20

18K 2.7K 833
                                    

Sebelum kalian baca part ini, boleh aku minta komentar positif? Barangkali kalian mau kasih semangat buat aku.
Yang nggak pernah komen juga, boleh nggak kalian luangin beberapa detik waktu kalian untuk komen '💜' buat aku?

Aku berada di apartemen Jungkook sore ini karena setengah jam yang lalu pria itu mengeluh tentang kepalanya yang sakit.

Sudah kutebak bahwa kemarin—saat dia kembali mengawasiku di kelab—dia minum terlalu banyak.

“Besok lagi minum sebotol-botolnya kalau perlu.” Aku berdiri di samping sofa ruang santai dengan kedua tangan melipat di depan dada, sedang Jungkook tengah merebahkan diri di atas sofa sembari memijat pangkal hidungnya.

Padahal aku sudah memperingatinya kemarin untuk tidak memesan minuman beralkohol tinggi, tapi memang orangnya saja yang keras kepala.

“Dengar aku, tidak?!” Karena netraku terganggu oleh dua kancing kemejanya yang sengaja dibuka, aku lantas menghampiri Jungkook dan duduk di bibir sofa untuk mengaitkan kancing-kancing tersebut.

Jungkook kemudian menyingkirkan tangan kiri dari hidungnya. “Kau berisik sekali. Kuperkosa baru tahu rasa!” jawabnya.

Aku sontak memicingkan mata dan memukul lengannya. “Sekali lagi kau bicara mesum ... aku akan keluar dari apartemenmu!”

“Sebelum kau keluar dari apartemen, aku sudah lebih dulu memperkosamu sampai pagi.”

“Jungkook!”

“Sayang!” katanya meniru nada teriakanku.

“SAYANG PANTATMU!”

Kuembuskan napas jengkel, lalu meninggalkannya sendirian di ruang santai—sedangkan aku fokus membuat sup untuk Jungkook.

Saat tubuhku berhasil memasuki dapur sepenuhnya, detik berikutnya kedua telapak tanganku refleks memegangi dadaku yang mendadak bergemuruh.

Jeon Jungkook keparat! Bisa-bisanya dia membuatku seperti ini.

....

“Makan yang banyak, Jung!” Tingkat kesabaranku sudah berada di puncaknya dengan Jungkook yang sejak tadi mengunyah daging dan sayur secara malas.

Bukan begitu. Masih baik jika dia memakan sendiri supnya. Tapi yang ada malah dia menjelma menjadi bayi besar yang tak bisa apa-apa selain berkata mesum.

“Aku mau susu pisang,” katanya mendadak membuatku meletakkan mangkuk berisi sup ke atas meja ruang santai dengan kasar.

Beranjak sejenak dari sofa untuk mengambil dua kotak susu pisang, aku lekas mengusap wajah lelah karena sudah seperti merawat anak sendiri.

Aku meletakkan susu pisang di atas pahanya, lalu kembali meraih mangkuk dan fokus menyuapi Jungkook.

“Kalau begini aku jadi ingin cepat-cepat menikahimu, Hwang.”

Kuputar bola mata sedikit dongkol setelah mendengar bualannya. “Yang ada aku ingin cepat-cepat mencekik lehermu,” jawabku ketus sembari menyodorkan satu sendok sup ke dalam mulutnya.

Manikku mengarah pada layar televisi yang tengah menunjukkan serial drama—sebenarnya aku tidak pernah melihatnya, tapi tetap saja aku kuarahkan atensiku pada acara tersebut untuk meredakan rasa gugup yang tiba-tiba menyerang.

Iya, aku tahu. Sepertinya aku sudah kembali jatuh ke dalam pesona Jungkook lagi setelah sekian lama.

Kuakui, aku wanita yang sangat amat payah dalam hal percintaan.

Lalu ... mau kukemanakan Donghan-ku yang tampan? Tidak, tidak. Hwang, bersungguh-sungguhlah sedikit. Kau terlalu banyak mengkhayal!

Jika dilihat dan dihitung-hitung, nampaknya perlakuan Jungkook padaku bukanlah bersifat main-main.

Jerk Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang