Volume 2, Trouble 17: Dua Tahun yang Lalu (Part 2)

182 4 1
                                    

Izumi memutuskan untuk mengunjungi kamar kost Dian. Kamar kost Dian terlihat sepi, dengan pintu tertutup dan gorden yang menghalangi jendela. Izumi pun tidak melihat sepatu Dian, pertanda Dian sedang tidak berada di kamar kostnya. Izumi khawatir.

Dia teringat, ada sekitar lima orang yang Dian kenal. Mereka adalah Zulkarnain, Valkyria, Mika, Reina, dan Nifa. Tetapi, Izumi bingung untuk menghubungi mereka karena Izumi sama sekali tidak memiliki kontak dari kelima orang tersebut. Izumi mencoba mengirim pesan kepada Mirna, gadis yang sedang dekat dengannya.

Mirna memberikan sinyal positif dengan memberikan nomor telepon Zulkarnain. Setelah mendapatkan kontak Zulkarnain, Izumi mengirim pesan kepada Zulkarnain tentang keberadaan Dian.

Di rumahnya, Izumi menunggu pesan dari Zulkarnain seperti menunggu pesan datang dari sang kekasih. Beginilah sikap Izumi jika dia merasa bersalah kepada seseorang. Tak lama, ada pesan masuk ke handphone Izumi. Pada awalnya dia merasa senang dengan mendengar nada dering HPnya, namun setelah Izumi melihat layar, ternyata pesan dari operator.

"KAMPRET! ngagetin aja!"

Izumi hendak membantingkan handphonenya ke lantai, namun tidak jadi karena dia masih sayang dengan handphone semata wayangnya. Beberapa detik kemudian, barulah datang pesan dari Zulkarnain.

Ketika Izumi membaca pesan, pesan tersebut bersinyal negatif karena Zulkarnain tidak mengetahui keberadaan Dian sama sekali, dan parahnya, di dalam pesan dari Zulkarnain, Dian tidak menghubunginya sehari terakhir. Izumi menjadi tambah khawatir.

"Argh! Berpikir! Berpikir! Berpikir!"

Izumi berpikir sekeras mungkin seperti Jimmy Neutron hingga kerutan di dahinya terlihat. Dia berpikir tempat yang sering mereka datangi ketika hubungan mereka belum renggang. Akhirnya Izumi mendapatkan tempat yang sering mereka datangi, ibarat seperti lampu pijar muncul di atas kepala Izumi.

"Aha! Cendol mang Tirmidzi! Mumpung belom magrib, gue coba ke sana! Takut aja ada di sana!"

Izumi langsung mengambil kunci motor dan helm dan langsung tancap gas menuju lapak mang Tirmidzi yang terletak tidak jauh dari pintu masuk kampus. Rasa ketidak pastian Izumi menyebabkan Izumi mengendarai motornya ugal-ugalan. Saking cepat dan ugal-ugalannya, Izumi hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di tempat mang Tirmidzi.

Izumi sering ke tempat ini bersama Dian sesudah kuliah. Mereka berdua mengobrol dan bercanda di lapak ini, sampai-sampai si penjual kenal dan hafal dengan Izumi dan Dian. Kebetulan Izumi tidak telat karena mang Tirmidzi baru saja membereskan kursi-kursi dan mejanya, pertanda dagangan sudah habis. Padahal masih ada sekitar setengah jam sebelum biasanya mang Tirmidzi menyudahi jualannya.

"MAAAAANNNGGG!!"

Teriak Izumi dari seberang jalan. Mang Tirmidzi menengok dan melambai-lambai ke Izumi. Izumi kesulitan menyeberang karena jalanan ramai, Izumi tidak punya waktu untuk mencari jalan putar balik, alhasil Izumi mematikan motornya dan turun di tempat dan menyeberang dengan berani.

"Abis, dek... Alhamdulillah abis cepet..."

"Bagus deh..."

"Kok bagus? Ga mau beli emangnya?"

"Ga nih, mang... lagi nyari Dian... liat ga?"

"Neng Dian, eh, dek Dian ga kesini tuh... mamang ga liat... yang tadi kesini mah si Budi..."

"Waduh... kemana ya? Ya udah deh mang... makasih..."

"Kenapa emangnya? Neng, eh, dek Dian kenapa?"

Mang Tirmidzi jadi ikut-ikutan waswas dan cemas setelah melihat Izumi yang juga cemas.

"Biasa mang, masalah anak kuliahan... ya udah atuh... pergi dulu..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brother's Troubles (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang