31

15.1K 1.9K 225
                                    

Hari ini Jungkook banyak mengurungku di dalam ruangannya. Ia bahkan menyuruh Asisten Choi untuk menyiapkan susu di meja kerja serta beberapa bahan rapat siang ini.

Jungkook juga mengatakan secara terang-terangan bahwa dia tengah berusaha menghindarkanku pada Donghan agar tidak ada aksi perselingkuhan.

Sialan. Perselingkuhan, katanya?! Yang ada Jungkook dengan mata keranjangnya.

“Malam ini aku tidur di flatmu, ya?” Jungkook bersuara saat aku tengah menatap layar komputer.

Meninggalkan sejenak pekerjaanku, aku kemudian menatapnya dengan satu alis mengedik. “Untuk apa? Kau punya apartemen sebesar itu, kenapa harus menginap di flat kecilku?”

Jungkook mendengus. “Berjaga-jaga. Siapa tahu kau diam-diam menghubungi Donghan,” jawabnya memberi tatapan kesal.

Rahangku merosot. “Sinting! Buanglah sifat cemburumu itu, Koo. Aku bahkan tidak punya nomor ponselnya—tapi kalau kau mengizinkanku untuk minta nomornya langsung ... tentu saja aku mau.”

Maniknya membola sempurna. “Woah, kau betul-betul wanita nakal, rupanya. Kemari, biar kupukul pantat—”

“Selamat pagi, Pak Jungkook.” Jungkook berdeham saat Asisten Choi memasuki ruangan dengan air muka sedikit tidak enak. “Ada tamu yang mencari,” lanjutnya setelah membungkuk hormat.

Jungkook membuang napas kesal. “Choi Ara ... sudah kukatakan untuk mengetuk pintu sebelum masuk. Ya ampun,” oceh Jungkook jengkel.

Aku hanya terdiam dengan mata fokus pada layar komputer. Aku malu dan sangat yakin bahwa Asisten Choi telah mendengar ucapan mesum Jungkook yang ditujukan padaku.

“Jangan mentang-mentang kau adik sepupu—ah, lupakan saja. Siapa yang datang?”

Kulihat melalui ekor mata bahwa Asisten Choi meringis malu sambil menggaruk tengkuknya. Ah, tidak sopan juga, sih, karena dia tidak mengetuk pintu lebih dulu. Apa lagi ini adalah ruangan Jungkook.

“Kang Umji, Pak.” Aku mendelik, refleks menatap Asisten Choi dan berdiri.

“Suruh dia masuk saja,” kataku lalu melirik Jungkook yang mengulum bibir; enggan berbicara.

Asisten Choi mengangguk, lalu membungkuk dan keluar dari ruangan. Dua detik setelah pintu ditutup, aku langsung menatap sengit Jungkook. Kedua lenganku sengaja terlipat di depan dada.

“Oh, begitu, ya? Sekarang kalau kencan di dalam kantor?” sindirku membuat Jungkook menghela napas dalam.

“Yang menyuruhnya masuk ke ruanganku kan kau, bukan aku. Astaga ... salahkan saja aku terus-menerus, Yoo. Lagian sudah kukatakan aku tidak suka, berarti memang tidak suka.”

Kemudian pintu ruangan kembali terbuka setelah diketuk sebanyak tiga kali. Asisten Choi datang dengan Kang Umji dan baju ketatnya.

Well, rasanya aku ingin sekali melayangkan bogeman ke wajahnya saat ini juga. Kenapa dia bisa memberi air muka menggoda pada Jungkook sehebat itu.

Asisten Choi berdeham. “Kalau begitu ... saya permisi, Pak, Bu.” Setelah membungkuk, ia menghilang dan meninggalkan kami bertiga.

Aku menatap wanita yang berdiri di depan meja Jungkook seolah bertanya ‘ada apa?’. Kemudian wanita itu ikut melipat lengan di depan dada sambil menatapku datar.

“Bukankah sangat tidak sopan jika ada tamu perusahaan yang datang, tapi tetap tidak menyingkir juga?” katanya menyindirku.

Membenarkan kerah kemeja dan menegakkan punggung, aku lantas menyilangkan kaki. “Maaf, tugas saya sebagai asisten pribadi yang harus selalu berada di samping Pak Jungkook. Bukan begitu, Pak Jungkook?” jelasku tegas.

Jerk Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang