Omong-omong, terima kasih 1k vote dan 1k komentarnya. Love youuuuu
Dan selamat menikmati, Jungra's ><
Aku memegangi dada yang rasanya sungguh menyesakkan. Saat pintu elevator terbuka, bersama dengan tungkai Donghan yang berlari menuju ke arahku yang masih menangis di dalam kotak turun naik, aku lekas menyambar tubuhnya untuk kudekap begitu erat.
"Yoora ... tenanglah," bisiknya sembari menepuk punggungku begitu lembut. Satu tangannya kuduga tengah sibuk menekan tombol elevator sampai kami berada kembali di basemen.
Donghan memisahkan pelukan kami dan menyeka air mataku. Kemudian ia menggiringku ke luar elevator dan masuk ke dalam mobil miliknya.
"Jangan menangis lagi." Aku menyandarkan punggung pada kursi mobil, lalu memukuli dadaku hingga nyaris terbatuk. "A-apa yang terjadi? Ada sesuatu?"
Kujilat bibirku sebelum menatapnya sendu. "Donghan-ah ... aku tahu kau sudah mengerti semuanya," ujarku berakhir dengan senyum miris.
Aku diam untuk menetralkan rasa sakitku. Pun Donghan sama-sama diam tanpa berniat menjawab atau menjelaskan soal apa yang ia rahasiakan untuk menutupi kebusukan Jungkook.
Kedua kalinya nama Jeon Jungkook mematahkan kepercayaan dan rasa cintaku yang sudah aku bangun susah payah. Dia masih tetap menjadi pria brengsek seperti dulu.
Asal kalian tahu. Dulu saat Jungkook memberi harapan palsu padaku dengan sering menjemputku sekolah, dia suka sekali bercerita tentang gadis yang ia sukai—bahkan selalu menunjukkan fotonya di galeri ponsel.
Park Jihye. Gadis lugu, cantik, dan baik itu adalah perempuan pertama yang berhasil merebut hati Jungkook—bahkan sebelum kami bertemu.
Jungkook bahkan menolakku di kafe karena Park Jihye. Akan tetapi, kupikir kisah cintanya tak berakhir dengan mulus sebab Jungkook menjadikanku sebagai kekasih dan apik menyembunyikan kehidupannya yang sebenarnya.
Aku memang bodoh. Sejak dulu, kuakui hanya dengan Jungkook aku tidak bisa menjadi Yoora yang tegar.
Suara deru napasku dan Donghan bercampur menjadi satu lantaran sejak tadi pria di samping kiriku belum juga mengendari mobilnya.
Ketika aku hendak menegur, Donghan tiba-tiba bersuara. "Maaf," katanya. Kedua tangan kekarnya saling meremas kemudi, sedang kepalanya menoleh ke arahku. "Maaf karena tidak mengatakan yang sebenarnya padamu. Aku ... aku ...."
"Dilarang oleh Jungkook?" Aku menyela halus. Sedikit demi sedikit hatiku berubah tenang—meskipun memori tentang kejadian beberapa menit yang lalu agaknya enggan berhenti berputar di kepalaku.
Donghan berdeham lirih. "Bos tidak pernah melarangku, Yoora," jawabnya setelah sekian lama membisu.
Satu alisku mengedik tak mengerti. "Maksudmu? Kau sedang tidak menutup-nutupi, 'kan?"
Dia menggeleng. "Kalau aku bilang bos tidak mencintai Park Jihye ... apa kau percaya padaku?" tanyanya membuatku berdecih.
Tidak mencintai, Donghan bilang? Lantas apa yang mereka lakukan di apartemen setelah aku melihat beberapa hickey dan penampilan berantakan wanita Park itu? Apakah Park Jihye tidak pandai merias diri lalu menjatuhkan lipstiknya hingga mengenai leher dan tulang selangka?
Pemikiran macam apa itu? Sinting!
Aku tahu Jungkook dan Jihye pasti saling mencintai. Kalau tidak ... tidak mungkin mereka menikah dan melakukan hubungan intim di tengah malam. Apakah Jungkook meminta hadiah ulang tahunnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerk Boss ✓
Fanfiction[COMPLETED] -Versi E-book bisa dibeli kapan saja- Hwang Yoora harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan sang adik di tengah kericuhan Kota Seoul setelah kepergian kedua orang tuanya. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, sampai Tuhan kembali...