!” gertak Sehun ia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Kepalanya seolah dihantam oleh ribuan beton sekaligus. “Kenapa dokter yang lain tidak mengetahuinya?”
“Kondisi janin ini sangat lemah. Jangankan calon bayinya, ibunya pun memiliki detak jantung yang tidak stabil. Perkembangan kandungan Nara memang lebih lambat, oleh sebab itu baru diketahui sekarang. Lagi pula, diagnosa mereka hanya terfokus pada―”
“―Singkirkan apa pun yang membuat Nara semakin lemah,” potong Sehun.
“Hyung!” bentak Kang Daniel, ucapan sepupunya itu dinilai di luar akal sehat. “Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu? Nara mengandung bayimu,” timpal si pemuda putus asa.
Sehun melengos. Ia bahkan tak menatap semua orang yang berada di sana. “Aku tidak membutuhkan anak darinya, lenyapkan bayi sialan itu,” ucapnya dingin, lalu meninggalkan kamar di mana istrinya dirawat.
Sehun perlu menenangkan diri.
Pikirannya terlampau rancu hingga ingin meledak.“Bingo,” kata Kai senang tanpa mengindahkan kepergian Sehun dari tempat itu. Kai memberikan isyarat melalui matanya yang sedang melihat Nara saat Daniel meminta jawaban atas alasan si Dokter bersikap gembira, meskipun suasana memanas. “Nara menangis, guncangan seperti ini―mungkin dapat membuatnya termotivasi untuk bangun,” sambung pria itu datar.
Benar, Daniel melihat buliran airmata menetes satu persatu dari netra terpejam Nara.
Emosi Nara lebih nyata, gadis itu tak lagi serupa mayat hidup.
Paling tidak mereka masih memiliki harapan.Daniel tahu bahwa caranya ini akan melukai banyak pihak.
Apa boleh buat? Daniel pun sudah kehilangan kewarasannya.
Dia ingin Nara segera kembali.
-
Chanyeol meniti langkah menuju bar mini yang terletak di Yeongdo-gu, Busan. Bar itu salah satu dari sekian tempat favorit Sehun selama tinggal di kota tersebut. Bukan tanpa alasan ia menginjakkan kaki ke sana. Daniel tadi pagi meneleponnya, lalu menyeritakan mengenai semua hal, termasuk kegamangan Sehun mengenai Nara dan si pria yang sudah empat hari menghilang begitu saja. Chanyeol mengerti bahwa dia mungkin tidak dapat menyelesaikan, namun dirinya ingin melihat masalah ini dari mata sahabatnya.
Chanyeol menemukan Sehun berada di sana. Sehun duduk di sudut bar yang Chanyeol yakin sudah disewa seluruhnya oleh si pria. Ada gelas dan botol alkohol yang tinggal separuh, Sehun enggan mabuk rupanya―ia hanya ingin menenangkan diri. Chanyeol lantas duduk di kursi tepat berhadapan dengan adik iparnya, hanya terhalangi meja kayu bundar.
“Kau seperti bukan Oh Sehun yang kukenal,” ujar Chanyeol memulai percakapan, meskipun Sehun hanya terpaku pada sloki―tatapannya kosong. Chanyeol pun menghela napas. Ia berusaha memaklumi semua hal yang dilakukan Sehun sekarang. “Nara adalah gadis yang kuat, kau hanya perlu percaya padanya,” lanjut Chanyeol.
“Aku terlalu sering menganggapnya sebagai gadis yang kuat dan memaksakan kehendakku padanya,” gumam Sehun. Ia menuangkan alkoholnya pada gelas itu, lalu memimunnya dalam sekali teguk. Ia meletakkan slokinya kasar. ”Untuk pertama kalinya aku takut pada sesuatu. Aku takut kehilangan dirinya. Aku takut membuatnya terluka lagi. Aku ingin melindunginya. Aku ingin membayar semuanya,” lanjutnya.
Chanyeol meraup wajah. Kondisi Sehun memang tampak buruk. Sahabat karibnya itu terkenal dapat menyembunyikan emosi, akan tetapi saat ini Sehun justru mengungkapkan semuanya pada Chanyeol. Itu berarti, Sehun sudah teramat lelah.
“Meskipun begitu, kau tidak dapat melenyapkan bayi itu begitu saja, Sehun. Bagaimana jika Nara mengetahui segalanya lalu membencimu?” tanya Chanyeol.
Sehun tertawa hambar. “Itu lebih baik daripada aku harus kehilangan dirinya. Aku tak ingin lagi kehilangan orang yang penting dalam hidupku,” balas Sehun.
“Kita bisa mencari pengobatan terbaik untuk adikku―”
“―Bayi itu tak memiliki arti apa pun, dia tidak nyata. Kau tahu, kondisi jantung Nara semakin lemah, apalagi jika dia harus melahirkan. Ini memang salahku karena enggan mengendalikan diri dan tidur dengannya,” sergah Sehun gusar.
Chanyeol memijat pelipis. “Jangan sampai Nara mendengar yang kau ucapkan saat ini, dia pasti akan sangat terluka, Oh Sehun,” Chanyeol memeringatkan. Ia menyilangkan tangan di depan dada. “Satu hal lagi, Liv sudah pergi dariku karena aku bertingkah seolah tak menginginkan bayi yang dikandungnya. Dia berubah, lebih memilih berpisah denganku―bersama putra kami, daripada berada di sampingku. Aku yakin Nara juga akan bersikap demikian. Paling tidak, berikan kesempatan bagi adikku untuk memilih,” tutup Chanyeol sebelum pergi meninggalkan bar itu.
-oOo-
Update ekspres hehehe besok bagian ketiga ya. Cerita ini hampir tamat. Bagi yang mau baca cerita lokal dengan visualisasi Sehun bisa menengok cerita baruku 'Oh My Husband' dan 'Perfectly Imperfect'
Untuk info lebih lanjut atau fangirling bareng bisa follow twitter dan Instagramku: twelveblossom.
Terima kasih sudah membaca, happy weekend❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sehun Fanfiction] Dear Husband - END
أدب الهواةJung Nara: Gadis berusia dua puluh dua tahun memiliki kelainan jantung bawaan yang hidup baik-baik saja setelah operasi. Dia seperti orang normal, kehidupan yang sederhana meskipun dari keluarga kaya. Nara tidak pernah jatuh cinta karena ia sudah ke...