24

17.4K 2.1K 246
                                    

Bagaimana cara menjelaskannya? Apakah aku masih terlihat seperti gadis-gadis remaja pada umumnya yang merona karena diajak berkencan di wahana hiburan?

“Ayo, naik itu.” Aku menunjuk bianglala yang tengah berputar dan menjulang tinggi.

Kami sudah lebih dari satu jam berada di sini, menikmati beberapa permainan yang kebanyakan dinaiki oleh Jungkook sebab aku yang memaksanya.

Manis sekali. Meskipun dia sempat beberapa kali menolak karena takut, tapi pada akhirnya dia menurutiku juga dengan bibir yang ditekuk kesal.

Tangannya pun tak henti melepaskanku—menggenggam dengan erat seolah membuktikan bahwa aku adalah miliknya.

Jungkook menggeleng untuk menolak permintaanku. “Panggil aku Koo seperti malam kemarin, baru aku mau menurutimu.”

Aku mengerucutkan bibir, lalu mencubit lengannya. “Berhenti menggodaku!” kataku sebal.

Sejak Jungkook berada di flat, dia terus menggoda dan memaksaku untuk memanggilnya Koo seperti saat aku melerai pertengkarannya dengan Namjoon kemarin.

“Kalau begitu ... panggil aku Sayang, begitu,” katanya lagi sembari menusuk pipiku dengan jari telunjuknya. “Cepatlah, Sayangku ....”

Sialan. Kenapa hanya dengan rayuan dan tingkah konyolnya saja pipiku sudah kembali memanas serta jantung yang berdetak tak karuan begini.

“Ya sudah kalau tidak mau! Aku naik sendiri!” kataku dongkol, kemudian menepis tangan Jungkook di pipiku dan memisahkan tautan jemari kami.

Ketika aku sudah mengambil antrean wahana, Jungkook mendadak merangkul pinggangku. Dan yang membuatku terkejut adalah ... Jungkook mengecup pipiku di saat orang-orang sekitar tengah mengarahkan pandangan ke arah kami.

Sungguh, aku malu sekali.

Ini pengalaman pertamaku berkencan, juga pengalaman pertamaku menjalin hubungan—yang sayangnya Jungkook selalu berhasil membuat gila kerja jantungku.

Tersenyum kikuk, aku kemudian menyiku perutnya. “Berhenti bertingkah konyol, Jungkook! Ini tempat umum,” bisikku.

Jungkook malah tertawa ringan. “Aku ingin menunjukkan pada semua pengunjung wahana, langit, serta tanah bahwa kau itu milikku. Milik Jeon Jungkook,” katanya menjawab.

Kugigit bibir bawahku karena malu. Oh, kupikir Jungkook sangat berlebihan sekali.

“Sayang, aku mendadak pusing. Kita makan dulu saja, ya?” Aku menoleh karena suara rengekannya yang menyapa runguku.

Rahangku merosot, tapi segera membuang napas dalam dan mengangguk untuk menurutinya.

....

Kami akhirnya memilih satu rumah makan yang berada di dalam wahana hiburan.

Jungkook memesan satu porsi besar gimbap, sedangkan aku memesan nasi goreng kimchi.

“Sudah kubilang padamu untuk sarapan! Kenapa tidak mendengarku?!” kataku sambil memperhatikannya yang tengah memasukkan makanan ke dalam mulut.

“Besok lagi kalau kau tidak mau mengisi perut sebelum keluar rumah, aku akan memotong mulutmu!”

Jungkook lantas menatapku dan tersenyum geli, sebelum menyuapkan satu gulung gimbap ke dalam mulutku. “Iya, Darling ... besok aku akan sarapan dari rumah sebelum berangkat ke kantor. Tapi ...,”

Aku mengunyah makanan sembari menunggunya berbicara. Tapi, aku mendadak curiga manakala dia menghapus jarak dan menempatkan bibirnya tepat di depan telingaku.

Jerk Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang