42

15.7K 2K 753
                                    

Usai mengobati luka Jungkook, kami melakukannya lagi. Di atas ranjang apartemen Jungkook dengan wajah pria itu yang babak belur.

Air mataku menetes tiap kali Jungkook menghentak dalam. Bukan karena sakit, tapi karena merasa bersalah sebab Taehyung lagi-lagi memukulnya setelah pertemuan mereka seminggu yang lalu tanpa sepengetahuanku.

Posisi Jungkook sekarang memeluk tubuhku dengan kepala yang ia tenggelamkan di ceruk leher.

Aku terus mendesah, diiringi isak tangis dan kata maaf berulang kali.

Sudah aku tebak. Taehyung akan memukulinya lagi jika keduanya bertemu. Beruntung karena aku mengikuti mereka dan datang saat Taehyung belum membuat Jungkook sekarat.

“Maafkan aku,” kataku. Aku tidak menyangka Taehyung akan sebrutal itu. Pengunjung kafe bahkan memekik kaget dan tak berhasil menjauhkan bogeman Taehyung dari wajah dan perut Jungkook.

“Tidak perlu bertemu dengan Taehyung lagi. Aku tidak mau kau seperti ini.”

Sekali menjalin hubungan, kenapa malah serumit ini? Hubunganku seperti dikendalikan oleh Taehyung secara perlahan.

Aku bimbang. Dari dulu kebahagiaan Taehyung selalu yang kuutamakan. Lantas sekarang haruskah aku kembali merelakan kebahagiaanku demi Taehyung?

Tidak ada solusi lain. Hanya Taehyung yang bisa membuat keputusan. Tentu saja, aku tidak ingin bersikap egois hanya karena sebuah hubungan. Terlebih, aku cuma punya Taehyung.

“Aku yang seharusnya berucap maaf, Sayang. Kalau saja Jihye tidak datang, Taehyung pasti akan mudah untuk dibujuk.”

Setelah tiga dorongan cukup dalam, aku merasakan perutku menghangat bersama cairan Jungkook yang menyembur di sana.

Ia melepaskan tautan pada inti tubuh kami, lalu berguling di sampingku dan menarikku untuk tidur di pelukannya.

Sejenak, aku merenung sebab mendengar hembusan napas Jungkook yang terdengar kasar.

Telapak tanganku bergerak mengusap dadanya. Kemudian kuberanikan kepala untuk mendongak. “Koo ... haruskah kita menikah secara diam-diam?”

Jungkook langsung menatap tajam. “Apa yang kau pikirkan?! Tidak. Jangan mengambil tindakan bodoh. Sekalipun Taehyung tidak merestui kita, aku tidak akan pernah mempersuntingmu tanpa persetujuan adikmu.”

Aku menunduk. Lalu harus dengan cara apa? Taehyung itu bukan orang yang mudah dirayu.

“Sayang ... aku akan tetap mempertahankanmu. Aku akan mencari cara untuk membuat Taehyung berubah pikiran. Tenanglah. Pikirkan saja dirimu. Masalah pernikahan, biar aku yang cari jalan keluar.”

Jungkook menarik selimut sampai menutupi tubuh telanjang kami. “Tidurlah, Sayang. Kita ada acara makan malam di rumah ayahku nanti,” katanya.

Jungkook mungkin bisa terlelap, namun tidak denganku. Mataku masih tetap terjaga sambil menikmati wajah tidurnya yang kini menjadi favoritku.

Tanganku mengusap lembut pipinya, lalu turun ke bibir; tempat di mana benda itu selalu mempermainkanku.

Rasanya lucu jika harus mengingat masa-masa Jungkook yang menyebalkan dan berubah menjadi Jungkook yang manis. Meskipun begitu, terkadang ia masih menyebalkan jika otak cabulnya keluar.

Sialnya, sekarang aku sudah benar-benar jatuh padanya. Aku ingin semua yang ada pada Jungkook menjadi milikku saja. Namun sayangnya, Taehyung menjadi kendala satu-satunya hubungan kami.

Andai saja Taehyung tahu sehangat apa perlakuan Jungkook kepadaku. Bukan semata-mata mendapatkan status dan keuntungan, tapi Jungkook sungguh-sungguh membuatku seperti wanita paling beruntung.

Jerk Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang