Trouble 1: Kepercayaan Diri Madoka

484 5 0
                                    

Izumi masih libur semester, tidur malam – bangun pagi adalah kebiasaan bagi anak kuliahan ketika libur semester yang panjang. Izumi sedikit tertular dengan penyakit tersebut, tapi Izumi tidak pernah melewatkan shalat subuh, walaupun dia tidur lagi setelahnya.

Pukul lima pagi, di pagi tidur yang nyenyak setelah menonton sepak bola dan team yang didukung Izumi menang.

“KAKAAAAKKK!!! KAKAAAAAKK!!! BANGUUUUN!!!!” si kembar mengetuk-ngetuk pintu dengan kencang, cepat, dan keras.

“Astaghfirullah!” Izumi kaget mendengar ketukan pintu yang keras dan kencang. Izumi baru tidur selama tiga jam. Ingin tidur kembali pun dia tidak bisa karena jika si kembar tidak dilayani, mereka akan terus melakukannya. Akhirnya Izumi bangun dan turun dari kasurnya, membukakan pintu untuk si kembar. Setelah pintu terbuka.

“TEMBAAAAAKKK!!!”

Semua adik-adiknya memegang pistol air dan menembaki Izumi dengan pistol airnya. Izumi hanya bisa diam dan menerima semuanya. Adik-adiknya menembaki Izumi sampai air dalam pistolnya habis. Izumi basah kuyup sesudahnya. “Bisa masuk angin nih kakak!”

Semua adiknya hanya bisa tertawa melihat Izumi yang basah kuyup ditembaki pistol air.

“Mandi sana, kak! Shalat subuh! Semuanya udah, tinggal kakak.”

Keluarga Izumi sudah terbiasa bangun diantara pukul empat sampai lima pagi untuk shalat subuh. Izumi pun mandi dan sholat subuh. Mei membuatkan sarapan nasi goreng. Mereka semua berkumpul di ruang makan.

“Hari ini kalian sekolah, ya?” tanya Izumi kepada adik-adiknya.

“IYAAA!! SEKOLAH BARU!!”

“YEEEY!”

“Terus, berangkat ke sananya, gimana?”

“DIANTER KAKAK!!!”

“YEEEY!”

“He?” 

Izumi terdiam mendengar ketika Aira mengatakan ‘diantar kakak’. Izumi hanya memiliki satu motor matic. Dia tidak mungkin mengantarkan adik-adiknya sekaligus maupun satu persatu karena tidak cukup waktu untuk mengantar, serta bensin.

“Naik ojek aja, ya?”

“GA MAU!”

“IYA! GA MAU!”

“Haduuuuuuhhh…” Izumi memegang dahinya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Akhirnya, setelah selesai sarapan, waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, dia menelepon teman-temannya untuk membantu. Tiga dari sepuluh teman yang ditelepon oleh Izumi memberikan sinyal positif, sisanya tidak menjawab.

Pukul 6:15 pagi, teman-temannya bergerombol datang membawa motor. Semua adik-adiknya sudah dalam keadaan siap, sepatu sudah dipakai, seragam sudah rapi, tas sudah dipakai, tinggal berangkat.

“Kalian ga ospek, kan?”

“Kita kan murid pindahan, semprul! Ya, gak ospek lah!” sambar Yumi.

“Oooohhh… iya ya… lupa…”

Ketiga teman Izumi menghampiri Izumi yang sudah berada di teras rumahnya. Ketiga teman Izumi tersebut adalah Budi, Isnen, dan Yoseph. Mereka bertiga sama satu universitas dengan Izumi, hanya saja beda jurusan dan fakultas.

“Zum! Bantuin apa nih?” sapa sekaligus tanya Yoseph kepada Izumi.

“Bantu anter adik-adik gue!” jawab Izumi. “Baiklah adik-adikku yang ku sayang… kalian ga mau naik ojek, kan?”, adik-adiknya mengangguk bersamaan. “Jadi, kalian diantar sama teman-teman kakak… mereka baik-baik kok…” adik-adik Izumi menatap wajah teman-teman Izumi secara bersamaan pula. “Aira-Airi… kamu sama kakak Isnen ya… itu yang berkumis… Yumi… kamu sama kak Budi, itu yang pakai motor Revo biru, yang rambutnya kriwil. Dan kamu Mei, kamu sama kak Yoseph, yang tadi manggil… kakak bakal antar Madoka… ada yang complain?” adik-adiknya menggelengkan kepala secara bersamaan. Izumi ingin mengantar Madoka karena dia tahu, Madoka sangat malu jika bertemu dengan orang asing, dia tidak akan mungkin mau menaiki motor teman-temannya. “Oke semuanya! LET’S GOO!!!”

Brother's Troubles (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang