Nara memutar gelas kaca yang berisi jus jeruk. Bibir gadis itu mengerucut. Ia kesal karena Sehun menyamakan dirinya seperti balita. Bagaimana tidak? Mereka sedang berada di klub malam tapi si pria tak mengijinkan Nara menyentuh alkohol sama sekali. Pakaian yang sudah disiapkan Nara pun tampaknya sia-sia sebab Sehun langsung memakaikan mantel pada tubuh istrinya yang terekspos. Hebatnya, Sehun melakukan semua itu dengan paras datar. Pria itu bahkan tak mengindahkan dengusan Nara yang terdengar beberapa kali.
Sehun sengaja menyewa ruang VIP di klub itu, letaknya di lantai dua. Area tersebut memiliki dinding kaca yang membuat pengunjungnya dapat melihat langsung platform dansa di lantai satu. Pria itu juga membeli beberapa hidangan untuk makan malam istrinya. Namun, itikad baiknya justru disambut tak ramah oleh Nara.
"Kita bahkan tak menari," keluh Nara tanpa menutupi kekesalannya. Ia melipat tangan di depan dada. Nara membolakan mata ke arah suaminya yang dengan santainya duduk di sofa sembari memakan sushi. "Asal kau tahu, Oh Sehun kita tidak sedang berada di restoran Jepang. Ini klub malam. Kau malah memakan sushi dengan santai," ucap Nara lagi.
Sehun bergumam menyetujui argumen Nara.
"Kita seharusnya menari."
"Kalau aku membiarkanmu menari pasti besok aku yang kesusahan karena harus mendengarkan keluhan mengenai pinggangmu yang linu," timpal Sehun.
"Uh, menyebalkan." Nara memutar bola matanya. "Padahal kau kan sudah janji mengajakku ke klub!" seru si gadis.
"Aku sudah memenuhi janjiku. Aku mengajakmu ke The A, tapi aku tak pernah mengatakan akan membiarkanmu minum alkohol atau menari." Sehun melejitkan bahu cuek. Ia mengambil sumpit Nara. Sehun meminta Nara membuka mulut agar ia dapat menyuapi istrinya.
"Seharusnya aku mengajak Liv atau Daniel," oceh Nara sambil mengunyah sushinya. Jujur saja Nara sangat lapar dia menelan makanannya dengan cepat lalu minta disuapi lagi.
"Daniel sedang sibuk dengan proyek barunya. Liv―jangan mengajaknya ke klub atau minum soju," jawab Sehun.
Nara menghela napas kecewa. "Well, dua sahabat baikku sibuk. Apalagi, Liv akan punya bayi pasti dia tidak bisa menemaniku kemana-mana lagi."
"Oh, apa Liv hamil?"
REPORT THIS AD
Nara menutup mulutnya. Ia kan tadi sudah berjanji untuk merahasiakan hal tersebut. "Astaga, kenapa aku mengatakannya padamu?"
Sehun tersenyum menyadari sifat Nara yang ceroboh.
"Jangan memberitahu Chanyeol mengenai kehamilan Liv, ya?" Nara bersuara lagi sebab Sehun menyeringai padanya.
"Memangnya kenapa? Bukankah ini kabar gembira?" Sehun menekuni paras Nara yang mengernyitkan alis, tampak berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Liv takut Chanyeol tidak menyukai bayinya. Chanyeol memang tak mudah akrab dengan anak kecil," Nara pada akhirnya menjawab. Ia cemberut. "Padahal bayi itu sangat lucu. Apalagi tangan mereka yang menggemaskan, lalu kakinya, dan wajahnya yang sangat kecil. Aku ingin mengasuh bayi suatu hari nanti."
Sehun menarik ujung bibir ketika mendengar Nara mendiskripsikan kelucuan bayi. Ia mengusap ujung bibir Nara yang kotor karena terkena saus sushi. "Padahal kau sendiri masih seperti balita, tapi malah ingin mengasuh bayi," kelakar Sehun.
"Ugh, maksudmu aku awet muda serupa bayi begitu?" Nara menarik napas. "Itu lebih bagus daripada awet tua seperti dirimu," ejek Nara ia menjulurkan lidah pada Sehun.
Sehun hanya memutar bola mata.
–
"Berisik sekali di sini," ujar Nara saat mereka mulai menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sehun Fanfiction] Dear Husband - END
FanfictionJung Nara: Gadis berusia dua puluh dua tahun memiliki kelainan jantung bawaan yang hidup baik-baik saja setelah operasi. Dia seperti orang normal, kehidupan yang sederhana meskipun dari keluarga kaya. Nara tidak pernah jatuh cinta karena ia sudah ke...