Bonus Satu

22.1K 1.9K 580
                                    

Well, hello. Sudah lama tidak menyapa sayang-sayangku di sini. *Sok manis banget buset

Oke, karena aku nggak mau mengulur waktu. Mari baca sama-sama. (Jangan lupa cium aku setelah baca, oke nggak?)

Tau hal apa yang sangat amat menyakitkan bagiku setelah menunggu dengan sabar selama satu bulan untuk merawat Jungkook yang menjalani masa komanya?

Amnesia.

Dokter mengatakan hal itu usai menangani Jungkook yang telah sadar usai aku membisikkan satu kalimat pada Jungkook bahwa aku tengah hamil.

"Pasien mengalami amnesia ringan. Saat ini, ia hanya bisa mengingat apa yang menurutnya penting dan melupakan informasi dan data diri seseorang yang menurutnya tidak penting di masa lalu."

Aku hanya berharap ia tak melupakan kami semua.

Kami melangkah masuk, diikuti Taehyung dan sang dokter yang berjalan di belakangku. Ya, Taehyung datang tengah malam ke rumah sakit entah untuk apa.

Saat kulihat tatapan kosong dari Jungkook, segera kutelan saliva susah payah sambil meremas lengan Donghan.

"Hai, Bos." Donghan menyapa lebih dulu.

Pun aku hanya dapat tersenyum ke arah Jungkook yang kini menatapku datar. Hanya sebentar, kemudian dia pindah menatap Taehyung di sampingku.

"Donghan ...? Ada apa denganku?"

Aku menggigit bibir. Jantungku berdegup kencang saking senangnya sebab Jungkook bisa mengenali Donghan. Itu artinya, dia juga mengenaliku, bukan?

Donghan mengusap tengkuk, lantas menatapku yang hanya terdiam. "Bos tidak mengingat sesuatu?"

Jungkook menggeleng, membuat jantungku berdegup kian kencang dan nyeri.

Aku beralih menatap dokter pria yang berdiri di belakangku dan Donghan. "A-apa ingatannya bisa kembali secepatnya?" tanyaku penasaran.

Dokter itu melepas kacamatanya. "Jangan terlalu memaksanya untuk mengingat. Pasien butuh waktu untuk mengumpulkan memorinya sendiri," Taehyung yang sejak tadi diam, kini merangkul bahuku, "dan, ya ... tidak begitu cepat. Tapi saya yakin pasien bisa menemukan sebagian memorinya yang hilang dalam waktu dekat."

Dokter dan para suster berhambur keluar usai aku mengangguk paham.

Sontak kuberanikan diri untuk mendekat pada Jungkook yang masih menatap kosong.

"Jungkook ..." Pria itu menoleh ke arahku. "Kau baik-baik saja?" tanyaku lembut.

Pantatku nyaris terduduk di bibir ranjang jika saja suara seraknya tak menggema di penjuru ruangan. "Kau siapa?"

Aku terkejut, terluka, dan kecewa. Pun aku dapat menangkap Donghan dan Taehyung yang sama terkejutnya denganku. "Bos tidak mengenalnya?" Donghan menghampiri Jungkook. Tatapannya terlihat khawatir.

Jungkook langsung menggeleng dengan pandangannya yang sayu. "Aku—apakah aku mengenalnya?" Jari telunjuknya mengarah pada Taehyung yang sejak tadi hanya diam.

"Dia Taehyung, adikku." Aku menjawab sambil menatapnya pahit.

Kepala Jungkook mengangguk lambat. "Bisa tolong panggilkan Jihye dan anakku, Donghan-ah?"

Air mataku menetes lagi, namun buru-buru aku hapus saat Donghan dan Taehyung melirikku.

Donghan dengan kikuk mengangguk. "Y-ya, bisa," jawabnya. Sopir Jungkook itu menarik pergelangan tanganku. "Sekarang, Bos?"

Jerk Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang