Second Wave

38 10 1
                                    

Mana nih yang udah nungguin nih cerita update ( gk ada ya? Ok makasih :D )

Yang penting jangan lupa selalu ngasih vote dan komen yang membangun, karena selain untuk menghargai si author, juga bisa buat nambah semangat dan juga motivasi untuk selalu nulis (:


So, happy reading and enjoy ....

==========================


' ... Dilaporkan bahwa saat ini, tengah terjadi musibah badai besar yang mengamuk di laut Ariana, tepatnya di wilayah timur kepulauan Airial. Badai ini terjadi selang beberapa masa dari tsunami yang baru saja melanda pulau Wastra. Badai yang berkecepatan 200Mph ini, menurut para ahli sedang mengarah ke ibukota, yakni di pulau Tirta ...'

"Hah ...? Grox, turn on TV and get out from here, now!"

Seketika, televisi yang bergambar sebuah angin tornado beserta gelombang dahsyat yang direkam dari kejauhan, berganti dengan layar hitam nan senyap.

'Rwaka ... someone is cowming.'

'Who?'

Belum sempat Grox menjawab, aku dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang sangat keras dari arah luar.

'Open the door, Grox.'

Pintu logam kamarku pun terbuka, lalu masuklah dua orang lelaki bertubuh besar dan menyeramkan, yang tidak lain adalah pasangan ayah dan anak, Jendral Franco dan juga temanku Toni.

"Hey Raka, ada badai besar yang datang ke arah ...." Aku menyela ucapan Toni.

"Aku tahu, dan bisakah kita pergi sekarang?" tanyaku.

"Ikuti saya pangeran," ucap Jendral Franco sambil berjalan di depanku, sementara aku mengikutinya sambil menggendong pet-bot kesayanganku ini.

Kami bergegas menuju titik terbawah di istana dengan menggunakan lift.

Aku dapat melihat para prajurit maupun pelayan istana tengah pontang-panting untuk menyelamatkan diri, maupun melindungi para petinggi kerajaan.

Suara sirine tanda bahaya, menggema di seluruh kerajaan dengan sangat kencang, hingga mampu didengar oleh orang tuli sekalipun. Samar-samar, aku juga mendengar suara amukan angin yang seakan sanggup menerbangkan kastil ini kapan saja.

"Bagaimana dengan ayah dan ibuku?" tanyaku pada mereka berdua.

"Sang Ratu sudah diamankan ke bunker istana, sementara Sang Raja ..." Jendral hanya terdiam sambil mengalihkan pandanganya.

"Ada apa dengan ayahku?" tanyaku cemas.

"Ayahmu melakukan hal yang sama dengan yang kau lakukan di perpustakaan tadi, meskipun aku tidak melihatnya sendiri sih." Kali ini Toni yang menjawabku.

"Apa ayahku mencoba menahan gelombang?" tanyaku panik sekaligus bangga, karena ayahku bukanlah seorang raja yang pengecut.

"Mungkin saja. Ketika mendengar berita tentang badai besar yang menuju kemari, ayahmu bersama dengan para prajurit elinar terbaiknya, pergi ke tanjung pulau dan menyuruh ayahku untuk melindungi seluruh keluarga kerajaan," ujar Toni.

"Aku harus membantu mereka," ucapku dengan tegas, sementara jendral sepertinya tidak setuju dengan usulanku.

"Maafkan saya pangeran, tapi raja sudah memerintahkan saya untuk membawa seluruh keluarga kerajaan ke tempat yang aman."

Eleminar : The Prince of AirialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang