“Aku senang kau ada di sini,” celetuk Nara pada sang suami yang kini sedang berbaring di ranjang bersamanya.Sehun mengambil posisi terlentang. Pria itu akhirnya bersedia tidur bersama Nara dengan rayuan si gadis―alasannya Nara sering mimpi buruk sekarang.
“Cepat tidur Nara. Setelah menidurkanmu aku harus mengecek beberapa dokumen,” balas Sehun tak acuh sikap romantisnya tadi sore seolah lenyap ditelan bumi.
Nara cemberut ia mengubah posisi menjadi menghadap suaminya yang mengenakan piama lucu bergambar beruang―tentu saja pilihan sang gadis muda. “Ini kan jam sepuluh malam waktunya istirahat. Kau tidak boleh kerja berlebihan Sehun-uangmu sudah banyak,” omel Nara.
Sehun meraih pinggang istrinya agar mereka bisa lebih dekat. “Aku bekerja untuk memenuhi tanggung jawabku,” katanya. Ia merapikan poni Nara yang sudah tidak teratur.
“Kau harus bersenang-senang,” timpal Nara. Ia memainkan jari Sehun yang bebas. “Misalnya pergi ke klub,” sambung sang istri.
Sehun tertawa. “Aku sudah sering melakukannya.”
“Kapan?”
“Dulu waktu masih seusiamu,” jawab Sehun. Ia berpindah posisi―pasrah berada di bawah wanitanya saat Nara bergerak menidih. Sehun membiarkan gadis yang membalut tubuh dengan gaun tidur hitam itu memonopoli dirinya.
“Apa bersama kakakku?” tanya Nara.
“Hanya Chanyeol, Ahra tidak suka ke tempat seperti itu.”
Mata Nara berbinar. “Ayo ke klub. Aku belum pernah ke sana karena takut mabuk. Kau tahu betapa payahnya aku kan sewaktu hang over,” kelakar Nara.
“Jangan pernah berpikir untuk pergi ke sana sendirian,” ancam Sehun datar.
Nara mennyentuh lembut kerutan yang ada di kening suaminya yang kerap muncul saat pria itu marah.
“Tenang saja, Nara ini anak baik-baik kok. Nara bakal menuruti perkataan si suami―meskipun pria itu menyebalkan dan pemarah. Tapi, aku ingin pergi ke sana―temani aku ya?” rajuk si gadis.
“Tidak,” jawab Sehun singkat dan padat.
Nara memberengut gadis itu kembali terlentang―menjauhkan diri dari Sehun. “Dasar pelit,” ejek Nara.
Sehun hanya mendengus. Bukanya merayu istrinya yang sedang kesal Sehun malah membalik badan membelakangi Nara. Pria itu memejamkan mata untuk tidur karena menurutnya Nara sangat berisik.
Lima menit berlalu.
Sehun tetap enggan bergerak.
Nara jadi cemas.
“Sehun jangan marah,” kali ini Nara yang mengalah. Gadis itu memeluk pria itu dari belakang. “Kalau kau tak mau juga tidak apa-apa. Aku sudah biasa kok ditolak olehmu,” ucapnya sedih.
Sehun menghela napas. Ia menghadap Nara lagi, memberikan isyarat pada lawan bicaranya agar masuk ke dalam dekapannya. “Kau selalu mempermainkan pikiranku, Jung Nara. Membuat benakku sering berdebat karena adanya dua hal yang bertentangan,” keluh Sehun. “Baiklah, kita pergi besok setelah pulang kantor,” Sehun menyetujuinya bertepatan dengan Nara yang tertawa―suara kebahagian si gadis pun teredam karena Nara menyembunyikan parasnya di dada bidang suaminya.
–
“Kau akan pergi ke klub mana, Nara?” tanya Liv―kakak ipar Nara dengan nada sangat antusias sebab adik iparnya tersebut tak pernah menunjukkan ketertarikan pada hal menyenangkan―seperti dunia malam. Olivia Park berpendapat jika kemajuan Nara menjadi makhluk sosial yang pandai bergaul teramat pesat.
Nara tersenyum. “The A Club,” jawab Nara sembari memoles lagi riasan. Ia mematut diri sekali lagi di depan toilet kantornya sebelum Sehun menjemput. “Apa itu sesuatu yang menakjubkan sampai kau berseru?” Nara menanggapi pekikan heboh Liv.
“Tentu saja! Itu salah satu klub favoritku dan Chanyeol. Sudah hampir dua bulan aku tidak pernah ke sana. Bahkan aku tidak bolehminum alkohol akhir-akhir ini,” vokal si cantik Liv.
“Kalau begitu, ikut saja. Kita bersenang-senang―”
“―Tidak mau,” sela Liv. Ia mengusap perutnya yang datar sambil menjungkitkan ujung bibir penuh arti kepada Nara.
“Kenapa? Apa si tengik Chanyeol melarangmu? Aku yang akan meneleponnya―”
“―Jangan Nara,” giliran Liv yang memotong perkataan lawan mengobrolnya saat Nara sudah memegang ponsel bersiap menghubungi Chanyeol. “Bukan salah suamiku, tapi aku sendiri yang ingin menghindari alkohol karena …. Aku hamil,” ungkap Liv sontak membuat Nara berjingkrak-jingkrak.
“Astaga, benarkah? Aku akan punya keponakan!” seru Nara heboh. Gadis itu memeluk Liv erat. “Perutmu masih belum seberapa gendut, Liv.”
Liv tertawa. Ia membalas dekapan adik iparnya. “Terima kasih, tentu saja belum besar―usianya masih satu bulan. Aku belum memberitahu Chanyeol.”“Kenapa?”
“Aku takut Chanyeol tidak suka,” Liv menunduk senyumnya lenyap. “Kau tahu sendiri dia tak seberapa menyukai anak-anak.”
“Jangan konyol, aku yakin Chanyeol akan sangat senang karena ini anaknya―terlebih lagi kau menjadi ibu dari bayinya. Dia sangat mencintaimu,” jelas Nara. Ia menepuk beberapa kali punggung kakak iparnya. “Setahuku seorang Liv bukanlah wanita yang penakut,” lanjutnya yang lantas membuat Liv tersenyum simpul.
“Terima kasih, Nara. Kau selalu mendukungku,” kata Liv. Ia menyentuh perut Nara. “Katanya orang mengandung itu menular. Aku berdoa, semoga kau juga merasakan kebahagian yang sama sepertiku. Pasti lucu melihat bayi yang wajahnya mirip Sehun dan dirimu,” lanjut Liv.
Nara menggigit bibir. Ia hanya mengangguk. Gadis itu memaklumi perkataan Liv tersebut sebab kakak iparnya tidak mengetahui keadaan Nara sebenarnya. “Ya, tentu saja. Aku juga wanita yang ingin memiliki bayi dari laki-laki yang kucintai,” balas Nara.
-oOo-
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sehun Fanfiction] Dear Husband - END
FanfictionJung Nara: Gadis berusia dua puluh dua tahun memiliki kelainan jantung bawaan yang hidup baik-baik saja setelah operasi. Dia seperti orang normal, kehidupan yang sederhana meskipun dari keluarga kaya. Nara tidak pernah jatuh cinta karena ia sudah ke...